Nyeri Ulu Hati: Mungkinkah Pertanda Serangan Jantung?

Nyeri Ulu Hati: Mungkinkah Pertanda Serangan Jantung?

 

Penulis: dr. Arvin Pramudita

 

Serangan jantung disebabkan oleh penyakit jantung koroner, yaitu ketika pembuluh darah koroner tersumbat oleh plak kolesterol sehingga aliran darah yang menyuplai jantung menjadi terhambat. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data di Indonesia sendiri menunjukkan penyakit jantung sebagai salah satu penyumbang terbesar pembiayaan penyakit katastrofik di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2018. Angka ini bahkan diperkirakan tidak akan mengalami penurunan dan malah akan semakin bertambah tiap tahunnya. Hal ini lantaran pola hidup masyarakat yang cenderung semakin menjauh dari pola hidup sehat.

Baik pria maupun wanita sama-sama memiliki risiko tinggi mengalami penyakit jantung koroner. Seringkali penyakit ini disebut sebagai silent killer, karena kita tidak bisa memprediksi kapan serangan akan datang. Meskipun begitu, biasanya ada tanda dan gejala yang bisa dikenali yaitu nyeri dada seperti tertindih beban berat, menjalar hingga ke punggung, rahang, tengkuk, atau lengan kiri.

Selain gejala khas seperti yang sudah disebutkan di atas, beberapa kasus serangan jantung dilaporkan memiliki gejala tidak khas (atipikal). Mereka yang berusia tua (di atas 70 tahun), perempuan, dan atau memiliki riwayat diabetes mellitus dilaporkan sering kali memiliki gejala pencernaan yang lebih dominan dibandingkan nyeri dada. Gejala pencernaan ini seperti nyeri ulu hati, mual, dan muntah. Nyeri dirasakan tidak menghilang dengan istirahat dan bisa disertai dengan keringat dingin yang hebat.

Mekanisme utama munculnya gejala tidak khas ini masih belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga berkaitan dengan sistem saraf otonom. Sekalipun tanda dan gejala yang ada bisa berbeda, tetapi pada dasarnya serangan jantung memiliki faktor risiko pencetus yang sama. Oleh sebab itu, bagi mereka dengan faktor risiko terkait, penting untuk mengendalikan faktor risiko dan mengatur pola hidup. Beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu aktivitas fisik, hindari merokok, mengendalikan berat badan, hingga kontrol kadar kolesterol dan gula darah dalam darah.

Referensi:

  1. Firdaus I. Data Penyakit Jantung, Pembiayaan, dan Strategi PERKI Menghadapi JKN [Internet]. Jakarta: PERSI; 2019 [diakses 6 Maret 2022}. Diunduh dari: https://web.persi.or.id/images/2019/data/materi_fgd_medverify/materi_drisman.pdf

     2. Palmer J, Pontius E. Abdominal pain mimics. Emerg Med Clin N Am. 2016; 34: 409–423

     3. Sumber gambar: freepik.com