Prevensi Sekunder: Komitmen RSJPDHK Sembuhkan Pasien
Komitmen Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) terhadap kesehatan pasien tidak berhenti begitu saja. Hal ini terlihat dengan adanya program rehabilitasi kardiovaskular (prevensi sekunder) bagi pasien pasca operasi jantung. Program rehabilitasi kardiovaskular tersebut melibatkan ahli multi disiplin seperti dokter spesialis jantung, perawat kardiovaskular, fisioterapis, psikolog, rehab medis, dietisien, hingga rohaniawan, yang bergabung bersama dalam memberikan program tata laksana menyeluruh bagi kesembuhan pasien.
Dokter Spesialis Jantung RSJPDHK, sekaligus Ketua Staf Medis Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular, dr. Ade Meidian Ambari, Sp.JP(K) menjelaskan bahwa program rehabilitasi kardiovaskular diperuntukan bagi pasien pasca tindakan pasang ring (PTCA), bedah pintas arteri koroner (BPAK), pasca tindakan ganti katup jantung, gagal jantung, hingga pasien perokok agar faktor risikonya dapat diminimalisir dan kondisi sakitnya tidak terulang kembali.
Program rehabilitasi ini bukan hanya meliputi latihan fisik semata, melainkan juga transfer informasi mengenai manajemen faktor risiko bagi pasien kardiovaskular. “Melalui program rehabilitasi ini, kami memberikan motivasi-motivasi, misalnya bagi pasien perokok menjadi tidak merokok, pasien hipertensi tidak terkontrol menjadi terkontrol, atau juga kolesterol yang berlebih menjadi normal. Karena semua hal tersebut membutuhkan konseling bukan hanya tata laksana pengobatan saja.” papar dr. Ade.
Untuk program rehabilitasi sendiri terbagi atas tiga fase. Fase pertama diberikan saat pasien dirawat selesai operasi hingga pasien pulang dari rumah sakit. Fase kedua dimulai dari 10 hari sejak pasien pulang hingga 2 minggu setelah kepulangan dan dilakukan sebanyak 12 kali latihan, “Nanti akan terlihat jika kapasitas fungsional mereka yang sebelumnya rendah, kebugaran rendah, setelah melakukan rehabilitasi jadi lebih baik,” ungkapnya.
Ketua Kelompok Staf Medik Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular tersebut memaparkan bahwa program prevensi sekunderyang diberikan RSJPDHK dilakukan secara holistik. Selain pemberian bimbingan terapi dan latihan fisik, terdapat modalitas lain yang juga turut digunakan dalam program rehabilitasi pasien seperti penggunaan alat ECP (External Counter Pulsation) bagi pasien dengan keluhan angina refrakter/nyeri dada berulang.
Penggunaan alat ECP di RSJPDHK telah dibuktikan memberikan manfaat bagi pasien. ”Kita sudah melakukan penelitian untuk menggunakan alat ini, jam terbangnya pun sudah mencapai 3000 jam,”paparnya. Bahkan sambutan yang diberikan oleh pasien sangat positif dalam penggunaan alat ini. Contohnya dari pasien keluhan nyeri dada yang merasakan banyak pengurangan rasa sakit atau bahkan menghilang setelah beberapa kali melakukan treatment pengobatan hingga merasakan badan yang bugar.
Tindakan ECP memiliki waktu pengobatan yang lebih panjang, dilakukan sebanyak 35 kali pertemuan selama 1 jam per pertemuan. “Dapat dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat selama 7 minggu, atau bisa dilakukan sehari 2 kali masing-masing 1 jam hingga 35 kali terapi. Untuk waktu bisa disesuaikan mengikuti pasien dan keluarga,” jelasnya. Bahkan dirinya memastikan bahwa RSJPDHK telah melakukan HARTEC Study untuk penggunaan ECP dan memberikan hasil yang baik.
Pasien seperti keluhan gagal jantung, angina refraktor/nyeri dada berulang dalam kondisi lanjut, pasien dengan keluhan pompa jantung rendah, hingga pembengkakan jantung juga telah dapat ditangani secara menyeluruh dengan program paliatif kardiovaskular. Program paliatif merupakan salah satu bagian dari program prevensi sekunder dengan memberikan tata laksana yang lebih menyeluruh.
“Dalam program paliatif kardiovaskular ini kita bukan hanya mengobati pasiennya, tetapi juga tatalaksana untuk mengobati psikologisnya. Bagaimana pasien tersebut diberikan support oleh perawat-perawat terlatih hingga pendekatan religius keagamaannya,” ungkapnya. Sedangkan pasien dengan kondisi berat dan membutuhkan perawatan dalam jangka panjang RSJPDHK mengembangkan program Cardiac Home Care.
“Pelayanan Cardiac Home Care dapat meminimalkan risiko infeksi pada pasien, dan memberikan kenyamanan bagi pasien dan keluarga yang membutuhkan perawatan kardiovaskular dirumah dalam jangka panjang,” sambungnya.
Karena menurutnya tujuan dari program rehabilitasi kardiovaskular adalah untuk menurunkan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan). “Karena sudah menjadi komitmen kami untuk melakukan pencegahan sekunder, dan pencegahan itu lebih baik dari pada harus mengobati," pungkas dokter yang juga aktif dalam organisasi profesi kedokteran (IDI) dan PERKI ini. (IPPU - RSJPDHK)