Polusi Udara dan Penyakit Kardiovaskular: Musuh yang Tidak kelihatan

Polusi Udara dan Penyakit Kardiovaskular: Musuh yang Tidak kelihatan

 

Penulis: dr. Daniel Christian Fernandez Hutabarat

 

Polusi udara sampai sekarang masih menjadi masalah yang cukup krusial terutama bagi orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan. Bagaimana tidak, WHO mencatat sekitar 91% dari total seluruh populasi dunia tinggal di tempat dengan kualitas udara melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oraganisasi ini sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 4,2 juta kematian di seluruh dunia terjadi setiap tahunnya akibat paparan langsung dari udara yang telah terkontaminasi bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, dengan hampir 40 ribu kematian anak di bawah umur lima tahun akibat paparan asap kendaraan bermotor.IQAir, sebuah perusahaan teknologi yang melakukan pemantauan kualitas udara berbasis di Swiss, mengestimasi kerugian sekitar 8 milliar dollar atau 115 trilyun rupiah yang harus ditanggung oleh seluruh negara di dunia setiap harinya sebagai akibat tidak langsung dari pencemaran udara.

Sumber-sumber utama dari polusi udaraantara lain hasil pembakaran dan pemanasan yang berasal dari aktivitas rumah-tangga, asap kendaraan-kendaraan bermotor, insinerasi limbah pabrik dan agrikultur. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 80% pencemaran udara di Indonesia terutama Jakarta diakibatkan oleh asap pembuangan kendaraan bermotor yang dipakai sebagai alat transportasi rutin oleh mayoritas masyarakat. Pada laman resmi IQAirdi bulan maret 2021, Indeks kualitas udara di jakarta berada di angka 112 dengan konsentrasi PM 2,5 saat ini mencapai 40 mikrogram per meter kubik. Angka ini masih berada di atas standar yang telah ditetapkan oleh WHO yakni 25 mikrogram per meter kubik. Sebagai informasi, PM (Particulate Matter) 2,5 adalah sebutan untuk partikel polutan yang berukuran kurang dari 2,5 mikrometer yang secara umum berkuran lebih kecil dan berbahaya serta memiliki kemampuan untuk mem-penetrasi jaringan dan organ tubuh sehingga memiliki dampak yang lebih buruk terhadap kesehatan.

Lazimnya, paparan polusi udara akan mengganggu kesehatan seseorang dengan cara menyerang sistem pernafasan. Paparan polusi udara pada seseorang dapat menimbulkan gejala batuk, sesak nafas hingga mengalami infeksi saluran nafas atas ataupun bawah. Hal ini cukup mengkhawatirkan terutama pada orang-orang dengan riwayat alergi, penyakit asma, dan pada usia lanjut.Selain menyerang sistem pernafasan, polusi udara juga memiliki dampak negatif terhadap penyakit kardiovaskular. Particulate Matter (PM) 2,5, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, yaitusistem pernafasan sampai ke paru-paru. Lalu PM 2,5 akan berdifusi ke dalam darah danmemicu stres oksidatif dan mengakibatkan inflamasi atau peradangan lokal pada pembuluh darah dengan cara merusak endothel atau lapisan terluar pembuluh darah. Hal ini juga akan meningkatkan kecenderungan pembekuan darah dan trombosis, meningkatkan potensi terjadinya irama jantung abnormal (aritmia). Inflamasi yang terjadi secara berkelanjutan ini akan membuat pembuluh darah mengalami konstriksi atau pengecilan diameter sehingga dalam jangka panjang akan menyebabkan kenaikan tekanan darah (hipertensi). Sebuah penelitian kohort oleh Kaufman dkk pada tahun 2016 menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap PM 2,5 dapat mempercepat penebalan plak aterosklerosis pada dinding pembuluh arteri. Tentunya hal ini akan berakibat buruk pada orang-orang dengan resiko tinggi penyakit kardiovaskular yang tinggal di daerah dengan kualitas udara buruk. Selain itu, WHO menjelaskan bahwa timbal, sebagai salah satu kandungan berbahaya dalam udara yang telah terkontaminasi, dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu hipertensi yang berakibat pada peningkatan resiko penyakit kardiovaskular.

Sekitar 2% dari penyakit iskemia jantung dan 3% penyakit serebrovaskular juga diakibatkan oleh paparan berlebih dari timbal dalam jangka panjang.Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah paparan polusi udara? Ada cukup banyak rekomendasi WHO agar kita dapat meminimalisir paparan terhadap polusi udara. Salah satu hal yang cukup sederhana adalah penggunaan masker medis saat beraktivitas di luar rumah. Seperti yang kita ketahui rute utama polutan masuk ke dalam tubuh kita adalah melalui sistem pernafasan.