Sirih Pinang dan Hipertensi

Sirih Pinang dan Hipertensi

Oleh: dr. Ferdinand Wahyudi

 

 

Hipertensi merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan yang utama ,baik di Indonesia, maupun di dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1% berdasarkan hasil Riset Kesehtan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018.

 Prevalensi hipertensi masih tetap tinggi, meskipun pemahaman patofisiologi dan tatalaksana hipertensi sudah sangat berkembang. Hipertensi merupakan faktor risiko utama dari terjadinya kelainan kardiovaskular sementara kelainan kardiovaskular merupakan sebab utama kematian di dunia. Hipertensi yang terkontrol belum dapat dicapai secara adekuat, meskipun obat-obat antihipertensi yang efektif sudah banyak tersedia.

Sekitar 80% dari beban akibat hipertensi (attributable burden) terjadi pada populasi dengan ekonomi rendah dan menengah. Peningkatan populasi usia lanjut dapat berpengaruh terhadap peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia. Beberapa studi melaporkan tingkat kesadaran masyarakat akan hipertensi masih rendah dan pada populasi yang sudah mengetahuipun hanya sekitar 40%-50% yang menjalani pengobatan.

Gaya hidup yang tidak sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan hipertensi. Beberapa faktor risiko tersebut seperti tingginya asupan natrium, aktivitas fisik atau olahraga yang kurang, konsumsi alkohol, kopi, serta merokok.

Faktor-faktor risiko ini juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan hidup atau adat-istiadat masyarakat di Indonesia. Beragamnya budaya dan adat-istiadat di Indonesia juga turut mempengaruhi kejadian hipertensi di daerah tersebut.

Beberapa pulau di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur dan Papua memiliki kebiasaan mengonsumsi sirih pinang (Areca Nut). Mengonsumsi sirih pinang sudah menjadi gaya hidup yang bersifat rekreasional pada penduduk-penduduk tertentu di daerah tersebut. Mengkonsumsi sirih pinang tidak hanya menjadi kebiasaan maysarakat di Indonesia, melainkan di beberapa tempat di Taiwan, Thailand, India dan Pakistan.

Sirih pinang dapat memberikan efek euphoria, nyaman serta kecanduan bagi orang yang mengonsumsinya. Beberapa efek samping dari mengonsumsi sirih pinang yang sudah diketahui adalah kanker gusi, tenggorokan dan dispepsia. Hubungan sirih pinang dan penyakit kardiovaskular masih jarang diteliti dan masih belum jelas hubungannya. Beberapa studi telah melaporkan bahwa mengkonsumsi sirih pinang berhubungan dengan kejadian hipertensi. Studi potong lintang pada tahun 2017 yang pernah dilakukan di Sumba Timur, Waingapu, Nusa Tenggara Timur menggunakan kuesioner pada 101 subjek penelitian menunjukkan bahwa 90 subjek rutin mengonsumsi sirih pinang dalam kehidupan sehari-hari.

Dari 90 Subjek penelitian yang mengonsumsi sirih pinang tersebut sebanyak 71 subjek mengalami hipertensi dengan tingkat kemaknaan (p-value) 0,025. Akan tetapi, studi ini belum menganalisis faktor-faktor perancu lainnya, seperti aktivitas fisik atau olahraga, kebiasaan merokok, asupan natrium, kebiasaan meminum kopi, dan lain-lain. Hasil studi ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan di Taiwan dan Pakistan.

Sirih pinang dalam menyebabkan hipertensi disinyalir disebabkan oleh kandungan substansi alkaloid yang terdapat di dalam sirih pinang tersebut. Kandungan substansi alkaloid yang terdapat pada sirih pinang adalah Arecoline, Arecaidine, Guvacine, Tannis, Lipid. Dari beberapa alkaloid tersebut,

Arecoline merupakan alkaloid paling banyak dan paling aktif yang terkandung di dalam sirih pinang. Alakaloid ini dapat menstimulus sekresi katekolamin yang pada akhirnya menyebabkan teraktivasinya sistem simpatik. Oleh karena itu, kedepannya perlu dilakukan penelitian-peneltian yang lebih komprehensif dan tentunya menganalisa faktor-faktor perancu lainnya yang dapat menyebabkan hipertensi, dengan demikian prevalensi hipertensi di Indonesia dapat terus ditekan yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular.

 

Daftar Pustaka

1.     Soenarta AA, Widyantoro. Hipertensi Sistemik: Mekanisme, Diagnosis dan Tata Laksana. Buku Ajar Kardiovaskular FKUI. Jakarta. 2nd Edition. Jakarta: Sagung Seto; 2017

2.     ChinTH. Betel Nut Chewing is Associated with Hypertension in Taiwanese Type 2 Diabetic Patients. HypertensRes. 2008;31(2008):417-420.

3.     Lin WY, Chiu TY, Lee, LT, etal. Betel nut chewing is associated with increased risk of cardiovascular disease and all-cause mortality in Taiwanese men. AmJ Clin Nutr. 2008;87:1204

4.     Lin WY, Sunyer XP, LiuCS, etal. Betel Nut Chewing Is Strongly Associated With General and Central Obesity in Chinese Male Middle-aged Adults. Obesity. 2009;17(6):1247

5.     World Health Organisation. (2012). Review of Areca (Betel Nut and Tobacco Use in the Pacific: A Technical Report. Retrieved from http://www.wpro.who.int/tobacco/documents/betelnut.pdf