Stres dan Penyakit Jantung : Apakah Berhubungan?
Penulis: dr. Jimmy Oi Santoso
Banyak kepercayaan di antara masyarakat kita bahwa orang yang terkena penyakit jantung dan stroke biasanya adalah orang yang memiliki tingkat stress yang tinggi. Namun, benarkah pernyataan tersebut? Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal American Heart Association menunjukkan bahwa orang dewasa dengan tekanan darah normal dan tingkat hormon stres yang tinggi lebih mungkin untuk mengembangkan tekanan darah tinggi dan mengalami kejadian kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar hormon stres yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa stres dan penyakit jantung sangatlah berhubungan..
Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan kumulatif terhadap stres harian dan paparan stres traumatis dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Semakin banyak penelitian yang mengungkap bahwa terdapat hubungan antara pikiran, jantung, dan tubuh, yang menunjukkan bahwa pikiran positif atau negative seseorang dapat mempengaruhi kesehatan kardiovaskular, faktor risiko kardiovaskular dan risiko kejadian penyakit kardiovaskular, serta prognosis kardiovaskular dari waktu ke waktu. Hal tersebut terjadi karena hormon stres norepinefrin, epinefrin, dopamin dan kortisol yang meningkat akibat stres dari peristiwa kehidupan, pekerjaan, hubungan, keuangan dan lainnya.
Norepinefrin, epinefrin dan dopamin adalah molekul yang dikenal sebagai katekolamin yang menjaga stabilitas di seluruh sistem saraf otonom -- sistem yang mengatur fungsi tubuh yang otomatis seperti detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Kortisol adalah hormon steroid yang dilepaskan ketika seseorang mengalami stres dan diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, yang memodulasi respons stres. Meskipun semua hormon ini diproduksi di kelenjar adrenal, mereka memiliki peran dan mekanisme yang berbeda untuk mempengaruhi sistem kardiovaskular, jadi penting untuk mempelajari hubungannya dengan hipertensi dan kejadian kardiovaskular, secara individual
Penelitian lain juga mengungkap bahwa peningkatan keempat hormon stres tersebut dikaitkan dengan peningkatan 21-31% dalam risiko timbulnya hipertensi. Didapatkan juga bahwaterdapat peningkatan risiko kejadian kardiovaskular sebanyak 90% setiap dua kali lipat peningkatan tingkat kortisol dalam tubuh
Bagi kebanyakan orang, pekerjaan adalah sumber tersering dari stres. Sekitar 2 dari 3 karyawan mengatakan pekerjaan adalah sumber stres utama. Stres kerja dapat berasal dari jam kerja yang panjang, ketegangan fisik, permintaan yang tinggi atau ketidakamanan kerja.
Untuk meminimalkan stres terus-menerus, tetapkan prioritas dalam hidup Anda dan sebisa mungkin untuk menjaga keseimbangan hidup dan pekerjaan. Luangkan waktu untuk teman dan keluarga. Aktivitas fisik juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood. Olahraga teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memerangi faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya. Meditasi dan yoga juga dapat dipertimbangkan untuk membantu mengelola stres.
Tidur dan stres saling berhubungan. Stres dapat memengaruhi tidur, dan kurang tidur juga dapat menyebabkan lebih banyak stres. Jumlah jam tidur yang ideal adalah tujuh sampai delapan jam per malam. Tidur di ruangan yang sejuk, gelap dan tenang. Hindari berolahraga mendekati waktu tidur; dan hindari makan atau minum pada jam-jam sebelum tidur, terutama alkohol dan makanan tinggi lemak atau gula.
Bila Anda merasa bahwa stres atau depresi yang Anda rasakan tidak ada habisnya, bicarakan dengan teman, keluarga, atau penyedia layanan kesehatan tentang mendapatkan bantuan.
Referensi :
1. Levine et al. Psychological Health, Well-Being, and the Mind-Heart-Body Connection: A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation. 2021;143:e763–e783