Waspada Obesitas Pada Anak
Penulis: dr. Fatchul Ulum
Prevalensi obesitas pada bayi, anak-anak dan remaja meningkat di banyak negara, dengan kenaikan lebih cepat terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Tanpa intervensi, bayi dan anak yang mengalami obesitas cenderung terus mengalami obesitas selama masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Obesitas pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan berbagai komplikasi kesehatan dan peningkatan risiko timbulnya penyakit dini, termasuk diabetes dan penyakit jantung. Banyak solusi yang potensial untuk masalah ini. Namun, seperti halnya dengan semua strategi kesehatan masyarakat, ada banyak tantangan dalam implementasinya. Membutuhkan peran serta masyarakat, dukungan pemerintah dan penelitian ilmiah dan pengembangan rekomendasi terbaik agar bisa diimplementasikan di seluruh dunia. 1
Ketika anak-anak sudah mengalami obesitas, diperlukan upaya ekstra untuk pengurangan tingkat kelebihan berat badan, peningkatan komorbiditas dan faktor risiko yang diakibatkan oleh obesitas dan peningkatan Sektor kesehatan di setiap negara sangat bervariasi dan akan menghadapi tantangan yang berbeda dalam menanggapi kebutuhan akan layanan pengobatan bagi mereka yang memiliki obesitas. 1
Obesitas terjadi karena ketidak-seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energy expenditures), sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisis, dan efek termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. 2
Tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting dalam membangun nutrisi yang baik dan perilaku aktivitas fisik yang mengurangi risiko terkena obesitas. Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan, diikuti dengan pengenalan makanan pelengkap yang tepat, adalah faktor signifikan dalam mengurangi risiko obesitas. Pemberian makan pelengkap yang tepat dan menyusui yang berkelanjutan dapat mengurangi risiko kekurangan gizi dan kelebihan pengendapan lemak tubuh pada bayi yang merupakan faktor risiko obesitas pada masa kanak-kanak. Pemberian asupan berbagai makanan sehat, padat energi, dan rendah gula, selama periode kritis ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan peluang pemantauan pertumbuhan rutin untuk melacak BMI berdasarkan usia anak-anak dan memberikan saran yang tepat kepada orang tua untuk membantu mencegah obesitas pada anak. 1
Terdapat bukti bahwa pola tidur yang buruk, aktivitas fisik yang rendah dan waktu yang terlalu banyak dihabiskan untuk hiburan berbasis layar dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas pada masa kanak-kanak. Intervensi dalam pengaturan tempat penitipan anak pra-sekolah untuk anak-anak berusia 2-5 tahun untuk pemberian makan anak usia dini, pola aktivitas, paparan media, dan tidur yang membantu mempromosikan perilaku sehat dan pengaturan berat badan pada usia ini. Beberapa strategi untuk kelompok usia yaitu dukungan orang tua dan pengasuh untuk mengatur waktu menonton televisi / layar yang tepat, mendorong anak untuk bermain aktif, membangun perilaku makan sehat, mempromosikan rutinitas tidur sehat dan panutan dari keluarga dan paling efektif bila melibatkan pengasuh, orang tua dan masyarakat luas.1
Adapun beberapa rekomendasi IDAI dan WHO dalam mengatasi permasalahan obesitas pada anak adalah sebagai berikut:
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Rekomendasi 1 : Gizi lebih dan obesitas pada anak dan remaja ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan antropometris, dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang terkait.
Rekomendasi 2 : Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah menerapkan pola makan yang benar, aktivitas fisik yang benar, dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan.
Rekomendasi 3 : Orang tua, anggota keluarga, teman, dan guru harus dilibatkan dalam tata laksana obesitas
Rekomendasi 4 : Terapi intensif berupa farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan persyaratan pada anak dan remaja obes yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional
Rekomendasi 5 : Pencegahan terjadinya gizi lebih dan obesitas terdiri dari 3 tahap, pencegahan primer dengan menerapkan pola makan dan aktivitas fisis yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder dengan mendeteksi early adiposity rebound, dan pencegahan tersier dengan mencegah terjadinya komorbiditas.2
Rekomendasi dari WHO :
Rekomendasi 1 : Mempromosikan makanan sehat dan mengurangi makanan yang tidak sehat dan makanan tinggi gula dan pemanis.
Rekomendasi 2 : Meningkatkan aktifitas fisik dan mengurangi aktifitas yg diam atau kurang gerak
Rekomendasi 3 : Perawatan pra konsepsi dan kehamilan untuk mencegah risiko obesitas pada anak.
Rekomendasi 4 : Pengaturan diet sehat, aktifitas tidur dan aktifitas fisik pada masa bayi
Rekomendasi 5: Nutrisi sehat dan aktifitas fisik pada anak usia sekolah
Rekomendasi 6 : Pengaturan berat badan yang didukung oleh keluarga dan masyarakat1
Referensi :
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. 2014.
Report on The Commission Ending childhood obesity. World Health Organization. 2016.