Perlemakan Hati dan Bahaya yang Mengintai Jantung Anda
Penulis: dr. Daniel Christian Fernandez Hutabarat
Perlemakan hati atau liver merupakan kondisi dimana terjadinya penumpukan trigliserida dan komponen lemak-lemak lain di dalam sel-sel liver akibat kegagalan fungsi liver untuk me-metabolisme dan mendegradasi lemak. Kenyataannya lemak dalam jumlah yang sedikit di dalam liver masih bisa dikatakan normal, tetapi jika jumlahnya berlebihan hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan hingga dapat menyebar ke organ-organ lainnya terutama jantung. Organ liver atau yang sering kita sebut dengan hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia yang memiliki berat sekitar 1,5 kilogram dan terletak pada perut bagian kanan atas hingga tengah. Seperti yang kita ketahui, organ liver memiliki peran yang cukup penting mulai dari detoksifikasi bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh, membantu proses metabolisme tubuh terutama glukosa sebagai sumber energi, meregulasi pembekuan darah,memproduksi protein-protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh serta sebagai ‘stasiun’ transportasi lemak ke seluruh tubuh.
Gangguan yang terjadi pada organ liver dapat menyebabkan fungsi-fungsi normal pada liver tidak bekerja dengan baik, salah satunya yakni perlemakan hati. Perlemakan hati ini selanjutnya akan mengakibatkan peradangan atau inflamasi pada liver yang pada akhirnya akan memicu kegagalan hati (liver failure). Ketika perlemakan hati terjadi pada orang yang rutin mengkonsumsi alkohol, hal ini kita kenal sebagai Perlemakan Hati Alkoholik. Sedangkan perlemakan hati yang terjadi pada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol kita sebut sebagai Perlemakan Hati Non-alkoholik. Sebuah penelitian epidemiologi global di bidang gastrohepatologi menyatakan angka kejadian penyakit perlemakan hati non-alkoholik terjadi pada hampir1 miliar orang di seluruh dunia, dan benua Asia memimpin peningkatan kasus per tahunnya dalam 5 tahun terakhir ini.
Perlemakan hati non-alkoholik yang terjadi pada seseorang umumnya berkaitan dengan adanya penyakit metabolik yang menyertai, seperti diabetes mellitus tipe-2, obesitas, dislipidemi atau yang kita kenal dengan kadar kolesterol tinggi dan hipertensi. Selain itu perlemakan hati juga dapat dipicu oleh konsumsi obat-obatan steroid dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Orang-orang dengan perlemakan hati biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal perlemakan hati. Pada perlemakan hati derajat berat, gejala yang biasanya timbul seperti nyeri perut, rasa begah/penuh pada perut kanan atas, mual, jaundis/kuning pada kulit dan mata, bengkak pada perut dan kaki.
Perlemakann hati, dalam hubungannya dengan penyakit kardiovaskular, sangat berkatian erat dengan ketidakseimbangan produksi dari kolesterol, gangguan metabolisme glukosa dalam liver serta resistensi insulin. Hal-hal tersebut akan berperan dalam memodifikasi lapisan terdalam dari pembuluh darah (disfungsi endothel) yang selanjutnya akan memicu terjadinya penumpukan plak lemak dan memiliki kemampuan untuk berikatan dengan faktor-faktor pembekuan darah. Hal inilah yang dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah baik pada organ jantung, otak maupun organ-organ lainnya.
Studi meta analisis yang dilakukan oleh Targher dkk pada tahun 2016 menyebutkan bahwa penderita perlemakan hati memiliki resiko 64% lebih besar untuk terkena kejadian kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke jika dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit perlemakan hati. Studi yang dilakukan oleh Wu dkk di tahun yang sama juga menyatakan adanya kecenderungan 2 kali lebih besar untuk pasien perlemakan hati non-alkoholik mengalami kejadian penyakit jantung koroner jika dibandingkan dengan pasien tanpa perlemakan hati.
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi perlemakan hati. Untuk itu, pencegahan adalah strategi yang terbaik untuk menghindari terjadinya perlemakan hati. Beberapa tips untuk mencegah perlemakan hati antara lain: menjaga berat badan ideal, mengurangi konsumsi makanan berlemak, menjaga kebugaran dengan cara berolahraga secara rutin, dan menghindari konsumsi alkohol serta pada pasien diabetes ataupun dislipidemi agar mengkonsumsi obat secara rutin.