Mengenal Transplantasi Jantung

Mengenal Transplantasi Jantung

 

Oleh    : dr. Putri Pratama

 

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan berkontribusi terhadap 37% dari seluruh kematian global. Komplikasi umum dari penyakit kardiovaskular adalah gagal jantung, di mana dalam kasus-kasus seperti itu, satu-satunya solusi adalah melakukan transplantasi jantung. Setiap 10 menit, seorang pasien baru ditambahkan ke daftar tunggu tranplantasi. Namun, kelangkaan donor, jendela waktu yang singkat untuk menemukan kecocokan donor, hingga prosedur transplantasi dari donor ke penerima, menggambarkan berbagai tantangan bahkan sebelum operasi dapat dilakukan. 

Lebih dari 50 puluh tahun yang lalu, transplantasi jantung pertama dilakukan pada manusia di Cape Town, Afrika Selatan. Di Amerika tranplantasi jantung bertumbuh dengan cepat, namun akhirnya dihentikan karena luaran yang buruk. Pasien yang menjalani transplantasi jantung memiliki tingkat kelangsungan hidup awal selama 1 tahun hanya sekitar 20%, lalu sebagian besar pusat transplantasi jantung menghentikan program transplantasi jantung mereka. Pada tahun 1984, dengan penggunaan siklosporin, obat yang salah satu manfaatnya adalah mencegah penolakan organ yang ditranplantasi dengan menekan kekebalan tubuh pasien yang menerima transplantasi jantung, terjadi peningkatan kelangsungan hidup secara signifikan. Pusat-pusat transplantasi jantung di Amerika. Kembali berkembang dan hingga saat ini  ada lebih dari 140 pusat transplantasi jantung aktif di Amerika Serikat.  Pada tahun 2019, tercatat 3.552 prosedur transplantasi jantung dilakukan di Amerika Serikat. Selama dekade terakhir, jumlah transplantasi jantung terus meningkat; pada tahun 2010, terdapat 2.332 transplantasi jantung yang dilakukan dibandingkan dengan 3.552 transplantasi jantung pada tahun 2019, yang merupakan peningkatan sebesar 34% dalam 9 tahun. Upaya gigih dari ahli bedah jantung pionir, ahli kardiologi, ahli patologi, dan ahli imunologi telah berkontribusi pada peningkatan yang berkelanjutan dalam aspek teknis dan manajemen transplantasi jantung, yang sekarang mencapai hasil yang sangat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Bagaimana dengan perkembangan tranplantasi jantung di negara – negara Asia? Tranplantasi jantung pertama dilakukan pada tahun 1968 oleh dr. Juro Wada dari Sapporo Medical University, Jepang, namun tingkat kelangsungan hidup pasien masih rendah sama seperti yang terjadi di Amerika sebelum penggunaan siklosporin. Namun, akhirnya era keberhasilan transplantasi jantung dimulai di Asia pada tahun tahun 1987 di Taiwan dan Thailand, pada tahun 1992 di Korea dan Hong Kong,dan pada tahun 1999 di Jepang. Pada tahun 2004, dilaporkan bahwa 10 negara Asia telah mampu melakukan tranplantasi jantung yaitu Hong Kong, India, Japan, Korea, Malaysia, China, Saudi Arabia, Singapore, Taiwan, and Thailand. Saat ini, dilaporkan semakin banyak negara Asia yang mampu melakukan transplantasi jantung termasuk Malaysia, Saudi Arabia, Iran, Bangladesh, and Vietnam. Sangat prominen, Taiwan dan Korea menjadi negara yang paling banyak melakukan transplantasi jantung di Asia.  Di Taiwan, telah dilaksanakan 1,354 transplantasi jantung dalam rentang tahun 1987 hingga 2012, dan di Korea telah dilaksanakan 1,319 transpantasi jantung dalam rentang tahun between 1992 and 2016. (4)

Indonesia merupakan negara Asia yang belum pernah melakukan transplantasi jantung, namun Kementerian Kesehatan telah menjadikan pelayanan jantung sebagai salah satu pelayanan prioritas untuk dikembangkan, termasuk kemampuan dalam melakukan transplantasi jantung. Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono menyampaikan dalam peresmian gedung RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada 9 November 2022 bahwa ke depan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita tersebut akan melakukan transplantasi jantung pertama di Indonesia.5

