Olahraga dan Sudden Cardiac Death ‘Sebuah pedang bermata dua?'

Olahraga dan Sudden Cardiac Death ‘Sebuah pedang bermata dua?'

Penulis: dr. Natalia Jaman

Kita tentu sering mendengar berita tentang seorang atlet atau olahragawan yang meninggal dunia saat sedang berolahraga. Tidak jarang juga, seorang public figure seperti artis, politisi, bahkan teman atau keluarga kita sendiri dikabarkan meninggal tiba-tiba saat sedang berolahraga. Lantas timbul pertanyaan ‘kok bisa ya, rajin olahraga malah meninggal mendadak?’ atau ‘selama ini sehat-sehat saja, kok tiba-tiba meninggal?.

Sudden cardiac death (SCD) atau kematian jantung mendadak adalah kematian yang terjadi secara mendadak dan tidak terduga akibat hilangnya fungsi jantung dalam waktu yang singkat (umumnya terjadi 1 jam setelah gejala timbul) pada seseorang dengan atau tanpa kelainan jantung yang sudah diketahui sebelumnya. Kematian akibat penyakit jantung sendiri diperkirakan mencapai 17 juta per tahun dengan 25% merupakan SCD. Yang terjadi adalah jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh termasuk ke otak, sehingga gejala yang dialami adalah penurunan kesadaran atau pingsan. Gejala lain yang dapat timbul adalah berdebar-debar, pusing, serta sesak napas atau nyeri dada sebelum akhirnya kolaps.

Melalui otopsi forensik retrospektif, diketahui ada perbedaan penyebab SCD pada usia muda dengan usia lebih tua. Pada usia muda penyebab utama adalah channelopathy (gangguan ion channel jantung) dan kardiomiopati (kelainan otot jantung), miokarditis (radang otot jantung) dan akibat penggunaan obat-obatan. Sebaliknya pada usia lebih tua, penyebab SCD terutama adalah penyakit jantung kronik dan degeneratif (penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, dan gagal jantung).

Seperti yang telah disebutkan di atas tidak semua SCD disebabkan karena penyakit jantung koroner atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung. Ada juga yang disebabkan oleh suatu kelainanyang diturunkan yang menyebabkan seseorang lebih berisiko untuk mengalami SCD. Dalam hal ini, seseorang bisa saja tidak mengetahui bahwa ia mempunyai suatu kelainan jantung turunan atau bawaan. Terlebih lagi karena kelainan jantung turunan ini tidak menimbulkan gejala apa pun sampai pada saat seseorang mengalami henti jantung mendadak dan jika tidak tertolong pada akhirnya meninggal.

Walaupun SCD dapat terjadi pada semua kelompok usia, terdapat beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terjadi SCD, seperti :

Usia yang lebih tua

Pria

Riwayat keluarga dengan SCD

Penyakit jantung iskemik

Kelainan jantung yang diturunkan

Lalu bagaimana hubungan antara olahraga dengan SCD?Penelitian terakhir menunjukkan SCD yang terjadi saat olahraga berkisar 5% dari seluruh kejadian SCD. Tidak bisa disangkal lagi, bahwa aktivitas fisik atau olahraga membawa manfaat besar untuk fungsi kardiovaskular. Beberapa penelitian menunjukkan olahraga rutin berhubungan dengan resiko jangka panjang SCD yang lebih rendah. Bukti ilmiah juga menunjukkan aktivitas fisik dengan tingkat tertentu direkomendasikan  untuk menurunkan mortalitas secara keseluruhan termasuk SCD. Analogi ‘overdosis obat’ digunakan pada SCD terkait olahraga, dalam hal ini menggambarkan bahwa pada satu sisi olahraga adalah ‘obat‘ untuk menurunkan risiko SCD namun jika berlebihan akan berhubungan dengan risiko kematian yang sama dengan populasi yang tidak berolahraga. Namun konsep ini masih kontroversial.

Olahraga dapat mencetuskan kejadian fatal baik pada atlet muda maupun pada orang dewasa dengan kelainan jantung yang tidak diketahui. Dari seluruh kejadian SCD yang terjadi saat olahraga, hanya 6% terjadi pada atlet atau dewasa muda, dibandingkan dengan 94% pada kelompok orang dewasa yang berolahraga tidak rutin atau berolahraga untuk rekreasi.Namun rasio risiko dan manfaat dari latihan atau aktifitas fisik pada kedua kelompok tadi berbeda. Pada kelompok dewasa muda, latihan fisik memang berhubungan dengan peningkatan resiko kematian mendadak yang signifikan. Namun pada hakekatnya, olahraga tidak secara langsung meningkatkan mortalitas pada kelompok usia ini, tetapi lebih berperan sebagai pencetus atau memicu terjadinya henti jantung pada mereka yang mempunyai kondisi atau kelainan kardiovaskular yang belum terdeteksi, seperti kardiomiopati, penyakit arteri koroner prematur dan kelainankoroner kongenital. Kondisi tersebut membuat mereka rentan mengalami aritmia ventrikel (gangguan irama jantung) yang mengancam nyawa pada saat seseorang melakukan latihan fisik.

Sebaliknya pada orang dewasa yang lebih tua, latihan fisik bisa dianggap sebagai “pedang bermata dua” di mana aktifitas fisik berat akan meningkatkan insiden serangan jantung atau sindromakoroner akut pada individu yang tidak berolahraga secara teratur. Di sisi lain, aktifitas fisik yang teratur atau olahraga rutin justru akan menurunkan risiko terjadinya serangan jantung atau infark miokard dan tentunya SCD, dengan cara mencegah terbentuknya penyakit arteri koroner dan mencegah perburukannya.

Pencegahan bisa dilakukan melalui screening atau deteksi dini. Pemeriksaan elektrokardiografi (rekam jantung) dan ekokardiografi dibutuhkan untuk mendeteksidan identifikasi kelainan jantung sebelum seseorang berpartisipasi dalam latihan fisik atau olahraga. Hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi sebelum memulai aktivitas olahraga adalah riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, level aktivitas fisik yang akan dijalani, serta latihan fisik sebelumnya.

Dengan demikian, olahraga jelas bermanfaat dan berperan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit jantung, bahkan untuk pencegahan jangka panjang terjadinya SCD terkait olahraga. Namun dibutuhkan usaha bersama untuk meningkatkan pencegahan dan penanganan SCD terkait olahraga. Pencegahan ditujukan pada screening yang sesuai dengan masing-masing individu sebelum memulai suatu latihan atau olahraga.

 

Referensi :

Priori SG, et al. 2015 ESC Guidelines for the management of patients with ventricular arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death. European Heart Journal. 2015;36: 2793–2867.

Al-Kathib SM, et al. 2017 AHA/ACC/HRS Guideline for Management of Patients WithVentricular Arrhythmias and the Prevention of Sudden Cardiac Death.Circulation. 2018;138:e272–e391

Xavier Jouven, Wulfran Bougouin, Kumar Narayanan, Eloi Marijon. Sudden cardiac death and sports. European Heart Journal. 2017;38(4):232–234