Nyeri Tungkai Lebih dari Sekedar Masalah Otot dan Sendi

Nyeri Tungkai Lebih dari Sekedar Masalah Otot dan Sendi

        Apakah anda sering mengalami nyeri tungkai yang muncul saat beraktivitas dan membaik saat beristirahat? Atau justru mengalami nyeri tungkai yang dirasakan saat beristirahat? Atau bahkan mengalami luka pada tungkai dan/atau kaki yang sulit sembuh? Bila jawaban anda adalah ‘ya’ pada salah satui dari pertanyaan tersebut dan anda berusia >50 tahun dengan setidaknya memenuhi salah satu daru kondisi berikut: aktif merokok/memiliki riwayat merokok yang signifikan, kencing manis, darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, penyakit jantung koroner, hingga penyakit ginjal, maka sudah saatnya anda memeriksakan tungkai anda ke dokter. Hal ini karena masalah yang anda alami mungkin bukan sekedar masalah kulit, otot, atau sendi semata. Nyeri tungkai merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami masyarakat umum. Nyeri tungkai dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi medis yang melibatkan berbagai struktur yang membentuk anggota gerak bawah, seperti kulit, selaput jaringan ikat (fasia), otot, tendon, sendi, tulang, pembuluh darah, hingga jaringan saraf. Penyakit dasar penyebab nyeri tungkai dapat berupa masalah sederhana, seperti regangan otot akibat penggunaan otot tungkai yang berlebihan, hingga kondisi yang memerlukan intervensi dan pengobatan serius, seperti penyempitan pembuluh darah arteri yang dikenal dengan istilah penyakit arteri perifer.

Apakah yang dimaksud dengan penyakit arteri perifer?

Penyakit arteri perifer merupakan kondisi dimana terjadinya penuluran aliran darah pada organ selain jantung dan otak (yang paling sering adalah tungkai) akibat penyempitan pembuluh darah arteri sehingga terjadi penurunan suplai nutrisi dan oksigen pada jaringan terkait. Penyebab penyempitan ini umumnya disebabkan karena pembentukan plak akibat akumulasi komponen lemak darah yang biasa disebut ‘lemak jahat’ pada dinding pembuluh darah arteri. Penyakit arteri perifer diketahui menjadi salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian akibat masalah pembuluh darah. Berdasarkan data terkini dari Organisasi Kesehatan Dunia, diperkirakan bahwa sekitar 202 juta individu menderita penyakit arteri perifer. Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 8-10 juta individu mengalami sumbatan pembuluh arteri perifer pada tungkai. Penyakit arteri perifer, apabila tidak diobati, dapat kian memburuk dan meningkatkan risiko amputasi tungkai hingga kematian.

Siapa saja yang berisiko mengalami penyakit arteri perifer?

Penyakit arteri perifer dapat mengenai siapa saja, namun beberapa kelompok individu memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit arteri perifer. Seiring berjalannya usia, terjadi perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah, khususnya pembuluh darah arteri di tungkai. Oleh sebab itu, usia merupakan faktor risiko penyakit arteri perifer yang tidak dapat dihindari, namun bukan berarti prosesnya tidak dapat ‘diperlambat’. Selain usia, kondisi lain yang memiliki risiko paling tinggi mengalami penyakit arteri perifer adalah diabetes mellitus (kencing manis) dan riwayat merokok berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan riwayat diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau memiliki riwayat merokok dengan intensitas yang tinggi 2-4 kali lebih berisiko mengalami penyakit arteri perifer. Beberapa kondisi lain, seperti hipertensi (darah tinggi), kolesterol tinggi, hingga penyakit ginjal kronik juga meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami penyakit arteri perifer. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa kejadian penyakit arteri perifer lebih banyak ditemukan pada pasien yang memiliki riwayat penyakit pada pembuluh darah lain, seperti pasien penyakit jantung koroner dan pasien stroke.

Apa gejala dari penyakit arteri perifer?

