Ventricular Extra Systole (VES), Apakah Berbahaya?

Ventricular Extra Systole (VES), Apakah Berbahaya?

 

Oleh: Surya Buana Wangi

 

Jantung adalah organ vital yang berfungsi untul memompa darah ke seluruh tubuh bagian tubuh. Untuk dapat menjalankan fungsi ini dengan baik, harus terdapat kordinasi yang baik dalam setiap bagian jantung. Secara umum, jantung terdiri dari dua bagian utama, yaitu atrium yang menerima darah baik dari seluruh tubuh dan ventrikel yang memompa darah dari seluruh tubuh. Kedua bagian ini berkontraksi dan berelaksasi bergantian; saat ventrikel berkontraksi, atrium relaksasi agar dapat menerima darah dari seluruh tubuh dan saat atrium berkontraksi ventrikel relaksasi agar dapat menerima darah dari atrium untuk dipompa kemudian. Ritme atrium-ventrikel ini diatur dalam sebuah sistem kelistrikan jantung yang dipimpin oleh nodus sinoatrial (SA node) yang terdapat pada atrium kanan jantung. Gangguan dari kelistrikan jantung disebut sebagai aritmia, yang dapat berpotensi menyebabkan gangguan pompa darah oleh jantung. Terdapat berbagai jenis dari aritmia, dari yang jinak hingga yang mengancam jiwa. Salah satu aritmia yang paling sering ditemukan adalah Ekstra sistole Ventrikel (VES, ventricular extrasystole) atau disebut juga  Kontraksi Ventrikel Prematur (PVC, premature ventricular contraction). Kelainan ini menyebabkan detak ekstra terjadi lebih awal daripada detak selanjutnya yang diharapkan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang VES, efeknya pada jantung, dan apakah kondisi ini berbahaya atau tidak.

Detak jantung normal adalah kontraksi otot jantung yang berirama dan sinkron. Sistem kelistrikan jantung mengirimkan sinyal ke otot jantung untuk berkontraksi dan rileks secara terkoordinasi. Namun, dalam kasus VES, sistem kelistrikan jantung mengirimkan sinyal ekstra, menyebabkan kontraksi dini pada ventrikel. Hal ini menyebabkan detak jantung tidak teratur, yang memengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif. VES dapat terjadi pada orang dari segala usia, termasuk anak-anak. Namun, lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, terutama mereka yang memiliki penyakit jantung. 

VES biasanya didiagnosis melalui elektrokardiogram (EKG), yang mencatat aktivitas listrik jantung. EKG dapat mendeteksi keberadaan VES dengan menunjukkan pola abnormal pada aktivitas listrik jantung. EKG juga dapat membantu menentukan frekuensi dan tingkat keparahan episode VES. EKG menunjukkan aktivitas listrik jantung dalam bentuk gelombang. Gelombang P mewakili aktivitas listrik atrium, sedangkan kompleks QRS mewakili aktivitas listrik ventrikel. Dalam kasus VES, kompleks QRS ekstra muncul pada EKG, menunjukkan kontraksi ventrikel ekstra. Waktu dari VESjuga dapat ditentukan oleh EKG.

Pada kasus terduga VES namun tidak terdeteksi dengan baik dengan EKG, dokter dapat menyarankan pemeriksaan lebih lanjut seperti stress test atau monitor Holter, yang merekam aktivitas listrik jantung selama 24 jam. Pada tes stres, pasien akan diminta untuk berolahraga di atas treadmill atau sepeda statis sementara aktivitas listrik jantung dipantau untuk melihat ada tidaknya perubahan kelistrikan jantung. Sebagian pasien juga dapat disarankan untuk menjalani pemeriksaan Holter, yang menggunakan perangkat portabel kecil untuk merekam aktivitas listrik jantung selama 24 jam, sehingga diharapkan dapat merekam aritmia yang tidak terdeteksi waktu pemeriksaan EKG dan dapat mengamati berbagai bentuk kelainan gelombang VES yang muncul.

Umumnya, VES merupakan aritmia yang jinak dan tidak memerlukan pengobatan tertentu. Umumnya gejala yang dapat dirasakan berupa perasaan tidak nyaman karena detak jantung tambahan yang dihasilkan. Namun, sebagian jenis VES dapat berisiko menyebabkan masalah irama jantung yang lebih serius, seperti takikardia ventrikel dan henti jantung mendadak. Pada kasus-kasus seperti ini diperlukan tatalaksana tertentu, baik dalam bentuk obat-obatan maupun dengan intervensi medis. Beberapa obat-obatan yang dapat diberikan VES diantaranya seperti beta-blocker atau calcium channel blocker, yang dapat membantu mengatur irama jantung. Pada kasus-kasus malign , prosedur yang disebut ablasi kateter mungkin diperlukan untuk menghilangkan fokus pada ventrilel yang menyebabkan sinyal listrik tambahan. Prosedur ablasi kateter melibatkan memasukkan tabung tipis melalui pembuluh darah ke jantung, di mana ia memberikan energi untuk menghancurkan jaringan yang menyebabkan VES.

Singkatnya, Meskipun umumnya VES merupakan aritmia yang tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala apa pun, beberapa kasus dapat berpotensi mengancam jiwa. Jika Anda mengalami gejala-gejala VES, sebaiknya anda memeriksakan diri anda ke ahli jatung untuk dievaluasi lebih lanjut dan mendapatkan tatalaksana apabila diperlukan.

 

Referensi:

Cantillon DJ. Evaluation and management of premature ventricular complexes. Cleve Clin J Med. 2013 Jun. 80(6):377-87.