Mendengkur dan Penyakit Jantung: Jangan disepelekan
dr. Yogi Subandra Dwitama
Pada malam hari bukan hal baru ketika kita mendengar suara dengkuran seseorang yang sedang tertidur. Bahkan sering kali pada adegan film atau acara televisi, kondisi tidur yang lelap digambarkan dengan seseorang yang mendengkur. Sayangnya hal ini bukan merupakan hal yang wajar. Mendengkur merupakan salah satu tanda gangguan tidur yang biasa disebut OSA atau obstructive sleep apnea
Selain mendengur, terdapat beberapa tanda tanda lain yang termasuk dalam OSA seperti mengantuk sepanjang hari, sakit kepala di pagi hari, gangguan ingatan, sulit berkonsentrasi, sering buang air kecil pada malam hari, penurunan libido, gangguan ereksi, obesitas, peningkatan lingkar leher, mudah emosi, dan abnormalitas tulang kepala. Adapun beberapa faktor risiko yang menyebabkan OSA itu sendiri seperti jenis kelamin laki-laki, usia tua, dan obesitas disertai faktor kecil lainnya yaitu ras, keturunan, dan kelainan tulang kepala. Kondisi OSA ini memiliki dampak langsung yaitu menurunkan kualitas tidur seseorang. Tak hanya hal tersebut, pada beberapa literatur OSA didapatkan memiliki hubungan dengan beberapa penyakit jantung.
Angka kejadian OSA mencapai 40-80% pada penyakit jantung seperti pasien yang memiliki hipertensi, gangguan irama, gagal jantung, penyakit jantung koroner, hipertensi paru, dan stroke. Angka pervalensi tertinggi pun jatuh pada hipertensi. Pengobatan OSA pada pasien hipertensi bahkan pada hipertensi resisten menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan.
Gangguan irama yang paling sering berhubungan dengan OSA yaitu fibrilasi atrium. Pada fibrilasi atrium terdapat kesamaan faktor risiko dengan OSA. Hal ini menyebabkan kedua ini sering kali muncul bersamaan. Namun hingga saat ini belum terbukti OSA menyebabkan fibrilasi atrium. Selain fibrilasi atrium juga terdapat gangguan irama lainnya yaitu bradikardia (nadi jantung lambat) hingga henti jantung (jantung berhenti berdenyut). Dilaporkan terdapat peningkatan risiko henti jantung pada pasien yang mengalami OSA derajat berat.
Gagal jantung memiliki hubungan dengan OSA yaitu sepertiga pasien dengan gagal jantung disertai OSA. OSA pada gagal jantung juga meningkatkan risiko keluaran dari gagal jantung yaitu perburukan gejala gagal jantung, frekuensi kembali dirawat di Rumah Sakit, dan angka kematian.
Penyakit jantung koroner juga secara indenpen mempengaruhi risiko penyakit jantung koroner. Kondisi kekurangan oksigen dari OSA ini menyebabkan reaksi inflamasi dan berkontribusi dalam proses penyakit jantung koroner. Hal ini yang menyebabkan terjadi yang sering kita sebut serangan jantung. Pada penelitian Mooe dkk didapatkan perubahan gambaran rekam jantung pada pasien dengan OSA dan didapatkan banyaknya serangan jantung terjadi pada malam hari.
OSA pada hipertensi paru juga memiliki angka kejadian yang tinggi dan keterkaitan yang kuat. Berbeda dengan OSA pada pasien stroke, tidak hanya mempengaruhi kejadian stroke tetapi melainkan juga OSA pada pasien stroke dapat meningkatkan kejadian stroke berulang, risiko kematian, dan perburukan keluaran fungsi/kognitif pasien.
Dari pembahasan diatas OSA memiliki dampak signifikan terdapat penyakti jantung baik sebagai faktor risiko maupun pemberat. Sayangnya hingga saat ini penegakkan diagnosis OSA pun masih dibawah angka yang seharusnya. Hal ini pun berdampak pada pengobatan OSA sendiri pada pasien pasien penyakit jantung. Perkumpulan Dokter Jantung Amerika atau AHA (American Heart Association) merekomendasikan skrinning OSA pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol/resisten, hipertensi paru, dan gangguan irama (fibrilasi atrium). Tidak hanya sampai ditegakkan tetapi perlu penangan yang tepat dan sesuai pada pasien OSA dengan penyakit jantung. Kita sebagai masyarakat juga perlu melakukan pemeriksaan jika terdapat kita sendiri ataupun orang sekitar kita memiliki OSA seperti salah satu tandanya yaitu mendengur.
Referensi:
1. Azarbarzin A, Sands SA, Stone KL, Taranto-Montemurro L, Messineo L, Terrill PI, et al. The hypoxic burden of sleep apnoea predicts cardiovascular disease-related mortality: the Osteoporotic Fractures in Men Study and the Sleep Heart Health Study. Eur Heart J. 2019;40(14):1149–57.
2. Logan AG, Perlikowski SM, Mente A, Tisler A, Tkacova R, Niroumand M, et al. High prevalence of unrecognized sleep apnoea in drug-resistant hypertension. J Hypertens. 2001;19(12):2271–7.
3. Bibbins-Domingo K, Grossman DC, Curry SJ, Davidson KW, Epling JW, Garcia FAR, et al. Screening for obstructive sleep apnea in adults: US Preventive Services Task Force recommendation statement. JAMA. 2017;317(4):407–14.
4. Gami AS, Olson EJ, Shen WK, Wright RS, Ballman K v, Hodge DO, et al. Obstructive sleep apnea and the risk of sudden cardiac death: a longitudinal study of 10,701 adults. J Am Coll Cardiol. 2013;62(7):610–6.
5. Holt A, Bjerre J, Zareini B, Koch H, Tønnesen P, Gislason GH, et al. Sleep apnea, the risk of developing heart failure, and potential benefits of continuous positive airway pressure (CPAP) therapy. J Am Heart Assoc. 2018;7(13):e008684.
6. Javaheri S, Barbe F, Campos-Rodriguez F, Dempsey JA, Khayat R, Javaheri S, et al. Sleep apnea: types, mechanisms, and clinical cardiovascular consequences. J Am Coll Cardiol. 2017;69(7):841–58.
7. Chen X, Wang R, Zee P, Lutsey PL, Javaheri S, Alcántara C, et al. Racial/ethnic differences in sleep disturbances: the Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA). Sleep. 2015;38(6):877–88.
8. Yeghiazarians Y, Jneid H, Tietjens JR, Redline S, Brown DL, El-Sherif N, et al. Obstructive Sleep Apnea and Cardiovascular Disease: A Scientific Statement from the American Heart Association. Vol. 144, Circulation. Lippincott Williams and Wilkins; 2021. p. E56–67.
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-people-snoring-illustration_133738160.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=559df4a7-da93-4160-9657-8cba25522059