Mengenal Hipertensi Pada Lansia: “Hipertensi Sistolik Terisolasi"
Penulis: dr. Natalia Jaman
Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah kondisi tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dengan tekanan darah diastolik <90 mmHg. HST merupakan tipe hipertensi yang paling sering terjadi pada populasi lansia. Berdasarkan data dari survei pemeriksaan kesehatan dan gizi nasional AS 1999-2010, sekitar 30% orang berusia 60 tahun ke atas memiliki hipertensi sistolik terisolasi yang tidak diobati, dibandingkan dengan 6% pada orang dewasa usia 40-50 tahun dan 1,8% pada usia dewasa muda 18-39 tahun. Sesuai Framingham Heart Study, seseorang yang berusia 65 tahun dengan tekanan darah normal memiliki 90% risiko seumur hidup terkena hipertensi. Di antara kelompok lansia, wanita dan orang kulit hitam non-Hispanik memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi.
Peningkatan tekanan darah sistolik dianggap lebih penting dibandingkan peningkatan tekanan darah diastolik sebagai faktor risiko untuk komplikasi kardiovaskular dan ginjal. Seiring dengan bertambahnya usia, ada pergeseran bertahap dari tekanan darah diastolik ke tekanan darah sistolik sebagai prediktor risiko kardiovaskular. Ketika dikombinasikan dengan faktor risiko lain seperti pola makan yang buruk dan kurang olahraga, HST yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti stroke, penyakit jantung, dan penyakit ginjal kronis.
Sebagian besar penderita hipertensi mengalami hipertensi primer, yang juga dikenal sebagai hipertensi esensial. Jarang terjadi, hipertensi sistolik terisolasi dikaitkan dengan penyebab lain dari hipertensi sekunder seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penyakit ginjal kronis, penyakit pembuluh darah perifer, diabetes mellitus,insufisiensi aorta, fistula arteriovenosa, anemia, penyakit Paget, dan stenosis arteri ginjal aterosklerotik.
Berlawanan dengan hipertensi esensial, pada hipertensi sistolik terisolasi, baik peningkatan total resistensi pembuluh darah perifer maupun tekanan darah rata-rata arteri bukanlah menjadi prasyarat terjadinya HST. Proses penuaan menghasilkan peningkatan tekanan darah sistolik yang berkelanjutan sementara tekanan darah diastolik tetap stabil pada usia 50-60 tahun, yang kemudian diikuti dengan penurunan. Pada banyak kasus, HST terbentuk akibat berkurangnya elastisitas arteri. Hal ini terjadi pada lansia di mana terdapat peningkatan deposit kalsium dan kolagen pada dinding arteri. Akibatnya, hal ini akan menyebabkan penurunan elastisitas dari arteri, berkurangnya rasio lumen terhadap dinding arteri, dan peningkatan ketebalan dan fibrosis dari tunika intima dan media dari arteri. Kekakuan yang terbentuk pada sistem arteri ini pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan nadi dan kecepatan gelombang nadi yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan penurunan lebih lanjut dari tekanan darah diastolik.
Seperti pada hipertensi jenis lainnya, HST dapat menyebabkan kerusakan organ jika tidak diobati. Oleh karena itu diagnosis dini, modifikasi faktor risiko dan memulai pengobatan yang tepat adalah langkah untuk pencegahan komplikasi dan kematian. Faktor risiko yang berkaitan dengan HST:
- Merokok
- Diabetes
- Dislipidemia
- Obesitas
- Gaya hidup sedentary
- Diet yang tidak sehat, seperti tinggi garam, makanan olahan, makanan tinggi lemak, dan konsumsi alkohol.
- Riwayat keluarga dengan hipertensi, penyakit ginjal, diabetes, atau penyakit jantung
Dalam sebuah meta analisis dari 20 penelitian yang melibatkan 9299 individu dan pengamatan selama 11,1 tahun menunjukkan hubungan yang kuat antara tekanan darah sistolik selama 24 jam dengan kematian akibat kardiovaskular, kematian akibat semua penyebab lain, stroke, dan komplikasi jantung. Meskipun tekanan darah diastolik penting, terdapat kontroversi tentang dampak tekanan darah diastolik pada komplikasi kardiovaskular. Dalam sebuah analisis dari studi kohort kesehatan kardiovaskular yang melibatkan 2520 partisipan dan pengamatan selama 8,7 tahun, hipertensi sistolik terisolasi dikaitkan dengan peningkatan penyakit arteri koroner 34%, penyakit serebrovaskular 33%, dan gagal jantung sebanyak 26%.
Terapi pada HST tidak jauh berbeda dengan tipe hipertensi lainnya, dapat dibagi menjadi non farmakologis dan farmakologis. Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak pedoman adalah :
Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
Mengurangi asupan garam. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Mengurangi konsumsi alcohol.
Berhenti merokok.
Untuk terapi farmakologis, beberapa penelitian pada lansia dengan HST menunjukkan beberapa obat yang efektif menurunkan risiko stroke dan komplikasi jantung, yaitu golongan diuretik thiazide dan calcium channel blocker. Selain itu pilihan kedua adalah obat-obatan golongan ace inhibitor atau angiotensin receptor blocker. Sedangkan obat golongan beta blocker tidak disarankan untuk digunakan.
Target tekanan darah optimal yang ingin dicapai masih kontroversial. Pada penelitian Systolic Blood Pressure Intervention Trial (SPRINT) menunjukkan target tekanan darah sistolik < 120 mmHg memperbaiki luaran kardiovaskular dan survival secara keseluruhan dibandingkan dengan dengan target sistolik 135 to 139 mmHg. Namun demikian, penurunan tekanan darah yang agresif juga dapat membahayakan pada lansia karena bisa mencetuskan hipotensi, kurangnya perfusi organ, dan polifarmasi. Sehingga target tekanan darah sistolik <140 mmHg dengan mempertahankan tekanan darah diastolik >70 mmHg dirasakan cukup tepat pada kebanyakan populasi. Dengan demikian terapi pada lansia dengan HST harus disesuaikan dengan karakteristik atau kondisi masing-masing orang.
Referensi :
Liu X, Rodriguez CJ, Wang K. Prevalence and trends of isolated systolic hypertension among untreated adults in the United States. J Am Soc Hypertens. 2015;9(3):197-205.
Tan JL, Thakur K. Systolic Hypertension. [Updated 2020 Nov 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Bavishi C, Goel S, Messerli FH. Isolated Systolic Hypertension: An Update After SPRINT. Am J Med. 2016 Dec;129(12):1251-1258.
Koracevica G, Stojanovic M, Kostica T, Lovic D, Tomasevic M, Tomasevic RJ. Unsolved Problem: (Isolated) Systolic Hypertension with Diastolic Blood Pressure below the Safety Margin Med Princ Pract 2020; 29:301–309
PERKI. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi pertama. Jakarta : Perki; 2015.
Sumber gambar : https://www.saulesaptieka.lv/en/wp-content/uploads/2019/07/spiediens.jpg