Mengenal Sick Sinus Syndrome (SSS)

Mengenal Sick Sinus Syndrome (SSS)

Penulis dr. Natalia Jaman

 

Sick Sinus Syndrome (SSS) merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk menyebutkan beberapa kondisi pada nodus sinoatrial yang tidak berfungsi secara normal. Nodus sinoatrial adalah pacemaker atau pacu jantung alami yang berfungsi mencetuskan irama atau detak jantung yang teratur. Nodus sinoatrial ini terletak pada bagian atas dari atrium jantung.1Secara klinis, kondisi ini menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung, di mana denyut jantung menjadi sangat lambat (bradikardia), denyut jantung sangat cepat (takikardia), denyut jantung menjadi cepat dan lambat secara bergantian (sindrom bradikardia-takikardia) dan denyut jantung yang secara tiba-tiba menghilang (sinus pause) dengan durasi lebih dari 2-3 detik (sinus arrest).1,2

Sick sinus syndrome ini biasa terjadi pada usia tua, namun dapat terjadi pada semua usia.2,3 Rerata usia paisen dengan SSS adalah 68 tahun. Satu dari 600 pasien jantung berusia lebih dari 65 tahun mengidap sindromini. Tidak ada perbedaan prevalensi pada laki-laki dan perempuan.3 Siapa saja orang yang berisiko menderita SSS ini:

Usia lebih dari 65 tahun. Seiring bertambahnya usia, jumlah sel-sel pacemaker pada nodus sinoatrial berkurang sehingga dapat menyebabkan gangguan penjalaran arus dan menyebabkan SSS.

Serangan jantung atau infark miokard. Serangan jantung dapat menyebabkan kerusakan pada nodus sinoatrial.

Konsumsi obat-obatan anti-aritmia atau obat-obatan yang mengontrol laju jantung yang terlalu cepat. Termasuk di dalamnya obat-obatan golongan beta-blocker (atenolol), calcium channel blocker (verapamil atau diltiazem), digitalis, dan lain-lain.

Kadar kalium darah yang tinggi (hiperkalemia) dan gangguan keseimbangan elektrolit lainnya.

Kadar hormon tiroid dalam darah yang rendah (hipotiroid).

Anak-anak yang menjalani operasi korektif untuk penyakit jantung bawaan (terutama yang melibatkan ruang jantung bagian atas)

Seseorang dengan difteri, distrofi muskular, atau amiloidosis. Penyebab yang jarang pada SSS.

Pada kebanyakan orang dengan SSS yang ringan atau pada awal penyakt, mereka tidak merasakan gejala atau mengeluhkan sakit. Beberapa orang akan mengalami gejala ringan dengan durasi singkat. Seiring dengan berkembangnya gangguan SSS ini, dapat timbul gejala sebagai berikut:

Palpitasi, rasa berdebar-debar, atau seseorang merasakan denyut jantungnya berdetak dengan cepat atau berhenti berdetak dalam waktu singkat.

Pingsan, pusing atau rasa melayang. Gejala ini terjadi saat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak.

Fatigue dan kelelahan. Gejala ini menandakan jantung tidak bisa memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Kebingungan. Terutama sering terjadi pada orang usia tua, disebabkan karena aliran darah ke otak yang berkurang.

Nyeri dada (angina). Disebabkan karena jantung tidak mendapat asupan darah atau oksigen yang cukup karena irama jantung yang berubah-ubah atau tidak teratur.

Gangguan tidur. Irama jantung yang tidak teratur akan mengganggu waktu tidur seseorang karena seringkali mengakibatkan orang tersebut terbangun berkali-kali saat tidur.

Seseorang dengan gejala-gejala di atas dapat mengarahkan kecurigaan pada diagnosis SSS. Konfirmasi diagnosis membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan awal adalah rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG). Namun karena gejala SSS ini terjadi hilang timbul secara tak menentu, sehingga pemeriksaan rekam jantung ini tidak selalu dapat mendeteksi SSS. Oleh karena itu jika ada kecurigaan SSS, maka pemeriksaan dengan monitor Holter lebih bermanfaat. Monitor holter ini akan merekam aktivitas listrik jantung selama 24 jam atau 48 jam, atau lebih jika dibutuhkan. Pemeriksaan lainnya dibutuhkan untuk menyingkirkan penyebab lain selain SSS yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung.1Penegakkan diagnosis SSS ini membutuhkan temuan kelainan pada ekg dengan gejala klinis yang sesuai.2

Tidak ada obat-obatan yang dapat diandalkan untuk meningkatkan denyut atau laju jantung pada seseorang dengan irama jantung yang sangat lambat. Oleh karena itu, seseorang dengan gejala SSS berat membutuhkan pacemaker buatan yang akan dipasang berupa implant pada tubuhnya. Alat ini diinsersikan pada dada bagian atas, di bawah kulit, biasanya di bawah tulang selangka atau klavikula. Alat ini akan menghasilkan impuls listrik dengan kekuatan dan kecepatan yang dapat disesuaikan. Impuls listrik ini kemudian akan ditransmisikan pada jantung melalui wire atau lead yang diletakkan pada ruang jantung. Setelah alat pacu jantung ini dipasang, harus dilakukan pemantauan fungsinya secara teratur. Alat pacu jantung ini akan mengatasi irama jantung yang terlalu lambat atau pada sinus pause yang panjang yang terjadi pasien dengan SSS. Untuk seseorang dengan sindrom bradikardia-takikardia, obat-obatan dapat ditambahkan untuk mengontrol irama yang terlalu cepat sebagai tambahan pada penggunaan pacemaker elektronik buatan tadi.  Sebelum membuat keputusan untuk pemasangan alat pacu jantung, kondisi medis yang dapat mencetuskan SSS hendaknya diatasi dahulu.1

 

Referensi :

Gregoratos, G. Sick Sinus Syndrome. Circulation. 2003;108. Available from:https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/01.CIR.0000102938.55119.EC

Semelka, M., Gera, J. & Usman, S. Sick Sinus Syndrome: A Review. Am. Fam. Physician. 2013;87:691–696.

Dakkak, W. & Doukky, R. Sick Sinus Syndrome. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. 2021.  Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29261930