Nutrigenomics: Rekomendasi Diet dan Gaya Hidup Berdasarkan DNA

Nutrigenomics: Rekomendasi Diet dan Gaya Hidup Berdasarkan DNA

Penulis: dr. Bagas Adhimurda Marsudi, M.Sc

  

Nutrigenomics merupakan suatu bidang ilmu yang sudah berkembang di luar negeri namun di Indonesia sendiri bidang ilmu ini tidak terlalu dikenal. Bagi yang belum mengetahui, mungkin kata nutrigenomics akan tampak asing dan sulit untuk dibayangkan. Secara singkat, nutrigenomics perpaduan kata antara nutrisi dan genomics atau berkaitan dengan gen, dan merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara gen, nutrisi dan kesehatan.[1][12] Gen sendiri adalah rangkaian DNA yang membentuk segala karakteristik yang membuat kita berbeda antara satu sama lain. Setiap gen memiliki pekerjaan yang khusus, dan setiap gen menghasilkan rangkaian protein yang berbeda. Rangkaian protein tersebut akan digunakan dalam semua fungsi tubuh dari pertumbuhan, hormon serta menjaga kesehatan secara menyeluruh. Dan ternyata beberapa penelitian telah menemukan bahwa terdapat beberapa variasi gen yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kronis seperti darah tinggi, kolesterol maupun diabetes. Tentunya hal ini berdampak juga pada munculnya penyakit jantung di kemudian hari. Jadi dapat dibayangkan nurtrigenomics merupakan ilmu yang memberikan rekomendasi nutrisi berdasarkan gen untuk memaksimalkan kualitas hidup dan juga mencegah penyakit. Pada artikel kali ini, penulis akan mengulas kembali penelitian yang berkaitan dengan nutrigenomics ini, terutama implikasinya terhadap penyakit kronis.

Selama berjalannya waktu, DNA dapat mengalami perubahan yang diakibatkan oleh mutasi-mutasi kecil. Mutasi kecil ini yang mempengaruhi satu pasangan basa, menghasilkan variasi dan gen yang sama atau disebut dengan polimorfisme. Polimorfisme merupakan suatu variasi genetik yang ditemukan pada hampir semua orang. Protein yang dihasilkan dari polimorfisme gen dapat bekerja dengan normal ataupun tidak normal. Pada yang tidak normal, fungsi protein tersebut menjadi terganggu dan hal ini dapat terjadi di hampir semua protein maupun enzim tubuh, salah satunya adalah protein yang berkaitan dengan penyakit jantung. Terdapat beberapa gen penting yang berhubungan dengan penyakit komorbid dan penyakit jantung. Pada umumnya mutasi genetik ini akan menyebabkan suatu sensitivitas terhadap bahan makanan tertentu atau gangguan metabolisme dari komponen bahan makanan tersebut (kolesterol, karbohidrat atau protein). Beberapa contoh adalah mutase SNP di gen APOB dan APOE yang dapat mengakibatkan gangguan metabolisme dan penyimpanan lemak yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan dan deposisi lemak dalam pembuluh darah yang menyebabkan penyakit jantung koroner. [3] Contoh lain adalah polimorfisme gen FTO yang menyebabkan seseorang menjadi lebih gampang naik berat badannya ketika menjalani diet tinggi lemak atau rendah karbohidrat.[4] Contoh klasik yang lainnya adalah polimorfisme gen MTHFR yang menyebabkan gangguan metabolisme asam folat yang menyebabkan peningkatan homocysteine. Homocysteine yang berlebih ini menyebabkan banyak sekali penyakit dari hipertensi dan penyakit jantung.[5] Untuk mengurangi dampak buruk dari polimorfisme ini, pasien biasanya dianjurkan untuk mengurangi konsumsi bahan makanan kaya akan asam folat seperti bayam, asparagus dan beberapa sumber protein.