Gejala penyakit arteri perifer dapat sangat bervariasi antar individu dan berkaitan dengan tingkat keparahan penyempitan pembuluh darah. Pada tahap awal, meskipun sudah terjadi penyempitan, pasien mungkin tidak mengalami gejala apapun sehingga sering kali adanya penyakit arteri perifer terlewatkan baik pada individu berisiko sekalipun. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri yang muncul saat beraktivitas dan membaik setelah istirahat, kondisi yang disebut sebagai klaudikasio intermiten. Hal ini terjadi karena pada saat kita beraktivitas, otot-otot pada tungkai berkontraksi sehingga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Akan tetapi, ketika terjadi penyempitan pembuluh darah, tubuh tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan oksigen tungkai, sehingga terjadi nyeri. Apabila tidak diperiksakan dan ditangani secara medis, maka kondisi ini dapat mengalami perburukan lebih lanjut dimana nyeri tidak hanya muncul saat aktivitas, namun juga terjadi pada kondisi istirahat atau yang disebut dengan istilah ischemic rest pain. Pada kondisi ini, tubuh sudah tidak mampu untuk memberikan suplai aliran darah pada tungkai secara cukup bahkan pada saat istirahat. Yang paling berat adalah ketika pasokan aliran darah yang berkurang dalam waktu yang lama menyebabkan jaringan pada tungkai bawah mengalami kerusakan sehingga menimbulkan luka yang sulit sembuh atau bahkan kematian jaringan (gangren) berwarna kehitaman yang perlu diamputasi.

Bagaimana saya dapat mengetahui apakah saya mengalami penyakit arteri perifer atau tidak?

Apabila anda mengalami keluhan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, khususnya bagi anda yang memiliki faktor risiko, maka sangat disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter terdekat. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menilai apakah kondisi tersebut mengarah pada penyakit arteri perifer atau penyakit lain. Bila didapatkan kecurigaan pada penyakit arteri perifer, maka dokter akan merujuk anda untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut pada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Khusus untuk pasien–pasien berisiko tinggi, yaitu pasien berusia ³65 tahun, pasien berusia ³50 tahun dengan riwayat diabetes mellitus tanpa faktor risiko lain, atau pasien berusia <50 tahun dengan riwayat diabetes mellitus dan faktor risiko lain, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala dengan menilai ankle-brachial index, yaitu perbandingan antara tekanan darah pada tungkai dengan tekanan darah pada lengan, untuk mendeteksi adanya penyakit arteri perifer sedini mungkin.

Bagaimana cara mencegah penyakit arteri perifer?

Prinsip utama dalam pencegahan penyakit arteri perifer adalah dengan melakukan pola hidup sehat. Sangat dianjurkan untuk berhenti merokok dan menghindari asap rokok. Selain itu, sangat dianjurkan untuk menjaga berat badan pada berat ideal masing-masing individu. Karenanya dianjurkan untuk berolahraga rutin minimal 30 menit setiap hari setidaknya 5 kali seminggu. Menjaga pola makan sehat bergizi seimbang juga sangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit arteri perifer dan berbagai kondisi medis lain yang meningkatkan risiko penyakit arteri perifer, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan kolesterol tinggi. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa konsumsi makanan yang kaya akan omega-3 dan pola diet Mediterania dapat membantu mencegah terjadinya penyakit arteri perifer. Pada pasien dengan faktor risiko, sangat penting untuk mengontrol faktor risikonya. Lakukan pengobatan rutin untuk mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus, mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, dan kadar kolestetrol darah pada pasien dengan kolesterol tinggi, sesuai dengan arahan dari dokter yang menangani. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rutin pada pasien yang berisiko tinggi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

 

Bagaimana pengobatan penyakit arteri perifer?

Pasien dengan dugaan penyakit arteri perifer perlu menjalani pemeriksaan lengkap bersama dokter ahli, seperti dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, untuk memastikan diagnosis, melakukan penilaian tingkat keparahan penyakit, dan risiko lebih lanjut untuk membantu dokter menentukan jenis pengobatan yang paling tepat sesuai kondisi pasien. Pengobatan pada penyakit arteri perifer dapat mencakup pemberian beberapa jenis obat, seperti obat pengontrol tekanan darah, obat pengencer darah, obat penurun kolesterol, hingga obat pengontrol gula darah sesuai dengan kondisi dan faktor risiko pasien. Beberapa pasien mungkin memerlukan tindakan untuk mengembalikan aliran darah pada tungkai, baik melalui tindakan non-bedah maupun pembedahan. Saat ini, intervensi non-bedah, atau dikenal sebagai intervensi endovaskular dengan penggunaan balon dan/atau pemasangan stent dalam pembuluh darah, semakin banyak dilakukan untuk pasien yang sesuai, dengan hasil yang baik dan risiko lebih rendah dibandingkan pembedahan. Namun, pada beberapa pasien, intervensi endovaskular mungkin tidak dapat dilakukan sehingga memerlukan tindakan pembedahan bypass dan cangkok pembuluh atau bahkan memerlukan tindakan amputasi.