Mengenal Gangguan Irama Jantung (Aritmia) Serta Bagaimana Pencegahan dan Penanganannya
Mendengar kata ARITMIA mungkin bagi sebagian besar karyawan di RS.Jantung Harapan Kita sepertinya sudah terbiasa mendengar kata itu, baik dari tenaga medis sampai tenaga non medis yang berhubungan langsung dengan pasien, namun tidak demikian bagi masyarakat umum diluar lingkungan RS. Jantung Harapan Kita, yang merupakan rumah sakit pusat jantung nasional tentu akan balik bertanya jika mereka ditanya tentang apa anda mengetahui tentang aritmia jantung?. Inilah yang menarik keinginan saya untuk menulis artikel tentang penyakit jantung aritmia, akan tetapi karena pendidikan saya bukan dari latar belakang medis tentunya saya tidak akan mengupas secara mendalam tentang penyakit jantung aritmia tersebut.
Ada beberapa alasan yang membuat saya tertarik menulis artikel tentang penyakit jantung aritmia ini diantaranya adalah penyakit jantung aritmia belum sepopuler dengan penyakit jantung lainya yang sering kita dengar seperti Penyakit jantung koroner (PJK), Penyakit jantung bawaan, penyakit jantung pada katup. Akan tetapi melihat jumlah penderita aritmia bedasarkan data yang diambil dari beberapa sumber di Indonesia, pada tahun 2011 terdapat 2,1 juta kasus aritmia. Jumlahnya pun diprediksi meningkat seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat serta para tim medis mengenai penyakit ini, selain itu jumlah dokter ahli aritmia juga masih sangat terbatas menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi. SpJP, yang merupakan salah satu dokter ahli aritmia di Indonesia pada sebuah wawancara dengan media dalam sebuah seminar ilmiah di Jakarta (11/08/2017), mengatakan bahwa dokter ahli aritmia di Indonesia hanya baru 26 dokter. Ini tentu tidak sebanding dengan jumlah penderita aritmia tersebut. Hal ini tentu menarik untuk didiskusikan, apa sebenarnya penyakit jantung ganguan aritmia tersebut?. Selain dua argument alasan diatas hal menarik untuk di tuangkan kedalam artikel ini adalah pengalaman saya diskusi dan menganalisa serta mendata terhadap pasien aritmia yang melakukan ataupun baru konsultasi terkait biaya untuk tindakan penanganan kasus aritmia terutma tindakan pada program Weekend Service di RS. Jantung Harapan Kita, datanya cukup banyak berdasarkan data jumlah pasien yang melakukan tindakan berkaitan dengan penanganan aritmia seperti Ablasi, Permanent Pacemaker (PPM), Epstudy pada tahun 2017 sebesar (Ablasi 53 pasien, PPM 25 pasien dan Epstudy 2 pasien), sedangkan pada tahun 2018 sebesar (Ablasi 55 pasien, PPM 31 pasien, Epstudy 3 pasien). dari data pasien tindakan ablasi diagnosa terbanyak adalah WPW SYNDROME, SVT, PVC, VT, RVOT, Persisten AF , sedangkan untuk tindakan PPM diangosa terbanyak adalah TAVB, SND, sedangkan untuk tindakan Epstudy diangnosa terbanyak adalah BRUGADA SYNDROME. Berdasarkan data dari pasien tindakan di program Weekend Service, untuk data jenis kelamin dan usia berdasarkan data pasien WES 2017-2018, kecenderungan lebih banyak pria dan usia 40-50 tahun untuk kasus diagnosa WPW, SVT, PVC, VT, sedangkan diagnosa Persisten AF lebih banyak pria dengan usia 60 tahun ke atas. Sedangkan untuk diagnosa TAVB dan SND lebih banyak pria usia 60-80 tahun(sumber data pasien WES 2017-2018).
