Alat pacu jantung permanen tanpa kabel
Pacemaker atau yang dikenal dengan alat pacu jantung adalah sebuah alat kecil yang terdiri dari dua bagian yaitu generator dan kabel yang diletakkan dalam kulit yang berada pada dada seseorang yang berfungsi membantu tubuh manusia untuk memacu jantung saat keadaan jantung berdetak tidak teratur.
Orang yang membutuhkan alat pacu jantung memiliki sejumlah alasan yang sebagian besar dikarenakan kondisi penyakit yang disebut aritmia; keadaan jantung dengan irama jantung yang tidak beraturan yaitu menjadi lebih cepat atau lambat. Usia jantung yang menua dapat mengganggu denyut jantung menjadi lebih lambat. Kerusakan otot jantung yang dihasilkan akibat serangan jantung juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab adanya gangguan pada denyut jantung. Beberapa kasus dapat disebabkan akibat penggunaan obat yang mengubah denyut jantung. Dan sebagian kecil kondisi genetis sebabkan ketidaknormalan denyut jantung.
Gangguan detak jantung ini dapat membahayakan nyawa ataupun tidak. Namun adanya irama jantung yang tidak beraturan membuat jantung tidak memompa secara efektif sehingga tubuh tidak memperoleh darah yang cukup. Akibatnya seseorang mengalami kelelahan, mudah pingsan atau berkunang-kunang, nafas pendek, kerusakan organ yang vital dan pada akhirnya dapat menuju pada kematian.
Kemajuan teknologi memungkinkan adanya penemuan-penemuan baru yang memudahkan kebutuhan hidup manusia, salah satunya adalah alat jantung permanen. Kini terdapat ukuran alat pacu jantung permanen baru yang berukuran sebesar peluru atau jauh lebih kecil dibanding alat pacu jantung permanen semula. Tidak hanya itu tapi juga diperkaya dengan fitur – fitur yang semakin fisiologis tak berkabel sehingga dapat dipasang ke dalam jantung tanpa harus melalui kompleksitas kabel yang tertanam dalam tubuh. Dengan panjang 25,9 mm dan berat 2 gram, alat yang berbentuk seperti peluru ini berfungsi sebagai generator dan penghantar listrik ke otot jantung. Lebih lanjut saat alat ini dipasang ke dalam jantung akan melalui pembuluh darah vena pada pangkal paha pasien sehingga tidak menghasilkan adanya irisan, luka atau benjolan seperti yang diperoleh pada alat pacu jantung permanen yang konvesional. Kemudian alat itu akan perlahan-lahan menyeimbangkan detak jantung melalui hantaran listrik tersebut dan dapat bertahan dengan baterai selama kurang lebih 12 tahun dalam jantung.
Sebuah penelitian luar negeri terbukti menyatakan bahwa dengan alat pacu jantung permanen tanpa kabel berhasil sukses dipasang pada jantung dengan tingkat keberhasilan 99,2% dari 725 pasien. Selain itu pemantauan selama 6 bulan menunjukkan angka keamanan enam bulan paska pemasangan sebesar 96% dimana pacu jantung permanen tidak mengalami penurunan fungsi. Hal ini jauh melebihi tingkat keamanan dari alat pacu jantung konvensional yaitu sebesar 83%. Artinya bahwa alat pacu jantung permanen tanpa kabel memiliki sedikit risiko terjadinya komplikasi bahkan tidak menyebabkan adanya infeksi pada pasien berdetak jantung tak teratur dibandingkan dengan pemasangan alat pacu jantung permanen dengan kabel. “Dengan demikian alat pacu jantung permanen tanpa kabel ini menawarkan pengobatan baru bagi pasien di Indonesia dengan tingkat risiko lebih minim daripada sebelumnya dan pastinya lebih nyaman digunakan,” jelas dr. Dicky Hanafy.
Dan kabar baik bagi para penderita aritmia, alat pacu tanpa kabel ini sudah dapat digunakan di Indonesia melalui tangan-tangan dokter di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita.