Mengenal Hipertensi Paru pada Penyakit Jantung Bawaan

Mengenal Hipertensi Paru pada Penyakit Jantung Bawaan

Oleh : dr. Radityo Prakoso, SpJP(K)

  

Istilah hipertensi atau tekanan darah tinggi sudah malang melintang dijumpai di dunia medis, pun banyak dikenal di kalangan awam. Namun istilah hipertensi paru mungkin masih jarang didengar. Hipertensi paru atau hipertensi pulmonal adalah peningkatan tekanan darah di arteri pulmonalis yang membawa darah dari sisi kanan jantung ke paru. Sebagai akibatnya, jantung kanan harus bekerja lebih keras melawan tahanan agar dapat mengantarkan darah ke paru.

Salah satu penyebab hipertensi paru pada anak adalah penyakit jantung bawaan, yaitu kelainan pada struktur dan fungsi jantung sejak masih di dalam kandungan. Adanya lubang di jantung dapat mengalihkan jumlah aliran darah yang lebih banyak ke sisi kanan jantung. Keluhan pada anak seringkali tidak khas, seperti sesak nafas, cepat lelah, hingga membiru jika sudah parah. Ditambah dengan sulitnya diagnosis, anak dengan penyakit jantung bawaan dapat terlambat menerima terapi hingga penyakitnya sudah berprogresi ke fase yang lebih kritis.

Penyakit ini pun telah banyak mencuri perhatian, terbukti dengan diperingatinya Hari Hipertensi Paru Sedunia setiap tanggal 5 Mei. Sebenarnya, bagaimana anak dengan penyakit jantung bawaan dapat menderita komplikasi ini?

 

Gejala hipertensi paru pada anak dengan penyakit jantung bawaan

Pada hipertensi paru, peningkatan tekanan di arteri pulmonalis menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih keras untuk mengantarkan darah agar sampai ke paru. Penyakit ini dapat mengenai bayi hingga dewasa, dengan awitan penyakit umumnya bergantung pada jenis penyakit jantung bawaan yang diderita anak. Beberapa jenis penyakit jantung bawaan, seperti defek septum atrioventrikular (atrioventricular septal defect) dan jendela aortopulmonal (aortopulmonary window), akan memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan hipertensi paru dibanding defek septum atrium (atrial septal defect) dan duktus arteriosus persisten (persistant ductus arteriosus). Kelainan ini umumnya menyebabkan aliran darah lebih banyak ditujukan ke sisi kanan jantung, sehingga curah jantung anak menurun. Dibiarkan terus menerus, bukan tidak mungkin dapat muncul gagal jantung.

Gejala-gejala hipertensi paru tidak terlalu spesifik dan terkadang sulit dibedakan dengan gejala penyakit paru lainnya. Gejala yang dapat diamati paling awal berupa anak menjadi cepat lelah, bahkan dengan aktivitas fisik yang sebelumnya dapat ia lakukan tanpa banyak keluhan. Bayi biasanya menjadi kesulitan saat menyusui, atau tersendat-sendat saat menyusui diiringi nafas yang terengah-engah bahkan muncul kebiruan di mulut dan ujung-ujung jari tangan dan kaki. Pada anak yang lebih tua, penurunan kemampuan beraktivitas terlihat dari kondisi anak yang menjadi lebih cepat lelah saat beraktivitas fisik. Selain itu, anak juga dapat mengeluhkan sesak nafas, nyeri dada, bahkan pingsan.

Bila terdapat kecurigaan akan hipertensi paru, pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan kateterisasi jantung kanan. Pada prosedur ini, dilakukan pengukuran tekanan di arteri pulmonal dan jantung kanan anak melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha yang diteruskan ke jantung.

Selain penyakit jantung bawaan, beberapa hal dapat meningkatkan risiko anak mengalami hipertensi pulmonal seperti faktor keturunan, jenis kelamin, dan konsumsi obat-obatan tertentu.

 

Dapatkah hipertensi paru diobati?

Pengobatan hipertensi paru pada anak bergantung pada penyebab utama dan sejauh apa penyakit tersebut telah berprogres. Untuk kasus hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan, penutupan defek dapat menjadi pilihan untuk mengembalikan tekanan arteri pulmonalis ke rentang nilai normalnya. Selain melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto polos dada, dan ekokardiogram, pada beberapa kasus khusus dapat dilakukan penyadapan jantung kanan terlebih dahulu untuk memastikan kondisi tersebut pada anak masih bersifat reversibel.

Apabila tindakan tidak atau belum dapat dilakukan, obat-obatan tertentu dapat diberikan untuk membantu mengurangi tekanan darah paru. Terapi simtomatik berupa pemberian oksigen untuk membantu pernafasan dan diuretik untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan di tubuh dapat membantu mengurangi gejala. Sildenafil, obat golongan inhibitor fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia untuk digunakan sebagai obat hipertensi paru pada pasien dewasa. Obat-obatan konvensional seperti penghambat kanal kalsium, digoxin, dan warfarin dapat mengurangi gejala dan tersedia di Indonesia. Obat-obatan ini pada umumnya bersifat simtomatik dan diharapkan dapat menperlambat progresi penyakit atau bahkan mengembalikan fungsi jantung dan paru ke normalnya.

Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan gagal jantung kanan dan gangguan irama jantung. Oleh karena itu, durasi pengobatan dapat berlangsung seumur hidup. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi tekanan arteri pulmonal berkala untuk menilai progresivitas penyakit dan menilai kecukupan dosis obat yang diberikan.

 

Rujukan

D’Alto M, Mahadevan VS. Pulmonary arterial hypertension associated with congenital heart disease. Eur Respir Rev. 2012;21(126):328-37.

Ivy D. Pulmonary hypertension in children. Cardio Clin. 2016;34(3):451-72.