Saya coba ambil satu kasus untuk memastikan bahwa penyakit jantung aritmia memang sangat membahayakan dan harus segera dilakukan penanganan. Awal November 2017 datang ke WES setelah konsultasi dengan salah satu dokter ahli aritmia di RS. Jantung Harapan Kita, pasien tersebut atas nama Tn. J (saya sebut inisial saja) usia 41 tahun pekerjaan pilot sebuah perusahaan penerbangan di Indonesia dan tinggal di wilayah Tangerang Banten. Pasien tersebut rutin melakukan medical checkup setiap tahun yang dilakukan oleh perusahaan, pemeriksaan ini merupakan syarat wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan kepada seorang pilot dalam memberikan surat ijin layak terbang (lisensi) bagi seluruh pilotnya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap pilot dan kru pesawat dalam kondisi prima dan sehat saat melakukan penerbangan agar keselamatan semua kru dan penumpang dalam pesawat selamat mulai dari takeoff sampai pesawat landing. Dari hasil pemeriksaan medical check-up yang dilakukan perusahaan pasien tersebut ditemukan adanya gangguan irama jantung sehingga disarankan untuk konsultasi serta tindakan Epstudy dan ablasi di RS Jantung Harapan Kita berdasarkan surat permohonan konsultasi dan saran dari dokter perusahaan yang menangani saat medical check-up. Hasil ini sungguh mengejutkan pasien dan keluarga kenapa tidak bahwasanya kegiatan medical check-up tahun-tahun sebelumnya tidak pernah di temukan aritmia pada pasien. Bagi keluarga hasil ini juga sangat berdampak bagi keuangan keluarga, bagaimana tidak selama belum melakukan tindakan tersebut pasien tidak akan diberikan lisensi layak terbang dari perusahaan sehingga pekerjan sebagai pilot terhenti sementara sampai ada hasil dari tindakan yang menyatakan sudah tidak lagi ditemukan aritmia, tentunya ini berdampak bagi keuangan keluarga.
Dari contoh kasus diatas dapat kita bayangkan bagaimana jika aritmia pada pilot tadi tidak terditeksi saat medical check-up lalu saat terbang serangan aritmia tersebut muncul? Tentu berbahaya dan keselamatan penumpang akan menjadi taruhannya. Lalu bagaimana dengan keluarga jika aritmia tersebut tidak dilakukan penanganan tindakan segera?. Tentu lisensi layak terbang juga tidak akan diberikan cepat oleh perusahaan maka imbasnya adalah keuangan keluarga akan berpengaruh. Sungguh ternyata penyakit jantung aritmia sangat membahayakan diri sendiri, keluarga serta orang lain.
Pertanyaannya adalah apa sebenarnya penyakit gangguan irama jantung (aritmia)?. Saya akan coba menuliskan secara garis besar tentang penyakit aritmia jantung dan penanganannya berdasarkan literatur dan sumber yang saya dapatkan dari sudut pandang latar belakang saya bukan medis.
Aritmia adalah masalah pada laju atau irama detak jantung yang berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau dengan ritme yang tidak teratur. Penderita aritmia mungkin akan merasakan detak jantung yang terlalu cepat, yang disebut takikardia. Sementara detak jantung yang terlalu lambat disebut bradikardia (https://doktersehat.com/aritmia/). Penderita gangguan aritmia jantung dapat merasakan gejala yang timbul meliputi perasaan jantung berdetak kencang, rasa berdebar didada, pusing, pinsan tiba-tiba, sesak napas dan nyeri dada. Banyak pendapat dokter tentang penyebab aritmia yang secara garis besar tidak ada yang menyebutkan bahwa aritmia merupakan penyakit jantung bawah lahir akan tetapi merupakan salah satu penyakit yang bisa timbul yang disebabkan pola hidup yang tidak sehat dan teratur diantaranya adalah mengkonsumsi alkohol, kopi, obat-obatan suplement, merokok secara secara berlebihan, serta penyalahgunaan narkoba. Dari keterangan faktor penyebab aritmia tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit aritmia dapat menyerang siapa saja tanpa melihat faktor jenis kelamin, usia, serta latar belakang pendidikan dan status sosial jika kita tidak menjaga pola hidup sehat dan rajin berolahraga, ini kunci utamanya jika ingin terhindar dari penyakit jantung aritmia.
