Konsumsi Garam Pada Penderita Gagal Jantung
Osty Histry Kapahang, S.Kep., Ners
Ima Yudiyanti, S.Gz
Diet rendah garam merupakan salah satu anjuran penting dalam pengaturan makanan klien dengan penyakit kronis seperti gagal jantung. Diet rendah garam bukan berarti hanya mengurangi garam dari meja saja, tetapi juga pada berbagai makanan baik pada saat makan utama ataupun saat “ngemil” atau saat selingan. Kebanyakan penderita gagal jantung hanya mengingat tentang terapi obat-obatan tanpa menekankan pentingnya perilaku hidup sehat, misalnya diet yang seimbang meliputi pengaturan konsumsi garam.
Makanan tanpa garam membuat makanan akan terasa hambar! “jadi kurang enak dan kurang sedap”. Bukan tentang rasa, akan tetapi apa manfaat yang bisa diperoleh. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa penderita gagal jantung harus membatasi konsumsi garam? Gagal jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung tidak dapat memompakan darah secara efektif dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Membatasi konsumsi garam dalam makanan akan membantu mengurangi jumlah kelebihan cairan pada tubuh, dimana kelebihan cairan dapat menyebabkan jantung bekerja lebih berat serta menyebabkan meningkatnya tekanan darah yang akan semakin memperburuk kondisi gagal jantung. Tekanan darah yang tinggi juga akan semakin meningkatkan risiko terkena penyakit stroke dan penyakit ginjal.
Mengkonsumsi garam berlebih menyebabkan rasa haus, dimana akan menyebabkan anda minum lebih banyak. Selain itu, garam bersifat menahan cairan sehingga membuat cairan menumpuk dalam tubuh. Berhati-hatilah terhadap makanan yang mengandung tinggi garam misalnya makanan yang diawetkan dan yang dibekukan. Menurut penelitian, sekitar 70% natrium yang dikonsumsi berasal dari makanan kemasan dan yang dimasak di tempat-tempat makan diluar rumah misalnya restoran dan lain sebagainya.
Membatasi bukan berarti meniadakan garam dalam diet sehari-hari. Natrium merupakan mineral dan nutrisi esensial yang membantu dalam mengontrol volume dan tekanan darah. Jadi apabila kekurangan asupan garam juga merupakan suatu masalah serius. Jika kadar natrium dalam tubuh terlalu rendah dapat menyebabkan kram otot dan bahkan disorientasi, serta apabila tidak ditangani dengan baik dapat terjadi kejang dan koma. Sehingga dibutuhkan takaran yang tepat dalam menkonsumsi garam bagi penderita gagal jantung.
Garam dan natrium merupakan hal yang berbeda. Garam adalah kombinasi antara 40% natrium dan 60% chloride. Satu sendok teh (sdt) garam sama dengan 2,300 mg natrium. Konsumsi garam yang dianjurkan oleh Kemenkes tahun 2019, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia adalah tidak lebih dari 1500 mg natrium per hari. Jumlah tersebut sesuai dengan rekomendasi dari American Heart Association (AHA) untuk konsumsi garam yaitu sebesar 1500 mg per hari pada dewasa.
Jadi ketika ditanya apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki gejala dan mempertahankan kondisi gagal jantung tetap stabil? Jawabannya adalah makan lebih sedikit garam atau secukupnya sesuai anjuran dokter jantung dan ahli gizi. Bagaimana caranya? Beberapa hal berikut ini akan sangat membantu, antara lain:
1. Membeli makanan segar dan mengolah sendiri di rumah adalah cara terbaik dalam mengurangi konsumsi garam. Dengan mengolah makanan secara mandiri mampu mempermudah dalam mengontrol dan menghitung jumlah intake garam dalam masakan.
2. Menghindari bumbu yang mengandung tinggi garam misalnya makanan cepat saji
3. Membaca label makanan: beberapa makanan memiliki kadar garam yang tinggi misalnya pada makanan olahan seperti roti atau kue-kue. Untuk itu, sebelum dibeli dan konsumsi, ada baiknya untuk membaca informasi nilai gizi makanan tersebut.
4. Ketika makan diluar rumah, misalnya restoran dapat meminta untuk mengurangi jumlah garam, tanpa menggunakan penyedap rasa (MSG) dan menghindari makanan digoreng, mengandung keju, saos kemasan dan mentega.
Sangat sederhana namun memberikan manfaat yang sangat besar.
“Diet rendah garam, menjaga jantungmu”
Referensi:
Patel & Joseph, (2020). Sodium Intake and Heart Failure. Int J Mol Sci. 2020 Dec; 21(24): 9474. Diperoleh dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7763082/
Permenkes RI Nomor 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Diperoleh dari: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/flat-lay-salad-juice-bottle_5280790.htm#query=lower%20slat%20diet&position=5&from_view=search&track=ais&uuid=32739d46-73db-48b9-89f1-1d26de3bf42a