Seringkali Nyeri Pada Dada dan Pingsan? Bisa Jadi Ada Stenosis Aorta

Seringkali Nyeri Pada Dada dan Pingsan? Bisa Jadi Ada Stenosis Aorta

 

Penulis: dr. Virandra B. Kusmanto

 

Secara umum, penyebab nyeri dada yang paling umum terjadi dan diketahui masyarakat adalah karena sumbatan pada penyakit jantung koroner, tetapi ternyata terdapat banyak hal lain yang mungkin menyebabkan nyeri dada. Mari kita bahas salah satunya.

Jantung adalah organ vital dalam tubuh manusia. Fungsi utama jantung adalah untuk memompa darah ‘bersih’ kaya oksigen ke seluruh tubuh dan juga memompa ‘darah kotor’ kaya karbondioksida ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen yang dibutuhkan. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, jantung memiliki berbagai komponen dengan fungsi yang beragam. Darah kaya oksigen dari jantung akan dipompa dari ventrikel kiri jantung ke pembuluh darah aorta, sebuah pembuluh darah terbesar dalam tubuh, sebelum akhirnya berakhir pada cabang-cabang di seluruh tubuh. Diantara ventrikel kiri jantung dan aorta terdapat suatu katup yang disebut sebagai katup aorta. Katup ini akan membuka saat darah dipompa keluar jantung pada fase sistolik, lalu akan menutup tepat sebelum fase diastolik atau fase pengisian ruang jantung, sehingga aliran darah yang telah masuk ke dalam aorta tidak berbalik kembali masuk ke jantung. Katup aorta dapat mengalami berbagai kelainan yang mengganggu fungsi normal tubuh, salah satunya adalah stenosis aorta.

Kata ‘stenosis’ berarti penyempitan atau penurunan diameter. Stenosis aorta adalah kondisi terjadinya penyempitan pada katup aorta yang menyebabkan obstruksi aliran darah yang melewati katup tersebut sehingga pengiriman darah kaya oksigen ke bagian tubuh lain terganggu. Di negara maju, penyebab stenosis aorta yang paling banyak terjadi adalah pengapuran/kalsifikasi dari katup aorta akibat proses penuaan. Penyebab stenosis aorta yang kedua adalah kelainan bawaan katup aorta bicuspid yaitu kelainan dimana hanya terdapat dua kuspis pada katup aorta, tidak seperti kondisi normal dimana terdapat tiga kuspis. Selain itu, stenosis aorta juga dapat disebabkan akibat penyakit jantung rematik dimana awalnya dimulai dengan infeksi bakteri yang memicu proses peradangan dalam tubuh. Katup aorta yang terdampak kondisi-kondisi tersebut menjadi kaku dan menebal, sehingga pergerakannya tidak lagi bebas, membuat aliran darah tidak dapat berlalu seperti sedia kala.

Ketika ukuran katup aorta belum terlalu menyempit, stenosis aorta biasanya tidak menyebabkan adanya gejala yang bisa dirasakan. Namun ketika katup sudah sangat menyempit beragam gejala yang dirasakan pasien bisa muncul. Katup yang sempit menyebabkan terhalangnya aliran darah sehingga terjadi bendungan darah di ventrikel kiri. Ventrikel kiri yang kerjanya bertambah berat kemudian membengkak. Pasien bisa merasakan nyeri dada karena beban ventrikel kiri yang berat. Nyeri dada ini umumnya dapat membaik dengan istirahat. Aliran darah dari ventrikel kiri tidak dapat melewati katup aorta dengan efektif sehingga darah tidak mencapai bagian tubuh lain. Stenosis aorta mengganggu kemampuan jantung untuk dapat menyediakan kebutuhan pasokan darah ke bagian tubuh yang membutuhkan. Saat pasien melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, ketidakmampuan jantung dalam menyuplai darah menyebabkan organ seperti otak kekurangan oksigen, yang dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran atau pingsan. Pada kondisi sangat berat, terjadi kegagalan jantung, juga dapat terjadi bendungan darah yang makin meluas hingga atrium kiri dan paru. Pasien dapat merasakan sesak napas yang memberat saat posisi berbaring dan mudah lelah saat beraktivitas. Pasien juga dapat merasakan berdebar-debar karena gangguan irama jantung.

Untuk dapat mengetahui kepastian dari diagnosis, maka orang yang memiliki gejala-gejala tersebut sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter supaya dapat dilakukan pemeriksaan dan tatalaksana yang sesuai. Pemeriksaan yang umum dilakukan adalah pemeriksaan fisik tubuh, rekam jantung, serta ekokardiografi. Pada kondisi tertentu dapat juga dilakukan kateterisasi jantung untuk menilai derajat keparahan dan mengevaluasi anatomi pembuluh darah koroner. Tatalaksana dari stenosis aorta tergantung dari derajat keparahan stenosis dan gejala yang dialami tiap pasien. Pada kondisi ringan mungkin dapat dilakukan observasi dan pengawasan untuk terus memantau keparahan penyakit. Namun pada kondisi berat, dapat dilakukan penggantian katup aorta melalui operasi bedah maupun dengan metode transkateter atau dengan menggunakan alat yang dimasukkan dari pembuluh darah. Setiap tindakan dan keputusan yang diambil akan disesuaikan dengan pertimbangan kondisi masing-masing pasien.

 

Referensi:

Otto, CM., et al. Valvular Heart Disease. In: Braunwald’s Heart Disease. 10th Edition. 2015.

Otto, CM, et al. 2020 ACC/AHA Guideline for the Management of Patients With Valvular Heart Disease: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2020;143:e72-e227.

Pathophysiology of Heart Disease Lilly 6th Edition. Valvular Heart Disease. 2015