Penyakit Katup Aorta: Kenali dan Deteksi Dini

Penyakit Katup Aorta: Kenali dan Deteksi Dini

Penulis: dr. Muhamad Fajri Adda’i

 

Aorta adalah pembuluh darah arteri berdiameter terbesar yang ada di sistem kardiovakular dengan fungsi mengalirkan darah yang mengandung kadar oksigen yang tinggi dari jantung ke seluruh tubuh. Karena peranannya sangat besar, aorta menjadi pembuluh darah yang sangat penting dengan memiliki kemampuanmenjaga tekanan darah saat keluar dari jantung agar tetap dalam rentang fisiologis guna memastikan fungsi perfusi (penghantaran) di level jaringan dapat teraliri darah dengan baik. Untuk menjalani fungsinya, aorta memiliki katup yang terdiri dari 3 helai (cuspis)yang berbentuk seperti bulan sabit (semilunar). Agar tekanan di dalam aorta tetap terjaga, katup ini akan menutup setelah jantung memompa darah keluar bersamaan dengan pengisian kembali ruang-ruang di dalamnya.

Secara sederhana, terdapat dua jenis kelainan katup aorta, yaitu penyempitan (stenosis) dan kebocoran (regurgitasi). Kedua jenis ini memiliki konsekuensi hemodinamik serta gejala klinis yang berbeda. Saat terjadi penyempitan di katup aorta, maka tekanan sekaligus pasokan darah yang keluar dari aorta akan turun sehingga gejala yang ditimbulkan akan khas seperti nyeri dada yang memberat saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, gejala gagal jantung (sesak nafas yang memberat saat berbaring dan beraktivitas atau terbangun di tengah malam karena sesak, lemah, lemas, berkunang-kurang, hingga pingsan dandenyut nadi terasa cepat. Selain itu, dikarenakan sumbatan menyebabkan aliran darah terganggu, akan timbul penumpukan cairan di beberapa organ seperti paru dan tungkai bawah, oleh karena itu gejala yang muncul berupa sesak nafas dan pembengkakan tungkai bawah.

Kebocoran katup aorta terjadi karena kegagalan katup aorta untuk menutup secara rapat sehingga aliran darah hasil dari pompa jantung yang seharusnya mengalir secara kuat ke aorta dan seluruh tubuh, kembali lagi jatuh ke dalam jantung. Hal ini menyebabkan gangguan pasokan darah ke seluruh tubuh dan menyebabkan gejala dan tanda seperti pingsan terutama saat beraktivitas fisik, batuk, jantung yang berdebar, sesak nafas saat berolahraga dan berbaring, nyeri dada karena aliran darah di pembuluh darah koroner terganggu, bengkak di tungkai dan pembuluh darah vena leher, cairan di rongga perut,dan denyutnadi terasa sangat kuat.

 

Penyebab terjadinya aorta regurgitasi antara lain karena:

Penyakit bawaan dari lahir: penyebab tersering adalah katup aorta bicuspid (2 helai katup)

Penyakit karena didapat:

Demam reumatik

Infeksi pada jantung (endocarditis infektif)

Penyakit kolagen vaskular

Penyakit degeneratif

Trauma

Setelah operasi

Penyakit lain yang masalah primernya bukan di katup aorta namun dapat menyebabkan regurgitasi aorta, seperti:

Hipertensi jangka panjang

Sindrom marfan

Pelebaran aorta karena usia tua

Sifilis aorta

Sel giant arteritis

Arteritis Takayasu

Ankilosing spondylosis

Penyebab kejadian penyempitan katup aorta antara lain:

Penyakit jantung kongenital: bawaan lahir katup aorta bicuspid (2 helai katup) bahkan hanya 1 atau 4 helai katup.

Kalsifikasi dikatup aorta yang berkembang seiring pertambahan usia

Penyakit demam reumatik

Faktor risiko penyempitan katup aorta adalah:

Usia

Jenis kelamin laki-laki

Penyakit ginjal kronis

Faktor risiko kardiovaskular: diabetes mellitus, peningkatan kolesterol, tekanan darah tinggi, merokok, peningkatan indeks massa tubuh, dsb

Riwayat terapi radiasi pada dada

Kadar fosfat di darah

 

Penyakit katup aorta didiagnosis melalui beberapa tahapan, pertama dokter akan menganalisis melalui wawancara keluhan yang dialami, kemudian memerika tanda pemeriksaan fisik tertentu yang khas terhadap gangguan katup aorta. Pemeriksaan penunjang elektrokardiografi, ronsen dada, ekokardiografi (USG jantung), kateterisasi jantung, serta cardiac magnetic reasoning imaging untuk mengetahui fungsi dan struktur lebih detail.

Setelah diagnosis ditegakkan, penyakit katup aorta tatalaksana sesuai dengan derajat keparahan dan penyebab yang mendasari. Secara umum, belum ada obat-obatan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit katupsecara definitif atau membalikkan keadaan menjadi seperti semula. Namun ada beberapa pilihan obat yang diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki hemodinamik, mengurangi gejala yang dirasakan, serta mengontrol penyakit yang mendasari untuk memperlambat progresivitas perkembangan gangguan ini agar tidak jatuh ke dalam kondisi lebih berat bahkan terminal seperti gagal jantung. Obat-obat tersebut diantaranya berasal dari golongan penghambat reseptor beta, penghambat kanal kalsium, atauantibiotik. Oleh karena itu,deteksi dini penyakit ini merupakan hal yang sangat penting. Pada derajat ringan dan tanpa gejala, perubahan gaya hidup dan modifikasi faktor risiko merupakan hal yang sangat esensial untuk diterapkan.

Pengobatan definitif yang dapat dilakukan pada pasien yang telah mencapai stadium penyakit lanjutdengan perbaikan katup maupun penggantian katup melalui pembedahan dada. Katup baru untuk penggantian tersebut dapat berasal dari hewan atau berbahan metal. Jika bahan metal yang digunakan, pasien harus mengonsumsi obat pengencer darah (seperti warfarin) seumur hidup. Seiring perkembangan teknologi, pelebaran katup yang sempit atau penggantian katup yang bocor dapat menggunakan metode minimal invasif yaitu dengan kateter melalui pembuluh darah tanpa pembedahan besar di dada.

Adapun langkah-langkah pencegahan penyakit aorta yang dapat dilakukan seperti:

Deteksi dini demam reumatik

Menjaga kebersihan gigi, jika tidak, kotoran dapat masuk ke pembuluh darah dan timbul infeksi di jantung.

Menjaga tekanan darah, kadar kolesterol serta faktor risiko kardiovaskular lainnya agar tetap stabil dan normal.

 

Referensi:

Otto et al. 2020 ACC/AHA Guideline for the Management of Patients With Valvular Heart Disease: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2021;143:e72–e227. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000923

 

Vahanian A, et al. ESC/EACTS Scientific Document Group, 2021 ESC/EACTS Guidelines for the management of valvular heart disease: Developed by the Task Force for the management of valvular heart disease of the European Society of Cardiology (ESC) and the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS), European Heart Journal, 2021;, ehab395, https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehab395