Peran Rehabilitasi Jantung Dalam Menangani Penyakit Jantung Koroner
Penulis: dr. M. Adhitya Nagara
Rehabilitasi adalah suatu upaya untuk mengembalikan sesuatu kepada status kesehatan awalnya. Pencerahan Hipokrates tersebut memosisikan kombinasi makanan dan olahraga yang diberikan dalam takaran yang sedang-sedang saja agar aman dilaksanakan untuk menjaga kesehatan individu. Kombinasi kesadaran, makan dan olahraga adalah hidup dan kehidupan manusia itu sendiri. Hubungan olahraga khususnya pada pasien kardiovaskular sangat berkaitan dengan keberadaan faktor-faktor keteraturan, ukuran (dosis), dan keamanannya.
Tidak semua pasien mau berolahraga apalagi diberikan dosis rehabilitasi kardiovaskular tertentu karena cemas, ketakutan, dan sisa-sisa depresi setelah serangan kardiovaskular. Padahal, rehabilitasi jantung berbasis latihan dikembangkan untuk membalikkan perburukan fisik yang justru dihasilkan oleh pembatasan aktivitas fisik. Pelatihan olahraga adalah pusat dari proses ini dan merupakan salah satu dari beberapa intervensi yang mengurangi angina pektoris di era sebelum obat dan prosedur kardiovaskular dikembangkan.
Terdapat beberapa prinsip dasar latihan olahraga yang berperan dalam rehabilitasi jantung. Olahraga aerobik dan resisten meningkatkan kemampuan tubuh untuk mencatu kebutuhan oksigen otot yang bergerak. Pengaruh utama dari latihan aerobik atau latihan kekuatan adalah meningkatkan kapasitas latihan. Dengan latihan kekuatan, adaptasi utama untuk tubuh ialah meingkatkan kekuatan otot dan daya tahan otot yang terlatih.
Kebanyakan pasien dengan serangan jantung mengontrol gejala mereka dengan obat atau menghilangkan gejalanya dengan prosedur bedah. Namun, banyak bukti bahwa latihan olahraga dapat meningkatkan toleransi pasien terhadap serangan jantung. Latihan olahraga yang terukur dapat meningkatkan waktu latihan sampai timbulnya serangan jantung bahkan menghilangkan seluruh gejala. Penelitian juga mengungkap bahwa latihan olahraga sangat penting untuk pasien dengan gagal jantung.
Program rehabilitasi jantung dibagi menjadi 3 fase berdasarkan status klinis pasien. Fase 1 dimulai segera setelah kejadian jantung akut atau intervensi, pada saat rawat inap. Fase ini jarang terjadi karena singkatnya perawatan di rumah sakit. Program ini tetap berguna dalam memobilisasi pasien usia lanjut setelah serangan jantung. Fase 1 ini juga merupaan cara yang sangat efektif untuk memperkenalkan pasien dengan konsep rehabilitasi jantung dan untuk meminta arahan yang tepat. Fase 2 mengacu pada program rawat jalan yang diawasi dokter di dalam periode pasca rawat inap. Pasien dalam fase ini biasanya mendapatkan latihan tiga kali seminggu dengan total 36 sesi selama periode 3 sampai 4 bulan. Pendekatan lain untuk rehabilitasi jantung termasuk program sederhana di rumah, program pengawasan mandiri, program diawasi perawat ke rumah, dan program berbasis rumah dengan monitor telepon elektrokardiografi.
Fase 3 mengacu pada program pemeliharan EKG tanpa monitor. Mereka disediakan oleh fasilitas yang sama seperti fase 2, namun program fase 3 ini biasanya tidak termasuk pengawasan medis, klub kesehatan dan fasilitas kebugaran juga dapat menerima mereka.
Komponen lain termasuk konseling gizi, psikologi dan vokasional, serta manajemen komponen faktor risiko seperti lemak, tekanan darah dan merokok merupakan aspek yang sangat penting dalam pencegahan penyakit jantung koroner. Hal ini memerlukan keseimbangan peranan staf rehabilitasi jantung dan dokter layanan primer. Mereka dapat memberikan konseling manajemen faktor risiko, menginterpretasikan hasil laboratorium, mengevaluasi hasil pengobatan kolesterol, dll. Beberapa program begitu sederhana, cukup dibuatkan bahan cetak saja untuk peserta. Kegiatan kelas juga dapat dijadwalkan secara kreatif selain sesi latihan, sehingga memungkinkan peserta untuk memilih program apa saja yang terbaik guna memenuhi kebutuhannya sendiri.
Indeks kebugaran WHO-5 telah dikembangkan untuk menentukan persepi kualitas hidup bersifat subjektif pada pasien yang merujuk pada tingkat kebugaran dan kesejahteraan. Indeks kebugaran ini hanya memerlukan waktu 2-3 menit untuk pasien mengisi kuesionernya yang terdiri dari 5 pertanyaan singkat. Bahkan, kuesioner ini dapat diintegrasikan pada pemeriksaan klinis rutin baik pada pelayanan primer maupun sekunder. Pada tahun 2004 di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dari 136 responden dengan serangan jantung, didapatkan 57.4% pasien yang mengalami gangguan depresi. Indeks kebugaran WHO-5 terbukti efektif dalam mengukur fungsi emosional seseorang serta dapat diandalkan untuk skrining depresi.
Pemanfaatan unit rehabilitasi jantung akan meningkat dengan naiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya rehabilitasi jantung terhadap upaya penanggulangan penyakit jantung koroner. Ketika seorang pasien kembali ke layanan primer yang kesadarannya akan rehabulitasi jantung sudah terbina, maka unit rehabilitasi jantung akan memasuki tahap optimal. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Referensi:
Setianto, Budhi. 2017. Rehabilitasi Jantung Komprehensif Berdasarkan Olahraga dalam Buku Ajar Kardiovaskular Jilid II. Jakarta: Sagung Seto.