Seringkali Merasa Berdebar-debar Tidak Menentu? Bisa Jadi Fibrilasi Atrium
Penulis: dr. Virandra B. Kusmanto
Jantung adalah organ vital dalam tubuh yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan ke paru-paru. Di dalam jantung, darah akan mengalir dari serambi jantung (atrium) ke bilik jantung (ventrikel) sebelum akhirnya dipompa dari ventrikel ke pembuluh darah. Untuk dapat melakukan pemompaan darah, otot jantung akan memeras (berkontraksi) darah keluar jantung dan kembali relaksasi untuk pengisian darah ke dalam ruang-ruang jantung dengan kecepatan tertentu. Pada orang dewasa dalam kondisi istirahat, laju jantung yang normal adalah sebanyak 60-100 kali setiap menit dengan pola irama detak jantung yang teratur. Teratur dalam hal ini bisa dibayangkan layaknya tempo bunyi metronom yang konsisten, dengan jarak waktu antar detak jantung secara umum serupa.
Laju kecepatan yang normal dengan irama yang teratur dibutuhkan oleh jantung untuk memiliki waktu yang cukup dalam pengisian dan pemompaan darah dengan jumlah sesuai kebutuhan metabolisme tubuh. Terdapat sejumlah kondisi normal dimana laju jantung dapat meningkat, misalnya saat seseorang sedang berolahraga. Namun, terdapat suatu kondisi gangguan laju jantung menjadi tidak normal yang disebut sebagai aritmia, dimana laju jantung dapat menjadi terlalu lambat, terlalu cepat, atau irama jantung berjalan secara tidak teratur (ireguler). Salah satu jenis aritmia yang banyak ditemukan adalah fibrilasi atrium.
Fibrilasi atrium adalah suatu kondisi dimana irama detak jantung tidak teratur. Pada kondisi ini, seringkali laju jantung menjadi terlalu tinggi secara tidak normal dan tidak beraturan. Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 2,7 juta orang yang mengalami fibrilasi atrium. Gejala yang dapat muncul pada penderita fibrilasi atrium antara lain rasa berdebar-debar, lemas dan seperti ingin pingsan, napas terasa pendek, rasa tidak nyaman pada dada, juga merasa lelah. Terkadang penderita fibrilasi atrium juga bisa tidak memiliki gejala apapun dan tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan irama pada jantung mereka. Risiko terjadinya fibrilasi atrium meningkat pada orang dengan usia lanjut, penderita tekanan darah tinggi, diabetes, hipertiroidisme, juga penyakit jantung seperti jantung koroner, gagal jantung, dan penyakit jantung katup.
Pada fibrilasi atrium terjadi gangguan pada arus kelistrikan jantung yang menyebabkan atrium jantung berdetak terlalu cepat dan tidak beraturan sehingga atrium hanya seolah-olah bergetar (fibrilasi) dan tidak terjadi kontraksi yang nyata untuk membantu darah turun dari atrium ke ventrikel jantung. Hal ini mengakibatkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan teratur, sehingga laju jantung menjadi tidak teratur dan kerja jantung menjadi tidak efisien.
Bahaya yang dapat terjadi pada fibrilasi atrium adalah meningkatnya risiko pembentukan gumpalan darah lima kali lipat daripada orang yang normal. Ketika jantung tidak dapat memompa darah dengan baik, aliran darah akan terhambat dan bergerak dengan lambat dalam jantung. Darah yang stasis lama kelamaan akan menjadi menggumpal dan tidak semuanya larut sebagai cairan seperti seharusnya. Gumpalan darah ini berbahaya karena sewaktu-waktu dapat berpindah tempat dan tersangkut di pembuluh darah yang ukurannya lebih kecil, sehingga mengakibatkan terhentinya aliran darah yang membawa nutrisi pada lokasi terkait. Apabila sumbatan ini terjadi di otak maka akan menyebabkan stroke yang merusak jaringan otak.
Penegakan diagnosis fibrilasi atrium dilakukan dengan pemeriksaan elektrokardiografi (ekg), yang mungkin bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan seperti ekokardiografi dan penunjang lain sesuai kebutuhan untuk investigasi penyebab dan komplikasi yang mungkin ada. Tatalaksana pengobatan pada fibrilasi atrium tergantung pada kondisi masing-masing penderita. Secara umum, dokter akan memantau laju jantung dan kondisi pasien secara berkala. Dapat juga diberikan obat-obatan untuk mengontrol laju dan irama jantung agar tidak terlalu cepat, serta memberikan obat pengencer darah untuk mengurangi risiko penggumpalan darah. Beberapa kasus mungkin memerlukan tindakan invasif seperti ablasi dan operasi. Apabila anda memiliki fibrilasi atrium, maka penting untuk mengetahui gejala yang mungkin ada dan tetap kontrol rutin untuk memantau kondisi tubuh anda agar bisa menyesuaikan obat-obatan yang diperlukan sebagai kebutuhan individual.
Referensi:
American Heart Association. What is Atrial Fibrillation (AFib or AF)? [Internet] Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/atrial-fibrillation/what-is-atrial-fibrillation-afib-or-af. Accessed April 12th 2021.
January CT, Wann LS, Alpert JS, et al, for the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. 2014 AHA/ACC/HRS guideline for the management of patients with atrial fibrillation: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society. J Am Coll Cardiol. 2014 Dec 2. 64 (21):e1-76.
Lubitz SA, Yin X, Rienstra M, et al. Long-term outcomes of secondary atrial fibrillation in the community: the Framingham Heart Study. Circulation. 2015 May 12. 131 (19):1648-55.