Gagal Jantung, Cukup Andalkan Dokter Saja kah?
Berbicara masalah gagal jantung, yang terbayang di pikiran orang yang mendengarnya pasti suatu kondisi menakutkan yang dapat mengancam jiwa. Memang seperti itu keadaannya. Gagal jantung/ heart failure adalah suatu kondisi ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Kondisi yang paling sering menyebabkan gagal jantung adalah penyakit jantung koroner dan penyakit darah tinggi (hipertensi) lama.
Gagal jantung akut akan menyebabkan pasien atau keluarga pasien mencari pertolongan medis, biasanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena kondisi pasien biasanya berat. Pasien akan mengalami gejala yang membuatnya takut, cemas, perasaan seperti tenggelam, dll. Jarang sekali kondisi gagal jantung muncul dengan kondisi yang ringan. Biasanya pasien datang dengan kondisi yang terlambat dan cukup berat.
Gejala yang klasik dari masalah gagal jantung adalah sesak napas berat, sesak saat beraktifitas fisik, mudah lelah, sesak saat posisi berbaring dan bengkak-bengkak di seluruh tubuh (biasanya diawali di bagian telapak kaki). Pasien yang datang dengan kondisi tersebut disertai dengan riwayat masalah jantung yang diidap dan beberapa pemeriksaan diagnostik tambahan seperti rekam jantung (elektrokardiografi) dan foto rontgen dada yang mengarah, sudah dapat didiagnosa bahwa pasien memiliki masalah gagal jantung akut.
Kemajuan teknologi di sangat membantu dalam aspek diagnosa maupun pengobatan gagal jantung akut di sarana kesehatan. Metode diagnostik dengan alat yang canggih seperti echocardiography (USG jantung), MRI jantung, MSCT, pencitraan nuklir disertai perkembangan obat-obatan yang sangat mutakhir tentu amat mudah dalam menemukan dan menangani masalah gagal jantung di sarana kesehatan. Pasien yang datang dengan gagal jantung asalkan datang ke sarana kesehatan tidak terlambat, kemungkinan besar pasien akan dapat ditangani dengan perkembangan obat-obatan yang amat pesat.
Menjadi masalah kemudian dalam tataran praktik klinis menghadapi penyakit gagal jantung ini. Masalah tersebut adalah kurangnya aspek follow up atau surveillance pasien-pasien yang mengalami gagal jantung saat mengalami rawat jalan. Kemudian dari aspek pasien kurangnya kepatuhan dalam menjalankan pengobatan gagal jantung yang disarankan oleh dokter karena sudah tidak merasakan gejala, maka pasien serta merta menghentikan protokol terapi yang dianjurkan oleh dokter. Sehingga masalah utama dalam penanganan komprehensif masalah gagal jantung di masyarakat adalah aspek follow up dari sisi dokter/ tenaga kesehatan dan aspek kepatuhan / compliance dari sisi pasien. Kedua aspek tersebut merupakan pilar utama dalam penanganan tuntas penyakit gagal jantung di masyarakat disamping perawatan di rumah sakit.
Gagal jantung memiliki suatu keunikan dibanding penyakit-penyakit umum yang sering ditemui di masyarakat. Berbeda dengan masalah demam, infeksi, radang usus buntu, diare yang mana penanganan dan perawatannya cukup sekali kontak dan masalah itu akan tuntas dari tubuh pasien. Tinggal bagaimana pasien menjaga kesehatan dan mencegah penyakit tersebut agar tidak menimpanya lagi. Gagal jantung memasukkan penderitanya ke dalam kondisi tak terhindarkan dari perburukan progresif fungsi jantung sepanjang waktu, jika kondisi tersebut tidak ditangangani. Salah satu strategi untuk menanganinya adalah pasien harus mengkonsumsi obat-obatan secara rutin.
Tujuan dari obat tersebut adalah pertama untuk mencegah munculnya gejala pada pasien, dan kedua untuk mencegah perburukan progresif pada pasien gagal jantung. Oleh karena itu tidak cukup hanya mengandalkan peran dokter di rumah sakit untuk menuntaskan masalah gagal jantung ini. Perlu dua pilar strategi yang dikemukakan di awal yaitu aspek follow up dari dokter dan kepatuhan/ compliance dari pasien.