Lalu bagaimana pencegahaanya agar kita terhindar dari penyakit ganguan irama jantung(aritmia)?. Beberapa tips yang di anjurkan oleh dokter untuk menghindari penyakit irama jantung diantaranya adalah hindari terlalu banyak mengonsumsi Fast Food, Junk Food, makanan berlemak, atau gorengan. Lebih baik mulailah mengkonsumsi makanan yang sehat dengan gizi yang seimbang. Hindari stres yang berlebih, jaga berat badan ideal, batasi konsumsi alkohol, minuman yang mengandung Kafein seperti kopi, hindari rokok, jangan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung zat stimulan tanpa pengawasan dan ijin dokter, hindari konsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang lainya dan beraktifitas fisik olah raga secara teratur minimal 30 menit setiap hari, (https://www.idntimes.com/health/fitness/maria-liana/fakta-aritmia-gangguan-irama-jantung-bisa-sebabkan-kematian-mendadak-exp-c1c2/full). Penanganan kasus-kasus aritmia yang banyak dilakukan di RS. Jantung Harapan Kita terutama pada program layanan weekend service adalah tindakan ablasi kateter baik dengan metode Konvensional maupun metode 3 dimensi tergantung diagnosa terhadap pasien berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan seperti EKG, HOLTER, ECHO sebelum diputuskan untuk tindakan ablasi. Apa sebenarnya ablasi?. Berikut gambaran secara umum yang saya kumpulkan dari berbagai literatur dan pendapat para dokter ahli aritmia. Menurut arti kata, Ablasi artinya adalah menghancurkan. Jadi kesimpulan dari pengertian ablasi jantung adalah tindakan yang dilakukan untuk menghancurkan atau bahkan membakar satu dari beberapa area kecil yang terletak dijantung yang menyebabkan timbulnya masalah detak jantung atau lebih dikenal dengan aritimia.
Tindakan ablasi jantung menggunakan alat khusus yaitu dengan melalui bagian dalam tubuh manusia untuk mengetahui permasalahan dijantung. Pada tindakan ini dokter atau ahli medis mencoba mencari tahu apa saja yang menyebabkan irama di jantung tidak sesuai atau tidak normal. Daerah yang didiagnosis memiliki masalah ditandai dengan 3D mapping yang kemudian bisa dilakukan beberapa tindakan medis. Cara mendeteksi ablasi jantung adalah dengan meletakkan sinyal elektroda didalam jantung kemudian ditempelkan pada area yang bermasalah dan pada akhirnya masalah irama jantung bisa diatasi dengan baik.
Selain untuk mengatasi gangguan irama jantung, ablasi jantung juga bermanfaat untuk mengecilkan otot jantung yang mulai membesar dan menyumbat aliran pada pembuluh darah jantung, aorta. Tindakan ablasi jantung ini juga berguna untuk mencegah terjadinya jantung koroner akibat darah tidak bisa mengalir dengan normal dan lancar.
Untuk melakukan tindakan ablasi jantung dibutuhkan waktu hingga 2 sampai 3 jam. Teknologi ablasi 3D adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung dengan menggunakan pemetaan 3-dimensi (3D Mapping) dari struktur jantung. Teknologi ablasi 3-dimensi dapat memetakan secara sistematis konduksi listrik jantung sehingga dapat diketahui letak sumber aliran listrik abnormal dengan lebih tepat.
Keuntungan teknik 3D Mapping tak hanya dirasakan oleh pasien, tapi juga operator atau dokter yang menangani. Keuntungan untuk pasien, di antaranya pemetaan yang dihasilkan bisa lebih luas dan kemungkinan gagal (terjadinya robek, gangguan irama jantung, sistem konduksi listrik, dan sebagainya) lebih kecil dibandingkan teknik lain. Sementara untuk operator, teknik 3D Mapping mempermudah dan mempersingkat waktu penatalaksanaan prosedur sehingga otomatis mengurangi pemakaian Fluoro (X-ray).
Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa setiap penyakit yang Tuhan berikan kepada manusia pasti akan ada obatnya serta dokter ahlinya dibidangnya untuk membantu pengobatan dan penyembuhanya, penyakit aritmia bukan merupakan penyakit jantung bawaan sehingga siapa saja bila tidak menjaga kesehatan dan pola makan serta olah raga yang teratur akan memiliki peluang terhadap penyakit jantung aritmia. Mengkonsumsi apapun secara berlebihan akan memiliki dampak yang negatif dan bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Marilah mulai dari sekerang hidup sehat dan teratur
“ MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI ”
Mastari SM
WEEKEND SERVICE
Poli Esekutif Dr. Sukaman