Siapa Yang Bekerja Tapi Gak Pernah Lelah ?

Siapa Yang Bekerja Tapi Gak Pernah Lelah ?

Oleh : Ns. Assyifa Yeyen Anggraini, S.Kep.

Setiap orang pernah menggalami kondisi lelah baik fisik maupun mental, karena kemampuan tubuh untuk tetap terjaga memiliki batas tertentu. Hampir seluruh orang merasakan kondisi lelah setelah melakukan aktifitasnya seharian. Begitupun dengan para pekerja yang harus tetap terjaga selama 8 jam demi memenuhi tugas dan shift kerjanya. Produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus menerus (apapun jenis pekerjaan nya) yang disebabkan menurunnya kadar glukosa darah (Suma’mur, 2014). Itulah sebabnya istirahat diperlukan minimal setengah jam setelah 4 jam bekerja terus menerus. Diperlukan sedikit kudapan (15 menit setelah 1,5-2 jam bekerja) untuk mempertahankan efisiensi dan performa kerja.

Kelelahan fisik yang terjadi diantaranya adalah tidak dapat tekun dalam pekerjaan, sakit kepala, kekakuan bahu, nyeri punggung, pernafasan tertekan, haus, suara serak, tremor anggota badan serta merasa kurang sehat (Suma’mur, 2014). Sedangkan menurut Cherniss (2000), gejala kelelahan kerja yaitu cepat marah, sering merasa bersalah, bersikap negatif dan menarik diri, rasa curiga yang berlebihan serta menghindari diskusi mengenai pekerjaan dengan teman kerja.

Penyebab kelelahan kerja, menurut Techera et al (2016) yaitu :

·        Pengerahan mental (mental exertion). Merupakan aktivitas kognitif berkelanjutan yang memerlukan usaha mental yang luar biasa.

·       Pengerahan otot (muscular exertion). Merupakan suatu kejadian fisik murni dimana hubungan primer antara kekakuan otot berakibat pada kelelahan lokal.

·     Karakteristik beban kerja (work load characteristic). Beban kerja yang berat berdampak negatif terhadap tidur sehingga mengganggu proses pemulihan.yang mengakumulasi kelelahan pada individu.

·         Jam kerja memanjang dan lembur (overtime and long work hours). Menimbulkan kelelahan mental dan fisik dalam bekerja.

·       Gangguan tidur (sleep deprivation). Kurang tidur dipandang sebagai prekursor kelelahan yang kuat sehingga Dawson et al (2010) mengemukakan bahwa kelelahan dapat diprediksi secara akurat dengan hanya mengukur jumlah tidur pekerja dalam 24-48 jam sebelum shift kerja.

 

Faktot-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja :

·           Umur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan, dikarenakan penurunan kekuatan dan ketahanan   otot, serta perubahan pada organ tubuh yaitu sistem kardiovaskular dan hormonal (Suma’mur, 2014).

·     Jenis kelamin. Wanita lebih mudah lelah dibanding pria dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot relatif kurang,     mengalami siklus haid, kehamilan serta menopause.

·         Status gizi dan kesehatan. Keadaan gizi yang baik dan sehat akan memiliki kapasitas kerja serta ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya.

·       Jam kerja.  Lamanya waktu bekerja maksimum 8 jam/hari, memperpanjang waku kerja hanya akan menurunkan efisiensi, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2014).

·       Masa kerja. Masa kerja memiliki pengaruh positif yaitu semakin lama sesorang bekerja, maka akan berpengalaman dalam melakukan tugasnya dengan efisien. Namun negatifnya adalah berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh dan semakin banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut yang berakibat kelelahan.

·        Shift kerja. Efek kerja shift dalam jangka pendek yaitu terganggunya pola tidur dan gangguan psikososial. Sedangkan efek  jangka panjang yaitu gangguan percernaan dan jantung.

·          Keadaan yang monoton. Pembebanan otot yang cukup lama akan mengakibatkan Repetitif Strain injuries (RSI), yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang. Tidak ada variasi kerja pun akan menimbulkan kejenuhan dan kelelahan.

·     Beban kerja. Merupakan beban fisik dan non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan tugasnya. Harus disesuaikan dengan kemampuan fisik, kognitif maupun keterbatasan yang dimiliki oleh pekerja.

·       Lingkungan kerja. Suhu, kebisingan, pencahayaan dan getaran akan berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap mental dan kelelahan kerja.

 

Dampak kelelahan kerja :

1.   Penurunan perhatian dan konsentrasi. Kelelahan mengurangi proses stimulus, kapasitas konsentrasi dan membuat individu lebih rentan terhadap kesalahan.

2.    Degradasi fisik dan nyeri. Kelelahan akan meningkatkan resiko terjatuh, berkurangnya kekuatan otot, pergerakan lebih lambat dan peningkatan jumlah kesalahan.

3.     Penyakit. Para peneliti menemukan bahwa pekerja shift malam mengalami kelelahan yang lebih tinggi, gangguan gastrointestinal seperti konstipasi dan diare. Selain itu dapat mengganggu fungsi kardiovaskular (Techera et al, 2016).

4.    Perubahan mood. Efek negatif jangka pendek yaitu marah, sedih, tegang dan gelisah. Sedangkan efek jangka panjang perubahan stabilitas emosional dan depresi.

5.   Perubahan kognitif. Kelelahan akut mempengaruhi komunikasi, pengambilan keputusan, kreatifitas, perencanaan, kontrol dan kinerja baru (Techera et al, 2016).

6.  Kelalaian dan kecelakaan. Tingkat kelelahan mempengaruhi  terjadinya kecelakaan akibat menurunnya kemampuan untuk melaksanakan perencanaan.

Yakin lah bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan suasana hati yang nyaman, pikiran yang jernih dan tubuh yang sehat akan menghasilkan produktivitas yang baik.

“Semua perkembangan tergantung dari aktivitas nya. Tidak akan ada pembangunan secara fisik maupun intelektual tanpa adanya usaha dimana usaha tersebut berarti bekerja keras.” (Calvin Coolidge).“ Tanpa bekerja semua kehidupan akan membusuk. Tetapi ketika bekerja tanpa jiwa, maka kehidupan akan tercekik dan mati.” (Albert Camus)