Menjaga Kesehatan Jantung dan Pembuluh Melalui Kuman Usus
Penulis: dr Bagas Adhimurda Marsudi, M.Sc
Mungkin pertanyaan yang pertama kali muncul di benak adalah “bagaimana bisa kuman di usus dapat mempengaruhi kesehatan jantung?” Selama ini kebanyakan dari kita hanya memikirkan untuk mengurangi makanan berlemak, mengurangi garam serta olahraga untuk menjaga kesehatan, tapi sangat jarang kita memikirkan jenis makanan yang kita konsumsi karena ternyata sangat mempengaruhi kesehatan melalui, salah satunya, peran kuman usus. Pada artikel kali ini, penulis akan menjelaskan peran dari kuman usus, dampak kuman usus terhadap kesehatan terutama pada munculnya penyakit jantung, serta beberapa saran terkait jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi untuk menjaga kesehatan secara optimal.
Kuman usus atau seringkali disebut mikrobiota merupakan sekumpulan bakteri yang berada di sepanjang saluran pencernaan, terutama pada bagian usus besar. Kuman usus ini memiliki peran dalam mencerna sisa makanan yang melewati usus halus dan usus besar melalui proses fermentasi. Hasil dari pencernaan oleh fermentasi dan metabolisme kuman akan menghasilkan asam lemak rantai pendek yang akan diserap kembali oleh usus dan digunakan sebagai sumber energi. Selain sebagai sumber energi, senyawa-senyawa asam lemak ini (butirat, propionate dan asetat) juga memiliki peran penting dalam membentuk kekebalan tubuh yang kuat. Kuman-kuman usus dapat juga menghasilkan vitamin B dan vitamin K yang esensial untuk tubuh.[1] Namun ternyata beberapa penelitian menemukan bahwa dalam proses metabolisme ini, kuman juga menghasilkan berbagai macam senyawa lain yang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit kronis seperti hipertensi, hiperkolesterolemia (kolesterol berlebih dalam darah), diabetes (penyakit kencing manis, dan penyakit jantung. [2][3]
Lalu bagaimana dampak dari diet terhadap mikrobioma usus? Beberapa diet tertentu seperti diet Barat telah ditemukan dalam menyebabkan kelainan komposisi kuman usus dan juga mengurangi asam lemak rantai pendek yang dihasilkan oleh kuman tersebut. Hal tersebut terjadi karena tingginya kandungan lemak dan rendahnya serat dalam tipe diet tersebut. Tapi mungkin rekomendasi ini tidak dapat sepenuhnya bermanfaat untuk orang Indonesia karena diet kami sangat berbeda. Lalu bagaimana dengan diet Indonesia? Ternyata diet jenis kita juga kurang baik untuk kesehatan usus, terutama disebabkan oleh konsumsi nasi yang berlebihan. Selain jumlah konsumsi nasi, jenis beras juga sangat berdampak pada kesehatan usus.
Kelainan pada komposisi kuman disebut dengan dysbiosis, dan telah dihubungkan ke berbagai macam penyakit kronis seperti diabetes.[4] Dysbiosis sendiri terjadi jika terdapat satu populasi kuman yang mendominasi flora normal usus. Dalam bahasa lain, profil kuman usus yang baik adalah yang beragam. Secara umum, profil mikrobiota dapat diperbaiki dengan memperhatikan konsumsi karbohidrat, gula dan serat. Untuk konsumsi karbohidrat, penulis menyarankan untuk membatasi konsumsi nasi yang menjadi makanan pokok, maksimal 2-3x seminggu. Pada hari-hari lainnya sebaiknya memulai untuk mengkonsumsi sumber karbohidrat yang lebih beragam, dari kentang, umbi-umbian, roti gandum dan lain-lain untuk menumbuhkan flora-flora bakteri bermanfaat. Hal ini didukung pada penelitian yang dilakukan oleh Fumika M. et al. yang menemukan profil bakteri serta profil inflamasi yang lebih pada subjek yang mengkonsumsi roti dibandingkan nasi putih pada populasi jepang.[5] Ketika anda memilih untuk mengkonsumsi nasi, jenis beras yang dikonsumsi juga sangat penting, dimana beras yang mengandung lebih banyak serat seperti berat merah atau beras hitam memiliki manfaat yang lebih baik. Konsumsi gula dan pemanis serta kurangnya konsumsi serat dapat menyebabkan dysbiosis dan mengakibatkan gangguan metabolisme dan peningkatan kadar marker inflamasi.[1]
Sebagai kata penutup, mari kita refleksi kembali pernyataan “you are what you eat”, karena ternyata dampak makanan terhadap tidak semata-mata tentang nutrisi tetapi juga efeknya terhadap komponen tubuh yang lain dan salah satu yang sangat penting adalah kuman usus. Secara prinsip pemeliharaan kuman baik dapat dilakukan dengan diversifikasi makanan, meningkatkan konsumsi serat dan juga mengurangi pemanis alami maupun sintetik. Dengan segala upaya tersebut kita dapat lebih terhindar dari penyakit komorbid yang berujung ke penyakit jantung.
Referensi
Shreiner AB, Kao JY, Young VB. The gut microbiome in health and in disease. Current opinion in gastroenterology. 2015 Jan;31(1):69.
Yang T, Santisteban MM, Rodriguez V, Li E, Ahmari N, Carvajal JM, Zadeh M, Gong M, Qi Y, Zubcevic J, Sahay B. Gut dysbiosis is linked to hypertension. Hypertension. 2015 Jun;65(6):1331-40.
Silveira-Nunes G, Durso DF, Cunha EH, Maioli TU, Vieira AT, Speziali E, Corrêa-Oliveira R, Martins-Filho OA, Teixeira-Carvalho A, Franceschi C, Rampelli S. Hypertension is associated with intestinal microbiota dysbiosis and inflammation in a Brazilian population. Frontiers in pharmacology. 2020 Mar 12;11:258.
Doumatey AP, Adeyemo A, Zhou J, Lei L, Adebamowo SN, Adebamowo C, Rotimi CN. Gut microbiome profiles are associated with type 2 diabetes in urban Africans. Frontiers in cellular and infection microbiology. 2020 Feb 25;10:63.
Mano F, Ikeda K, Joo E, Fujita Y, Yamane S, Harada N, Inagaki N. The effect of white rice and white bread as staple foods on gut microbiota and host metabolism. nutrients. 2018 Sep;10(9):1323.