Obesitas dan Implikasinya Terhadap Penyakit Jantung

Obesitas dan Implikasinya Terhadap Penyakit Jantung

Penulis: dr. Bagas Adhimurda Marsudi

 

Obesitas adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kelebihan berat badan atau lemak tubuh sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan. Berdasarkan data dari WHO, secara global, obesitas telah mencapai proporsi epidemi, dengan lebih dari 1 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dengan setidaknya 300 juta dari mereka secara klinis mengalami obesitas.

Obesitas sendiri merupakan kontributor utama pada beban global penyakit kronis dan kecacatan. Tidak hanya itu, tetapi obesitas juga merupakan suatu kondisi yang kompleks yang didasari oleh permasalahan sosial dan psikologis, dan mempengaruhi hampir semua usia dan kelompok sosial ekonomi. Meningkatnya konsumsi makanan padat energi, dengan kandungan gizi buruk, gula tinggi dan lemak jenuh, dikombinasikan dengan aktivitas fisik yang berkurang, menyebabkan obesitas tingkat yang telah meningkat tiga kali lipat sejak 1980 di beberapa negara maju seperti di Amerika Utara, Inggris Raya, Eropa Timur, Timur Tengah, namun laju cepat juga mulai terlihat pada negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya.

Dalam konteks klinis sehari-hari, dokter biasanya akan menggunakan indeks masa tubuh atau body mass index (BMI) sebagai tolak ukur untuk mengelompokkan berat badan. BMI dihitung berdasarkan tinggi dan berat badan seseorang sedangkan interpretasi dari nilai BMI ini tergantung dari jenis kelamin dan kelompok usia dari seorang individu. BMI antara 25 dan 29,9 menunjukkan bahwa seseorang mengalami kelebihan berat badan atau overweight. Nilai BMI 30 atau lebih menunjukkan bahwa seseorang mungkin mengalami obesitas. Penggunaan BMI dalam mendiagnosis obesitas terkadang kontroversial dikarenakan beberapa hal.

Pertama BMI tidak dapat membedakan antara komposisi lemak dan otot, sehingga individu dengan masa otot yang besar seperti binaragawan dapat digolongkan sebagai overweight atau obese. Kedua, meskipun BMI secara umum dapat mengindikasikan bahwa seseorang memiliki lemak yang berlebih, distribusi dari lemak tersebut yang justru lebih penting terhadap perkembangan penyakit, justru tidak dapat diukur dari BMI. Oleh karena itu beberapa pengkuran lain seperti rasio ukuran pinggang-pinggul (WHR), rasio pinggang-tinggi (WtHR), dan pemeriksaan jumlah serta distribusi lemak pada tubuh tetap digunakan menentukan kesehatan dari suatu individu.

Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, penyakit obesitas merupakan salah satu komponen dari sindrom metabolik, yang sering kali berujung ke penyakit jantung. Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis lemak berdasarkan distribusi dari sel lemak, yaitu subcutaneous fat atau lemak bawah kulit dan visceral fat atau lemak organ dalam. Secara biologis lemak subkutan tergolong lebih sehat karena  memiliki peran dalam menyimpan energi dan menjaga suhu badan melalui thermogenesis.

Lemak subkutan cenderung didistribusikan disekitar paha, pantat, dan lengan atas dan biasanya akan tampak berupa ketidakrataan pada permukaan kulit di dearah tersebut. Sedangkan, lemak visceral merupakan jenis lemak yang jauh lebih berbayaha karena cenderung menyebabkan inflamasi atau peradangan sistemik yang berujung pada gangguan hormon, gangguan insulin dan gangguan fungsi organ dan pembuluh darah. Tipe lemak ini berkumpul pada daerah perut dan tidak terlihat dari kasat mata namun ditandai dengan membuncitnya perut.

Hal ini penting untuk diperhatikan, karena beberapa individu secara BMI, dapat digolongkan dalam kategori normal akan tetapi menunjukkan tanda-tanda obesitas sentral atau perut yang membuncit yang menjadi tanda terjadinya akumulasi lemak yang berbahaya. Obesitas sentral ini telah dikaitkan erat dengan penyakit jantung berdasarkan beberapa studi.

Lantas bagaimana cara yang tepat untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik? Secara singkat, strategi yang direkomendasikan sangat bergantung pada tingkat obesitas serta tingkat disabilitas yang dialami. Pada individu dengan BMI 40 atau 35 dengan komorbid, yang pada umumnya memiliki kapasitas olahraga yang sangat terbatas dan mengalami gangguan endokrin yang signifikan, disarankan untuk menjalani prosedur bedah untuk memperkecil ukuran lambung. Berdasarkan study oleh Adams et al, Vest et al dan Boido et al., strategi ini mampu menurunkan kematian terkait penyakit jantung sebanyak 56% dalam waktu 5 tahun, selain itu sebanyak 78% dan 58% dari individu yang menjalani operasi mengalami perbaikan drastic dari penyakit penyakit diabetes tipe 2 dan hipertensi. Pada individu dengan BMI ≥30 atau dengan BMI ≥27 disarankan menggunakan obat-obatan seperti orlistat digabung dengan perbaikan gaya hidup.

Berdasarkan penelitian oleh Yanovski et al., strategi ini mampu memberikan penurunan berat badan jangka panjang sebanyak 10% dengan penurunan beban penyakit komorbid. Semua strategi ini juga perlu didampingi oleh konseling oleh pakar gizi dan juga psikolog untuk memastikan kebiasaan konsumsi makanan yang dahulu menyebabkan obesitas, tidak terjadi lagi setelah menjalani pengobatan.

 

Sumber:

1.  Mitchell, N.S., Catenacci, V.A., Wyatt, H.R. and Hill, J.O., 2011. Obesity: overview of an epidemic. Psychiatric clinics34(4), pp.717-732.

2.    World Obesity Federation. (2019). Obesity in Universal Health Coverage | World Obesity Federation. [online] Available at: https://www.worldobesity.org/what-we-do/our-policy-priorities/obesity-in-universal-health-coverage [Accessed 22 Nov. 2019].

3.  Han TS, Lean ME. A clinical perspective of obesity, metabolic syndrome and cardiovascular disease. JRSM cardiovascular disease. 2016 Feb 25;5:2048004016633371.

4.  Fan, H., Li, X., Zheng, L., Chen, X., Wu, H., Ding, X., Qian, D., Shen, Y., Yu, Z., Fan, L. and Chen, M., 2016. Abdominal obesity is strongly associated with cardiovascular disease and its risk factors in elderly and very elderly community-dwelling Chinese. Scientific reports, 6(1), pp.1-9.

5.    Antonopoulos, A. and Tousoulis, D. (2017). The molecular mechanisms of obesity paradox. Cardiovascular Research, 113(9), pp.1074-1086

6.    Vest, A.R., Heneghan, H.M., Agarwal, S., Schauer, P.R. and Young, J.B., (2012). Bariatric surgery and cardiovascular outcomes: a systematic review. Heart, 98(24), pp.1763-1777.

7.    Wadden, T.A., Hollander, P., Klein, S., Niswender, K., Woo, V., Hale, P.M. and Aronne, L., 2013. Weight maintenance and additional weight loss with liraglutide afterlow-calorie-diet-induced weight loss: the SCALE Maintenance randomized study. International journal of obesity, 37(11), pp.1443-1451.

8.  Yanovski, S.Z. and Yanovski, J.A., (2014). Long-term drug treatment for obesity: a systematic and clinical review.Jama, 311(1), pp.74-86