Penyakit Arteri Perifer
Penulis: dr. M. Adhitya Nagara
Kita mengetahui bahwa salah satu jenis pembuluh darah pada tubuh manusia adalah arteri. Kerusakan pada pembuluh darah ini dapat menyebabkan gangguan pada arus aliran darah dalam tubuh manusia, sehingga efeknya dapat meluas ke banyak bagian. Salah satu penyakitnya adalah penyakit arteri perifer (PAP). PAP adalah suatu masalah aliran pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya aliran ke arteri. Pasien-pasien dengan penyakit ini mempunyai perfusi arteri pada tungkai bawah yang berkurang. Pada umumnya, gejala yang timbul adalah nyeri pada bagian paha atau betis saat sedang berjalan atau berolahraga. Walaupun dalam kebanyakan kasus, kebanyakan pasien dengan PAP tidak mempunyai gejala, atau juga gejala yang timbul tidak spesifik mengarah pada gejala PAP. Pada kasus yang berat, gejala yang timbul dapat menyebabkan ancaman kehilangan fungsi tungkai sehingga memerlukan operasi darurat.
Penyebab paling sering dari PAP adalah aterosklerosis, yaitu keadaan di mana terjadi sumbatan pada pembuluh darah arteri disebabkan oleh penumpukan lemak. Selain itu, juga bisa terjadi karena peradangan pembuluh darah, cedera, ataupun radiasi. Beberapa faktor risiko yang dapat mencetus penyakit ini antara lain:
Penyakit kencing manis
Riwayat merokok
Obesitas
Tekanan darah tinggi
Peningkatan kadar kolesterol
Usia lanjut
Riwayat PAP dalam keluarga
Peningkatan kadar homosistein
PAP diderita oleh lebih dari 200 juta populasi seluruh dunia. Angka kejadiannya meningkat kurang lebih sebanyak 20% pada pasien usia 70 tahun ke atas. Walaupun lebih dikenal diderita oleh laki-laki, akan tetapi data menunjukkan bahwa PAP diderita secara hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Penegakkan diagnosis dari PAP kadang sulit dilakukan, karena gejala yang ditimbulkan seringkali ringan atau malah tidak ada, sehingga deteksi dini tidak tercapai. Maka dari itu, penting bahwa pertanyaan mengenai kemampuan berjalan pasien untuk ditanyakan. Karena walaupun banyak pasien tidak melaporkan mengenai gejala nyeri, akan tetapi banyak dari mereka merasakan keram pada tungkai bawah setelah berjalan yang berkurang dengan istirahat. Hal ini menjadi penting karena pasien jarang melaporkan kemampuan berjalannya kecuali ditanyakan oleh dokter.
Strategi tatalaksana untuk PAP secara umum ada dua: mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan memperbaiki kemampuan berjalan. Karena semua pasien dengan PAP, ada atau tidaknya gejala, mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk stroke, serangan jantung, dan trombosis. Semua pasien PAP harus melakukan perubahan gaya hidup dengan tujuan mengurangi risiko kardiovaskular, seperti berhenti merokok, menurunkan kolesterol, dan mengontrol darah tinggi dan kencing manis. Penting untuk melakukan perubahan gaya hidup, karena terapi obat-obatan tidak cukup untuk memperbaiki gejala.