Karena DNA akan selalu sama sepanjang umur, maka segala kesalahan dalam diet yang tidak sesuai dengan gen, dapat memiliki efek terhadap tubuh kita dari sejak lahir.  Namun sayangnya satu-satunya cara untuk mengetahui profil SNP adalah dengan pemeriksaan analisis genetik SNP chip yang mendeteksi polimorfisme yang ada dalam gen dan pemeriksaan ini tergolong cukup mahal (berkisar antara 2-5jt/pemeriksaan).[6] Lalu bagi yang belum bisa memeriksakan profil SNP, apakah ada cara untuk meningkatkan kesehatan? Secara umum semua rekomendasi dasar yang meliputi menjaga keseimbangan gizi, olahraga, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol masih tetap berlaku untuk menjaga kesehatan yang optimal. Namun untuk hal-hal yang lebih spesifik seperti jumlah konsumsi lemak dan asam folat, harus melalui observasi pribadi. Jika Anda mengidap hipertensi pada usia muda padahal sudah menjalani diet yang tinggi sayuran, maka itu satu pertanda bahwa kandungan folat dalam makanan tersebut berkontribusi terhadap kejadian hipertensi tersebut. Atau kasus lain dimana Anda merasa sudah makan sesuai kebutuhan kalori atau bahkan kurang dari kebutuhan kalori namun ditemukan hasil lab kolesterol ternyata tetap tinggi, itu satu pertanda badan tidak dapat memproses sumber lemak yang dikonsumsi oleh tubuh.

Untuk mengakhiri artikel penulis perlu memberikan klarifikasi bahwa penelitian nutrigenomics masih tergolong sangat baru sehingga data mengenai efeknya terhadap mencegah penyakit kronis masih belum banyak. Hal ini juga terjadi mengingat bahwa penyakit kronis tersebut umumnya muncul dengan perlahan dan membutuhkan proses lama, sehingga penelitian yang saat ini sedang berjalan baru akan membuahkan hasil dalam beberapa dekade ke depan  Meskipun demikian, sangatlah penting untuk selalu waspada dengan kesehatan diri dan mengetahui dampak dari konsumsi makanan tertentu terhadap kesehatan jasmani.

 

Neeha VS, Kinth P. Nutrigenomics research: a review. Journal of food science and technology. 2013 Jun;50(3):415-28.

Fenech M, El-Sohemy A, Cahill L, Ferguson LR, French TA, Tai ES, Milner J, Koh WP, Xie L, Zucker M, Buckley M. Nutrigenetics and nutrigenomics: viewpoints on the current status and applications in nutrition research and practice. Lifestyle Genomics. 2011;4(2):69-89.

Ferguson JF, Allayee H, Gerszten RE, Ideraabdullah F, Kris-Etherton PM, Ordovás JM, Rimm EB, Wang TJ, Bennett BJ. Nutrigenomics, the microbiome, and gene-environment interactions: new directions in cardiovascular disease research, prevention, and treatment: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation: Cardiovascular Genetics. 2016 Jun;9(3):291-313.

Do R, Xie C, Zhang X, Männistö S, Harald K, Islam S, Bailey SD, Rangarajan S, McQueen MJ, Diaz R, Lisheng L, Wang X, Silander K, Peltonen L, Yusuf S, Salomaa V, Engert JC, Anand SS; INTERHEART Investigators. The effect of chromosome 9p21 variants on cardiovascular disease may be modified by dietary intake: evidence from a case/control and a prospective study.PLoS Med. 2011; 8:e1001106. doi: 10.1371/journal.pmed.1001106

Chiuve SE, Giovannucci EL, Hankinson SE, Hunter DJ, Stampfer MJ, Willett WC, Rimm EB. Alcohol intake and methylenetetrahydrofolate reductase polymorphism modify the relation of folate intake to plasma homocysteine.Am J Clin Nutr. 2005; 82:155–162.

Doo, Miae; Kim, Yangha (2015-03-01). "Obesity: interactions of genome and nutrients intake". Preventive Nutrition and Food Science. 20 (1): 1–7. doi:10.3746/pnf.2015.20.1.1. ISSN 2287-1098. PMC 4391534. PMID 25866743