Mengatasi Emergensi Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Tindakan Bedah

Mengatasi Emergensi Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Tindakan Bedah

Penulis: dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K)

 

Di Amerika Serikat, sekitar 7.200 bayi yang lahir setiap tahunnya termasuk ke dalam penyakit jantung bawaan (PJB) kritis. Beberapa contoh PJB kritis meliputi koarktasio aorta, double-outlet right ventricle, d-Transposition of the great arteries, Ebstein anomaly, hypoplastic left heart syndrome, atresia pulmoner dengan septum intak, tetralogy of fallot dan lain-lain. Biasanya, defek jantung jenis ini memiliki kandungan oksigen yang sedemikian rendahnya pada bayi baru lahir dan dapat diidentifikasi dengan menggunakan skrining pulse oximetry minimal 24 jam setelah kelahiran. Bayi dengan PJB kritis memerlukan tindakan bedah atau intervensi perkutan dalam rentang waktu tahun pertama kehidupan.

Tahukah sobat? Tindakan bedah memiliki beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan tindakan minimal invasif perkutan. Tindakan bedah memerlukan operasi buka dada yang tentunya akan memiliki angka kematian yang lebih tinggi dan lama rawat inap yang lebih lama jika dibandingkan dengan tindakan perkutan yang hanya dilakukan dengan memasukan kateter dari paha atau dari leher. Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai beberapa penanganan PJB kritis tanpa tindakan bedah yang dapat dilakukan di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK).

Right Venticular Outflow Tract (RVOT) stenting

Secara umum, manajemen pasien dengan Tetralogy of Fallot (ToF) dengan aliran paru yang sangat berkurang dan biru selalu mencakup paliatif hingga perbaikan total  dapat dilakukan. Tindakan paliatif melibatkan prosedur yang memperbaiki aliran sirkulasi darah paru.

Dulunya, tindakan paliatif pada pasien ToF selalu dilakukan secara bedah jantung terbuka yang dikenal dengan Blalock-Thomas-Taussig shunt (BT shunt) yang membuat pirau antara aliran sistemik dengan paru. Namun, sekarang intervensi non bedah secara transkateter dapat dilakukan dengan memasang stent pada paten duktus arteriosus (PDA) atau memasang stent pada right ventricular outflow tract (RVOT). PDA stenting memiliki risiko tindakan yang kecil, namun dapat menyebabkan penyempitan atau obstruksi pada duktus tersebut secara paradoks. Di sisi lain, RVOT stenting mendapatkan popularitas karena pasien yang telah mendapatkan tindakan ini akan memiliki hasil hemodinamik fisiologis yang lebih baik dan mendukung pertumbuhan kedua paru-paru secara seimbang.

Interatrial septum (IAS) stenting

Pada PJB kritis tertentu, seperti d-TGA, diperlukan adanya komunikasi antar serambi jantung (interatrial septum/IAS) yang adekuat untuk mempertahankan kestabilan hemodinamik. Komunikasi antar serambi jantung yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipertensi vena paru dan membuat curah jantung sistemik menjadi lebih rendah. IAS stenting menjadi salah satu cara bagi sobat untuk mempertahankan komunikasi di antara serambi jantung. Prosedur ini dilakukan secara transkateter dan stent akan dimasukkan melalui selang yang kemudian dikembangkan di antara kedua serambi jantung, sehingga mempertahankan komunikasi tersebut. Tujuan dari IAS stenting bertujuan untuk menurunkan hipertensi atrium kiri, mempertahankan curah jantung sistemik, mixing inter-sirkulasi, mengurangi resistensi vaskular paru baik pada sirkulasi biventrikuler maupun sirkulasi univentrikuler.

Coarctoplasty/ Angioplasti balon

Angioplasti balon merupakan sebuah prosedur transkateter yang dilakukan untuk membuka pembuluh darah yang menyempit dan meningkatkan aliran darah. Prosedur ini dilakukan pada pasien dengan koarktasio aorta dimana terdapat penyempitan dari pembuluh darah yang dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi pada lengan.

Dibandingkan dengan prosedur bedah dengan komplikasi yang lebih besar, koarktoplasti memiliki risiko yang kecil, seperti terbentuknya sebuah benjolan pada dinding arteri. Hal ini dikarenakan balon dikembangkan pada aorta untuk memperbesar daerah yang sempit tersebut. Hal ini dapat melemahkan dinding arteri dan menyebabkan aneurisma (sebuah benjolan di dinding arteri). Komplikasi ini terjadi pada sekitar 6 per 100 pasien yang menjalani tindakan ini.

Anak anda mungkin akan menjalani prosedur X-ray setelah tindakan sehingga tim kami dapat memberitahu apakah komplikasi seperti ini terjadi. Anak anda akan dievaluasi lagi 6 bulan hingga setahun setelah tindakan untuk memantau hasil pelebaran dan dilihat apakah aneurisma tersebut bertambah besar. Untuk evaluasi, dapat dilakukan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI). Pada beberapa anak-anak, penyempitan dapat terjadi lagi setelah dikoreksi yang disebut dengan rekoarktasio.

Kardiolog Anda akan memberitahu jika anak anda boleh pulang. Anak Anda akan tinggal di rumah sakit minimal 4 hingga 6 jam setelah tindakan. Bahkan, beberapa anak-anak dapat pulang pada hari yang sama dengan dilakukannya tindakan tersebut.

Artikel ini menjelaskan tentang prosedur paling mutakhir untuk manajemen PJB kritis secara transkateter di RSPJNHK secara ringkas. Untuk penjelasan dan pemahaman lebih lanjut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jantung.

 

Sumber:

1. https://www.cdc.gov/ncbddd/heartdefects/cchd-facts.html

2. Bugeja J, Grech V, DeGiovanni JV. Right ventricular outflow tract stenting - effective palliation for Fallot's tetralogy. Images Paediatr Cardiol. 2015;17(3):3-10.

3. Sivakumar K. Atrial septal stenting - How I do it?. Ann Pediatr Cardiol. 2015;8(1):37-43. doi:10.4103/0974-2069.149516