Bagaimana Cara Mencegah Rawatan Berulang Pada Pasien Gagal Jantung?

Bagaimana Cara Mencegah Rawatan Berulang Pada Pasien Gagal Jantung?

 

Oleh: Ns. Nova Friska, S.Kep

 

Gagal jantung merupakan muara terakhir dari segala penyakit jantung. Kondisi ini menyebabkan angka prevalensinya terus mengalami peningkatan.  Secara global, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia sejak 20 tahun terakhir (World Health Organization, 2020). Data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit jantung di Indonesia meningkat semakin tinggi dari tahun ke tahun dengan prevalensi 1,5%. Hal tersebut berarti bahwa 15 dari 1000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung. Pada tahun 2020  diperkirakan sekitar 64,3 juta orang di dunia yang menderita gagal jantung dan prevalensi gagal jantung di Indonesia (5% dari total populasi) lebih tinggi dibandingkan di negara dari benua lain seperti Eropa dan Amerika (1-2% dari total populasi). Pada tahun 2018 angka kejadian penyakit gagal jantung naik 1,67% dibandingkan tahun 20132

Kompleksnya tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan gagal jantung menyebabkan pengobatan yang lama, peningkatan lama perawatan dan tingginya risiko perawatan kembali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lamanya masa rawatan pasien gagal jantung bervariasi dengan kisaran 4-21 hari1,6. Kondisi rawat kembali mengakibatkan kualitas hidup pasien menurun. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siallagan (2021) yang mengungkapkan bahwa ketidakefektifan pasien dalam melakukan manajemen perawatan diri dapat menurunkan kualitas hidup pasien dengan persentase 75%.  

Beberapa waktu terakhir ini, pengobatan gagal jantung mengalami banyak perubahan. Pengobatan tidak hanya meringankan gejala tetapi sudah mengarah pada mencegah timbulnya gejala gagal jantung serta mencegah progresivitas gagal jantung. Kondisi ini dapat berjalan optimal dengan meningkatnya self care management pasien gagal jantung. Self care management atau perawatan mandiri merupakan kemampuan pasien dalam mengelola dirinya sendiri4. Perawatan mandiri pada pasien jantung meliputi minum obat secara teratur, menurunkan konsumsi garam dalam diet, olahraga secara teratur dan memonitoring gejala secara rutin4.

Berdasarkan Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung (2020) yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) disebutkan terdapat beberapa manajemen non farmakologi yang dapat dilakukan pasien secara mandiri, diantaranya:

  • Ketaatan dalam pengobatan

Salah satu faktor yang berperan dalam kejadian readmisi adalah ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan. Pasien dengan tingkat ketidakpatuhan yang tinggi dalam menjalani pengobatan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kejadian readmisi dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat kepatuhan penggunaan obat yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Majid (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi readmisi dengan kepatuhan terhadap terapi medis dan peneliti juga mengungkapkan jika responden yang tidak patuh terhadap pengobatan memiliki peluang readmisi 8,9 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang patuh menjalani pengobatan.

  • Pemantauan berat badan secara mandiri

Untuk memudahkan pasien dalam melakukan monitoring BB secara mandiri, tentunya harus diketahui terlebih dahulu BB awal atau BB saat pasien tidak mengalami keluhan seperti bengkak karena cairan. Ada beberapa tips yang dapat pasien lakukan untuk melakukan pemantauan BB secara mandiri:

 

Melakukan pengukuran berat badan setiap pagi sebelum sarapan

Menggunakan timbangan dan dalam posisi yang sama

Mencatat BB setiap harinya sebagai bagian dari monitoring BB harian dan memudahkan proses evaluasi.

 

Berdasarkan panduan tatalaksana gagal jantung (PERKI) menganjurkan jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikkan dosis diuretic atas pertimbangan dokter 

  • Asupan cairan

Penentuan kebutuhan cairan harian pasien gagal jantung disesuaikan dengan berat badan. Sebelum meninggalkan perawatan atau saat kontrol ke poli dokter dan perawat akan mengingatkan kebutuhan cairan harian pasien dan pembatasannya. Mengapa pasien gagal jantung harus membatasi asupan cairannya? Hal ini bertujuan untuk tidak menambah beban kerja pada jantung yang sudah tidak optimal kondisinya sehingga tidak menimbulkan keluhan seperti mudah lelah, sesak dan bengkak pada tungkai atau perut.

  • Latihan fisik

Latihan fisik dapat dilakukan oleh pasien gagal jantung dengan kondisi stabil.  Target aktivitas fisik pada pasien gagal jantung selama di komunitas yang direkomendasikan oleh para ahli adalah 3-5x setiap minggu selama 30-40 menit.

Kasus rawatan ulang pasien gagal jantung yang disebabkan karena ketidakpatuhan merupakan faktor perilaku yang dapat dimodifikasi. Kepatuhan terhadap penatalaksanaan non farmakologi diharapkan dapat meningkatkan kemandirian pasien gagal jantung, meningkatkan kualitas hidupnya, serta menurunkan angka rawatan balik. 

 

Daftar Pustaka

Djaya, K., Nasution, S., & Antono, D. (2015). Gambaran Lama Rawat dan Profil Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Critical and Emergency Medicine (CHEST): 2(4)

Khasanah, S., Susanto, A., & Rudiati. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rehospitalisasi Pasien Gagal Jantung Kongestif. Media Publikasi Penelitian: 17 (2)

Majid, A. (2010). Analisis Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Yogyakarta Tahun 2012. Thesis Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Nursita, H, & Pratiwi, A. (2020). Peningkatan Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Jantung: A Narrative Review Article. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan: 13(1)

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung, edisi kedua. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia: Jakarta

Rasyid, A., Syahrul, S., & Tahir, T. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Readmisi 30 Hari terhadap Pasien Congestive Heart Failure (CHF). Journal of Telenursing (JOTING): 3(1)

Siallagan, A. (2021). Systematic Review: Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal Medika: 6(2)

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/flat-old-woman-feel-sharp-chest-pain-heart-attack-symptoms_25553239.htm#fromView=search&page=1&position=23&uuid=477f28ab-7963-4513-bdd8-8ac430a58e9f