Plastik dan Kesehatan Kardiovaskular
Penulis: dr. Perdana Rezha Kusuma P H
Dewasa ini kebutuhan akan plastik sangat meningkat di dunia. Dari kemasan air mineral hingga pembuatan pesawat menggunakan variasi dari bahan tersebut. Sejak tahun 1950 produksi plastik global meningkat secara drastic dari 2 juta hingga 380 juta ton pertahunnya dan faktanya setiap detik yang berlalu terdapat 20.000 botol plastic yang di produksi secara global. Dalam dunia kedokteran hampir mustahil untuk menghindari penggunaan plastic dikarenakan produk ini digunakan pada syringe, kateter, wadah cairan infus serta berbagai barang medis lainnya.
Di bidang lain pun penggunaan plastic sulit di hentikan dikarenakan versitalitas dan durabilitas dari plastic menjadi daya pikat yang utama serta tambahan adanya fakta bahwa biaya produksi dari plastic pun tergolong murah. Dikarenakan jumlah pemakaiannya yang banyak ini lah penggunaan plastic menjadi sorotan terutama pada bahan yang terkandung didalamnya yaitu di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) dan bahan kimia sintetik untuk menciptakan polimer seperti bisphenol A (BPA).
Sejak 1950 BPA monomer diketahui dapat digunakan untuk menciptakan plastic polikarbobat yang kuat dan transparan atau digunakan untuk membuat epoxy resin sebagai lapisan protektif (makanan kaleng). Beberapa studi melaporkan BPA yang tidak terdegredasi secara sempura dapat menimbulkan exposure pada manusia. Studi lain melaporkan 75-90% BPA terdeteksi pada populasi secara general. Sebagai contoh pasien anak yang akan menjalani operasi jantung memiliki kadar BPA pada urin yang meningkat sebanyak 42 persen dan metabolit DEHP sebanyak 1500-2100 % level. saat diukur post operatif. Bahan kimia plastic ini tetap berada di konsentrasi yang tinggi bahkan setelah beberapa minggu setelah operasi.
Eksposure ini menjadi sorotan dikarenakan baik DEHP dan BPA memiliki sifat “endocrine-disrupting” yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormone dan jalur transduksi sinyal. Pada studi longitudinal selama 10 tahun didapatkan paparan tinggi terhadap BPA berasosiasi dengan 46-49 % resio hazard yang lebih tinggi terhadap mortalitas akibat kardiovaskular dibandingkan dengan paparan terhadap BPA yang rendah. Asosiasi dengan hypertensi juga mendukung data di atas lebih jauh dimana ditemukan bahwa pada RCT (randomized controlled trial) menemukan hubungan langsung antara orang yang minum dengan plastic dengan BPA memiliki kadar urin BPA yang lebih tinggi dan rata-rata memiliki tekanan darah sistolik 4.5 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang minum dengan menggunakan gelas kaca.
Paparan BPA dapat menganggu jalur signalling kalsium myocardium yang merupakan regulator dari aktifitas listrik, fungsi kontraktil, dan vasoactivity di jantung. Paparan secara akut terhadap BPA juga menghambat voltage-gated calcium channels dan menganggu dinamika kalsium intraseluler pada percobaan jaringan jantung in vivo. Dengan dampak diatas sudah seharusnya kita lebih memperhatikan penggunaan plastic dalam kehidupan sehari-hari. Dampak yang terjadi dengan adanya penggunaan plastic yang berlebihan selain berdampak buruk buat Kesehatan juga berdampak buruk bagi lingkungan. Dampak lebih lanjut masih memerlukan penelitian yang lebih besar menentukan secara pasti efek dan cara mencegah kenaikan level DPA dalam tubuh.
Sumber gambar: freepik.com