Virtual Reality Sebagai Modalitas Diagnostik Pada Penyakit Jantung Bawaan

Virtual Reality Sebagai Modalitas Diagnostik Pada Penyakit Jantung Bawaan

Oleh : dr. Hony Tiara Haristy


            Penyakit jantung bawaan (PJB) tetap menjadi kelainan kongenital yang paling umum pada anak-anak dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi di seluruh dunia. Meskipun demikian, anak dengan PJB di negara
maju memiliki prognosis yang jauh lebih baik dibandingkan dengan anak di negara berkembang. Perbedaan ini tidak hanya berkaitan dengan akses ke pelayanan kesehatan yang kurang memadai, tetapi juga dipengaruhi oleh layanan kesehatan jantung yang tersedia dan kemajuan teknologi yang ada.
           
Kemajuan modalitas diagnostik dan manajemen pada anak-anak dengan PJB dalam beberapa dekade terakhir menyebabkan semakin besarnya harapan bagi pasien dengan PJB ini untuk memiliki kehidupan yang normal hingga mencapai usia dewasa. Foto polos toraks, ekokardiografi, Computed Tomographic Angiography (CTA), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tetap menjadi modalitas diagnostik esensial pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan.
            Modalitas diagnostik yang kian dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini adalah Virtual Reality Imaging. Virtual Reality (VR) mengintegrasikan data pencitraan dan input pengguna ke dalam output grafis terpadu, hal ini didefinisikan sebagai simulasi tiga dimensi (simulasi 3D) dari keadaan nyata dan kemampuan untuk membuat pengguna berinteraksi langsung dengan simulasi.

            Virtual Reality Imaging dengan kemampuan interaktif berbasis kontrol memungkinkan tampilan interaktif model 3 dimensi dengan anatomi intra dan ekstrakardiak yang kompleks. Hal ini sangat berguna sebagai pelengkap metode perencanaan pra-operasi yang selama ini dilakukan. Virtual reality dapat dilihat sebagai platform baru yang menjanjikan untuk pencitraan pasien dan menunjukkan peluang untuk meningkatkan perencanaan bedah pada PJB kompleks. Dapat digunakan sebagai dukungan dan tambahan untuk visualisasi 2 dimensi tradisional seperti CT dan MRI, serta berperan sebagai pendukung terhadap cetakan model jantung 3 dimensi.

            Pengalaman operator dan kompleksitas PJB membuat proses modalitas diagnostik baru ini dapat dilaksanakan dalam waktu kurang dari 30 menit hingga beberapa jam. Penggunaan VR dapat dilakukan untuk menghasilkan model jantung pasien yang spesifik dan akurat untuk penilaian anatomi yang mendalam pada neonatus atau bayi. Manipulasi spasial dan segmentasi model jantung dapat dilakukan dengan kontrol yang dikendalikan oleh operator.
            Modalitas diagnostik dengan visualisasi model 3D berbasis monitor 2D seperti CT dan MRI memberikan realisme dan persepsi kedalaman yang terbatas serta kurangnya kesempatan untuk melakukan manipulasi spesifik oleh operator. Modalitas VR memungkinkan sebuah model digunakan untuk merekonstruksi semua struktur yang relevan dengan ketelitian maksimal. Selain itu, tidak seperti model jantung cetak 3D standar, VR ini juga memberikan keuntungan dengan kemampuannya memperbesar atau memperkecil model ke berbagai ukuran tergantung preferensi operator.

            Kami percaya bahwa, sejalan dengan beberapa studi yang telah dilakukan di beberapa negara, Virtual Reality sebagai modalitas diagnostik menghadirkan peluang, kelayakan dan potensi manfaat yang besar sebagai pelengkap untuk mendukung modalitas pencitraan tradisional yang telah digunakan dalam rencana diagnostik dan manajemen pada anak dengan penyakit jantung bawaan.