Polusi Udara dan Penyakit Kardiovaskular

Polusi Udara dan Penyakit Kardiovaskular

Penulis: dr. Praditya Virza Ramadhan

 

Jakarta merupakan salah satu kota dengan tingkat polusi tertinggi di Indonesia, bahkan di dunia. Menurut halaman iqair.com menunjukan bahwa air quality index (AQI) Jakarta adalah yang terburuk nomor 20 di dunia. Ternyata kualitas polusi udara yang buruk tidak bisa dianggap sebelah mata, paparan kronis terhadap polusi udara dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit kardiovaskular.

Secara teori polusi udara dibagi ke berbagai macam kategori bedasarkan ukuran partikel atau disebut PM (Particulate Matter). Dari berbacam jenis PM yang teridentifikasi, PM 2.5 adalah jenis yang paling banyak diteliti dan menimbulkan penyakit jantung. Menariknya, kadar PM 2.5 di Jakarta ternyata 6x lebih banyak dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO. Contoh PM 2.5 ini adalah asap kendaraan bermotor, asap rokok, pembakaran kayu, asap memasak dan juga asap yang dihasilkan cerobong pabrik.

Paparan secara kronis terhadap polutan ini akan memicu terbentuknya spesies oksigen reaktif yang pada akhirnya akan menimbulkan disfungsi pembuluh darah dan inflamasi sehingga menyebabkan penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular yang paling sering adalah hipertensi, gangguan ritme jantung, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner. Memang kejadian penyakit jantung ini muncul apabila terjadi paparan secara kronis oleh partikel polutan.

Lalu apa yang bisa dilakukan? Untuk polutan pada udara luar (outdoor) dapat menggunakan masker untuk mengurangi paparan polutan. Jenis masker yang paling ideal adalah maker N95 namun, dapat juga menggunakan masker bedah, sayangnya masker kain tidak disarankan karena maskter tersebut tidak dapat menyaring partikel PM 2.5. Selain itu pemberian vitamin C juga terbukti berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kerusakan akibat spesies oksigen reaktif. Untuk polusi dalam ruangan (indoor) disarankan menggunakan filter udara untuk menyaring PM 2.5

Penanganan paparan polutan ini memang tidak mudah dikarenakan dipengaruhi oleh masalah lain seperti masalah sosial-ekonomi dan juga kebijakan pemeerintah setempat.

 

Referensi:

1. Rajagopalan S, Al-Kindi SG, Brook RD. Air pollution and cardiovascular disease: JACC state-of-the-art review. Journal of the American College of Cardiology. 2018 Oct 23;72(17):2054-70.

 2. Landrigan PJ, Fuller R, Acosta NJ, Adeyi O, Arnold R, Baldé AB, Bertollini R, Bose-O'Reilly S, Boufford JI, Breysse PN, Chiles T. The Lancet Commission on pollution and health. The lancet. 2018 Feb 3;391(10119):462-512.