Ketika masalah gagal jantung telah teratasi dengan pengobatan di rumah sakit, justru disitulah titik penting dalam penanganan lanjut masalah gagal jantung pasien. Saat kondisi pasien membaik dan direncanakan rawat jalan untuk pengobatan di rumah, pada saat itu kerjasama multi-disiplin memainkan peran penting dalam pengobatan pasien selanjutnya. Dalam menangani pasien yang sudah jatuh dalam kondisi gagal jantung, tidak bisa hanya mengandalkan pengobatan yang dilakukan di rumah sakit karena perawatan komprehensif terhadap pasien dengan gagal jantung dibagi menjadi dua fase yaitu fase rawat inap/ inpatient management dan fase rawat jalan/ outpatient managemet. Apa yang pasien dan keluarga pasien di rumah lakukan untuk pengobatan pasien menjadi hal yang amat penting dalam fase rawat jalan/ outpatient management.
Beberapa hal penting yang direkomendasikan dalam strategi penanganan pasien rawat jalan pada pasien dengan gagal jantung adalah mengkonsumsi obat rutin seperti yang disebut di awal walaupun pasien sudah tidak mengeluhkan adanya gejala, edukasi dan penyuluhan pada pasien dan keluarganya terkait pembatasan asupan cairan (asupan cairan yang direkomendasikan maksimal 2 liter per hari), pembatasan asupan garam (makanan yang asin-asin) dengan batas maksimal 2 gram per-hari karena natrium pada garam dapat meningkatkan volume cairan pada tubuh yang akan membebani jantung yang sedang dalam masalah, pengukuran berat badan harian juga menjadi agenda rutin untuk memantau peningkatan berat badan akibat penambahan beban cairan pada gagal jantung, terakhir dan tidak kalah penting adalah identifikasi dosis obat diuresis (furosemide) yang sesuai target agar terapi obat dapat tercapai secara optimal.
Sekarang kita memandang masalah gagal jantung bukan lagi masalah perawatan di rumah sakit yang kadang pasien datang dalam kondisi emergensi dan kritis. Ketika pasien sudah melewati fase kritis inilah semua pihak mulai dapat berperan. Kedua pilar tersebut yang menjadi penjaga utama agar pasien-pasien gagal jantung tidak memiliki angka kekambuhan yang tinggi ke IGD. Kedua pilar tersebut adalah follow up yang berada di pihak tenaga kesehatan yang memberikan kontrol pasien secara rutin dan kepatuhan/ compliance pasien dan keluarganya dalam melaksanakan strategi perawatan outpatient seperti yang disebut di awal.
Mengharapkan kesembuhan total atau dalam kata lain kembali seperti keadaan semula seperti saat pasien belum mengalami gagal jantung nampaknya merupakan suatu hal yang sulit atau bahkan mustahil. Target dari strategi penanganan komprehensif dari pasien yang mengalami gagal jantung bukan mengembalikan keadaan seperti sebelum mengalami gagal jantung atau yang sering orang sebut “sembuh total” tetapi tujuannya adalah mengurangi angka hospitalisasi/ hospitalization rate (pasien dirawat di RS karena gejala gagal jantung akut) dan meningkatkan kualitas hidup pasien / quality of life (QoL). Kedua aspek inilah yang menjadi target utama dari strategi penanganan pasien dengan gagal jantung. Dimana dengan mengurangi angka perawatan pasien dengan gagal jantung akan sangat jarang mengalami kekambuhan sehingga harus dirawat di RS yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu pasien dengan penurunan fungsi jantung yang ditangani dengan strategi yang baik akan tetap dapat menikmati hidup dengan gejala yang minimal dan tetap dapat berfungsi di masyarakat sesuai perannya. Setidaknya pasien tersebut memiliki kemandirian dan tidak bergantung pada orang lain, oleh sebab itu kualitas hidup/ QoL pasien tetap baik bahkan meningkat.