Pacemaker Jantung, Elektronik atau Biologis?
Oleh: dr. Hony Tiara Haristy
Peningkatan populasi usia tua secara global seiring dengan peningkatan kejadian penyakit jantung membuat implantasi pacemaker untuk bradiaritmia juga meningkat. Perangkat jantung implan berperan sangat penting dalam manajemen pasien dengan gangguan irama jantung dan gagal jantung. Perkembangan teknologi telah berpengaruh besar tehadap perkembangan perangkat managemen ritme jantung ini. Beberapa masa terakhir tampak evolusi yang signifikan dari alat pacemaker jantung, defibrilator kardioverter implan, dan lainnya yang memberikan efektifitas dan efisiensi lebih terhadap pasien.1,2
Pacemaker elektronik mengirimkan impuls listrik kecil untuk menstimulasi jantung agar berdetak yang biasanya diimplantasikan pada pasien dengan bradikardi seperti pasien dengan AV Block atau sebagai perangkat memperlambat detak jantung pada pasien dengan Fibrilasi Atrium intermiten.2 Pacemaker jantung elektronik telah mengalami peningkatan kualitas dan efisiensi berupa ukuran alat yang lebih kecil dengan bahan baterai yang lebih tahan lama dan teknologi yang memungkinkan operator berkomunikasi dengan perangkat. Selain itu secara hardware peningkatan bahan konduktor dan isolasi hibrid telah terbukti meningkatkan keandalan perangkat yang sebelumnya menggunakan kabel timah.3
Meski telah banyak kemajuan pada pacemaker elektronik, namun tetap ditemukan berbagai kekurangan dan permasalahan seperti masa pakai baterai terbatas, risiko infeksi, tidak adanya respons otonom fisiologis, alergi logam, dan gangguan elektronik. Sehingga hal ini memacu dikembangkannnya metode pacemaker biologis yang berbasis sel dan gen sebagai penghasil detak jantung.4,5
Pacemaker biologis merupakan komponen seluler yang ketika ditanamkan ke bagian tertentu di jantung maka akan menghasilkan stimulus listrik yang menyerupai aktivitas sel pacemaker jantung alami tubuh. Percobaan pacemaker biologis pertama yang berhasil dilakukan adalah dengan menggunakan sel jantung janin yang ditransplantasikan, percobaan ini dilakukan oleh kelompok Arjang Ruhparwar di Hannover Medical School, di Jerman dan hingga kini masih terus dilakukan berbagai inovasi dan evolusi terkait pacemaker biologis ini oleh berbagai peneliti di dunia.6
Dua jenis sel telah digunakan sebagai platform untuk alat pacu jantung biologis yaitu sel induk mesenchymal (MSCs) dan sel induk berpotensi majemuk (PSCs). Namun Durasi retensi sel adalah masalah terpenting untuk semua terapi berbasis sel, dan belum diketahui berapa lama kardiomiosit yang ditransplantasikan disimpan di jantung, selain itu obat kronotropik negatif yang digunakan untuk pengobatan gagal jantung dan takiaritmia dapat menekan kemampuan alat pacu jantung biologis, dan takiaritmia yang disebabkan oleh sel yang ditransplantasikan juga menjadi perhatian karena bahkan kardiomiosit derivat dari PSC (PSCCM) dapat menyebabkan aritmia.4
Berbagai pro dan kontra dalam penemuan terbaru mengenai pacemaker elektronik dan biologis kian membuka jalan untuk terus berupaya menemukan solusi yang terbaik untuk pasien. Apakah pacemaker elektronik yang terus berkembang dapat menutupi kebutuhan terapi atau akan ditemukan pacemaker biologis yang efisien, efektif dan non invasive dikemudian hari, masih menjadi sebuah harapan yang perlu kita bersamai dan wujudkan.
Reference :
1. Samii SM. Indications for pacemakers, implantable cardioverter-defibrillator and cardiac resynchronization devices. Med Clin North Am. 2015;99(4):795-804. doi: 10.1016/j.mcna.2015.02.008
2. Stevenson I, Voskoboinik A. Cardiac rhythm management devices. Aust J Gen Pract. 2018;47(5):264-71. doi: 10.31128/AJGP-12-17-4439.
3. DeForge WF. Cardiac pacemakers: a basic review of the history and current technology. J Vet Cardiol. 2019;22:40-50. doi: 10.1016/j.jvc.2019.01.001
4. Boink GJJ, Christoffels VM, Robinson RB, Tan HL. The past, present, and future of pacemaker therapies. Trends Cardiovasc Med. 2015;25(8):661-73. doi: 10.1016/j.tcm.2015.02.005.
5. Saito Y, Nakamura K, Ito H. Cell-based Biological Pacemakers: Progress and Problems. Acta Med Okayama. 2018;72(1):1-7. doi: http://doi.org/10.18926/AMO/55656
6. Valentinuzzi ME. Biological Pacemakers:Still a Dream?. IEEE Pulse. 2019;10(5):18-9. doi10.1109/MPULS.2019.2937241