Penyakit Jantung Rematik (PJR)

Penyakit Jantung Rematik (PJR)

 

Penulis: Herniati Misdah, S.Kep, Ners, SpKV

 

Selain penyakit jantung bawaan (PJB), terdapat pasien dengan penyakit lain yang dirawat di bagian medis dan bedah pediatrik Harapan Kita. Diantaranya pasien dengan Acute Rheumatic Fever (ARF) atau demam rematik akut, maupun sekuelenya yaitu Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau Rheumatic Heart Disease (RHD). Pada kesempatan ini, izinkan saya berbagi pengalaman merawat pasien dengan PJR.

Perawat anak di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita diharapkan dapat membantu pasien dengan DRA maupun PJR beserta keluarganya. Peran perawat sebagai mitra dokter memampukan perawat untuk berkolaborasi dalam asuhan keperawatan pasien. Pengetahuan perawat tentang PJR dan keterampilannya menjadi modal bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk membantu pasien mencapai kesembuhan. 

Pemahaman akan tanda dan gejala DRA serta PJR akan memudahkan perawat dalam mengedukasi pasien dan keluarga. Dengan keterampilan merawat pasien  dapat meningkatkan rasa percaya diri perawat saat memberikan asuhan keperawatan.

Apa itu Demam Reumatik Akut (DRA)?

DRA adalah penyakit jantung didapat yang sering menyerang anak usia sekolah. Penyakit ini berawal dari infeksi bakteri Streptococcus hemolyticus grup A pada tenggorokan, kemudian dalam hitungan minggu muncullah reaksi inflamasi akut yang utamanya menyerang jantung. Keterlibatan jantung ini diduga akibat adanya reaksi autoimun antara antigen bakteri dan katup jantung. Infeksi pertama pada anak seringkali tidak terdeteksi karena banyak orang yang tidak menyadari tanda dan gejalanya. Penyakit ini menyerang anak usia sekolah, sekitar 5-15 tahun. Menurut Watkins et al, mortalitas penyakit ini diperkirakan sekitar 0,15 pasien meninggal per 100.000 populasi anak usia 5 – 9 tahun.

Bagaimana diagnosis penyakit ini ditegakkan?

Kriteria Jones, tersusun dari kriteria mayor dan kriteria minor, dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis demam rematik akut. Singkatan “JONES CAFÉ PAL” dapat digunakan untuk mengingat kriteria ini.

Kriteria Mayor

Kriteria Minor

J

Joint involvement (keterlibatan sendi)

C

CRP meningkat

O

Huruf O tampak seperti jantung = miokarditis

A

Atralgia

N

Nodul subkutan

F

Fever (demam)

E

Eritema marginatum

E

ESR meningkat

S

Sydenham chorea

P

PR interval memanjang pada EKG

 

 

A

Anamnesis reumatisme

 

 

L

Leukositosis

 

Diagnosis DRA ditegakkan bila terdapat bukti infeksi Streptococcus grup A, disertai dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor. Bukti infeksi ini dapat berupa hasil kultur tenggorokan yang positif untuk Streptococcus grup A atau adanya peningkatan titer antibodi antistreptolisin O (ASTO).

Penyakit ini sifatnya berulang, setiap serangan akan merusak katup jantung sedikit demi sedikit. Bila kerusakan katup telah permanen, penyakit ini disebut penyakit jantung rematik (PJR) atau Rheumatic Heart Disease (RHD). Daun katup jantung pada pasien PJR biasanya akan tampak menyempit, lubang daun katup bersatu, dan tampak memendek. Pergerakan daun katup menjadi terganggu karena kaku dan menyempit. Lama-kelamaan, hal ini dapat mengakibatkan penutupan tidak sempurna dan menjadi bocor. PJR kronik dapat pula memicu myokarditis. Bila tidak ditangani dengan benar, hal ini dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Pasien dengan reaktivasi PJR dapat dirawat cukup lama untuk memastikan pemberian antibiotik adekuat.

Bagaimana cara mencegahnya?

Pencegahan bisa dilakukan melalui program-program preventif di sekolah atau di komunitas dan puskesmas. Ketersediaan leaflet dan booklet berisikan tanda dan gejala penyakit ini sangat di perlukan. Selain itu, diagnosis dini harus dapat dijalankan. Dokter di lini terdepan harus mampu mendiagnosis secara klinis infeksi faring akibat Streptococcus. Dan yang tidak kalah penting, ketersediaan obat di faskes terdepan harus ada.

Penanganan DRA

Pemberian obat-obatan untuk melawan infeksi bakteri Group A Streptococcus (GAS) dilakukan sejak episode ARF pertama dengan pemberian penicillin selama 10 hari, atau benzathine penicillin secara intramuskuler sebanyak satu kali per bulan. Infeksi berulang dicegah dengan pemberian benzathine penicillin rutin. Hal ini bertujuan untuk mencegah PJR berkelanjutan, mengurangi angka mortalitas, dan mencegah terjadinya gagal jantung. Bila kerusakan katup jantung semakin bertambah, dapat dilakukan ballon valvuloplasty hingga operasi penggantian katup jantung. Pemberian obat-obatan tetap dilanjutkan walaupun pasien sudah dioperasi.

Bagaimana peran ners untuk merawat pasien dengan penyakit ini?

Perawat harus mengenal dengan baik tanda dan gejala DRA, DRA rekurens,  dan PJR.

Dikarenakan pasien harus tirah baring, bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar. Edukasi pasien dan keluarga agar pasien tetap  istirahat di tempat tidur.

Bantu pasien untuk mendapatkan pemeriksaan laboratorium lengkap, seperti swab tenggorokan, pemeriksaan darah, EKG, ekokardiografi, dll.

Berikan terapi sesuai dengan rencana dokter.

Koordinasi dengan dietisien untuk mencukupi kebutuhan gizi pasien

Edukasi pasien mengenai pengobatan (Pengobatan harus rutin tidak boleh putus), risiko kekambuhan penyakit, dan pentingnya mencegah komplikasi.

Libatkan keluarga untuk perawatan pasien saat di RS dan bagaimana merawat pasien dirumah.

Buat leaflet untuk keluarga pasien berisikan tentang penyakit ini dan hal hal yang harus dilakukan untuk mendukung penyembuhan.

Edukasi  orangtua pasien bahwa pengobatan harus terus dilakukan dan tidak boleh putus. Jika pasien sudah dirawat, sampaikan bahwa pasien akan dirujuk kembali ke faskes terdekat di wilayahnya.