Meskipun saat ini pengobatan terhadap pasien gagal jantung kronis telah mengalami kemajuan yang luar biasa, namun 5-7% dari populasi gagal jantung tetap akan mengalami perkembangan menjadi gagal jantung tahap lanjut. Tingkat kematian pasien gagal jantung tahap akhir sangat memprihatinkan. Perkiraan tingkat kelangsungan hidup satu tahun  pasien dengan gagal jantung tahap akhir adalah sebesar 25-75% walaupun telah mendapatkan terapi medis yang sesuai dengan pedoman. Pada kandidat penderita gagal jantung tahap lanjut yang dipilih dengn cermat, tranplantasi jantung tetap menjadi pilihan pengobatan dengan tingkat kelangsungan hidup satu tahun mencapai 90% dan median kelangsungan hidup hingga 14 tahun. Transplantasi jantung adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup sekaligus kelangsungan hidup pasien dengan gagal jantung terminal. 

Kriteria pemilihan kandidat transplantasi jantung secara umum serupa di Asia maupun di negara-negara Barat. Kriteria untuk menjadi kandidat tersebut  meliputi pasien syok kardiogenik yang bergantung pada dukungan obat-obatan inotropik berkelanjutan atau dukungan sirkulasi mekanik, gagal jantung kelas IV NYHA yang persisten dan refrakter terhadap terapi medis maksimal, angina yang tidak dapat diatasi atau parah yang tidak responsif terhadap revaskularisasi perkutaneus atau bedah, serta aritmia yang mengancam jiwa yang tidak responsif terhadap terapi medis, ablasio kateter, dan/atau pemasangan defibrilator intrakardial. Namun, dari sekian banyak kategori kandidat tranplantasi jantung tersebut, daftar tunggu dibagi berdasarkan status kegawatan dan waktu tunggu.

Data mengenai jumlah kandidat potensial transplantasi jantung di Asia tidak tersedia, tetapi dapat diestimasi berdasarkan jumlah kebutuhan tranplantasi jantung di Singapura yaitu 3 per 1 juta penduduk. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Asia sekitar 4,4 miliar jiwa, sehingga didapatkan jumlah kandidat potensial tranplantasi jantung sebesar 13.200 jiwa. Kelangkaan donor yang selama ini dianggap sebagai hambatan utama, ternyata tidak sepenuhnya benar. Di Korea, sebagian besar donor belum digunakan karena terdapat peningkatan jumlah kasus kematian batang otak sehingga jumlah donor juga ikut meningkat. Oleh karena itu, waktu tunggu untuk menjalani transplantasi jantung di Korea lebih singkat dari pada di Amerika.  Namun, di Jepang, rata-rata waktu tunggu bagi kandidat dengan status 1 melebihi 1150 hari pada akhir Juni 2016 dikarenakan peningkatan yang cepat dari jumlah pasien yang terdaftar sebagai kandidat baru pada daftar tunggu. Di China, kelangkaan donor juga bukan permasalahan yang seirus, pada tahun 2006 telah diinisiaasi program donasi organ oleh masyarakat, dan pada tahun 2014 China menghentikan  penggunaan organ dari narapidana yang dieksekusi.

Permasalahan infeksi endemik juga menjadi pertimbangan khusus bagi transplantasi jantung, dimana Tb dan Hepatitis B adalah endemik di Asia. CMV seropositif juga lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika dan Eropa Barat. Kronik infeksi tersebut menyebabkan angka kesakitan  dan kematian yang signifikan pasca transplantasi. Bukan hanya karena beban infeksi namun juga risiko penolakan terhadap organ donor.



Referensi: 

Sunjaya AF, Sunjaya AP. Combating Donor Organ Shortage: Organ Care System Prolonging Organ Storage Time and Improving the Outcome of Heart Transplantations. Cardiovascular Therapeutics, vol. 2019, Article ID 9482797, 7 pages, 2019. https://doi.org/10.1155/2019/

Libby P, et al, editors. Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 12st ed. Elsevier; 2022.

Lee HY, Oh BH. Heart Transplantion in Asia. Circ J. 2017;81:617-621.https:// doi: 10.1253/circj.CJ-17-0162

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20221109/0041628/wujudkan-transformasi-layanan-rujukan-rs-jantung-harapan-kita-jadi-rs-pertama-transplantasi-jantung-di-indonesia/

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/male-student-practicing-medicine_16408921.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=6c4dd010-9d93-4a2f-8e3d-bfc3d1afbafc