Mediterranean Diet dan Sistem Kardiovaskular
Penulis: dr. Adhytya Pratama Ahmadi
Diet Mediterania merupakan diet tradisional masyarakat Eropa yang berada di wilayah Mediterania. Pada tahun 1960, angka harapan hidup pada wilayah tersebut merupakan yang tertinggi di dunia. Karakteristik diet ini adalah tinggi minyak zaitun, buah, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan sereal; cukup ikan dan daging unggas; rendah produk susu, daging merah, daging olahan dan makanan manis (permen, gula-gula, kue kering)1.
Mediterranean Diet Foundation Expert Group mengembangkan piramida diet yang disesuaikan dengan keadaan spesifik dan budaya setempat, seperti jumlah porsi dan bahan makanan lokal. Piramida diet Mediterania (Gambar 1) versi 2010 ini membantu negara lain dalam mengadopsi gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Diet kaya buah, sayuran, kacang- kacangan, dan sereal, dengan minyak zaitun sebagai satu-satunya sumber lemak, konsumsi sedang anggur merah saat makan, dan rendahnya konsumsi daging merah telah terbukti bermanfaat dalam menurunkan angka kejadian penyakit di negara industri maupun non-industri. Sebuah meta-analisis melaporkan bahwa terdapat penurunan risiko yang signifikan pada semua keadaan klinis utama sebanding dengan tingkat kepatuhan terhadap diet Mediterania, dimana delapan penelitian menilai risiko kematian secara keseluruhan, empat penelitian menilai mortalitas kardiovaskular, enam penelitian menilai kejadian atau kematian neoplasma, dan tiga penelitian menilai kejadian penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.2
Gambar 1. Piramida Diet Mediterania1
Diet Mediterania memiliki efek kardioprotektif dengan kandungan asam α-linolenat. Dalam sebuah penelitian yang mengikutsertakan 1000 orang Asia Selatan, dimana 499 orang melakukan diet Mediterania dan 501 orang melakukan diet lokal yang mirip dengan langkah pertama diet National Cholesterol Education Program (NCEP), didapatkan penurunan konsentrasi kolesterol darah yang signifikan dan faktor risiko yang lainnya pada kedua kelompok, terutama pada kelompok dengan diet Mediterania. Kandungan kaya asam α-linolenat pada diet Mediterania membuatnya lebih efektif dalam mencegah penyakit arteri koroner, baik pencegahan primer maupun sekunder. Penelitian lain menduga bahwa kandungan asam lemak yang termasuk dalam kelompok asam lemak omega 3 ini memberikan efek terhadap berbagai faktor yang memodulasi kaskade terjadinya Acute Myocard Ischemia dan komplikasinya, khususnya kematian mendadak. Salah satu karakteristik diet Mediterania adalah konsumsi tinggi lemak yang sebagian besar adalah MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) yang menyumbang 20% atau lebih dari total asupan kalori harian. Sumber utama asupan lemak harian adalah minyak zaitun yang digunakan untuk memasak dan saus salad. Selain konsumsi tinggi buah dan sayuran yang mengandung polifenol sebagai agen antioksidan, manfaat konsumsi minyak zaitun dan anggur merah pada diet Mediterania juga memiliki manfaat yaitu meningkatkan proses antioksidan dan antiinflamasi yang membantu dalam menjaga kesehatan jantung.3
Minyak zaitun merupakan makanan kaya MUFA. Minyak zaitun yang murni dapat mempertahankan semua komponen lipofilik pada buah, sebagian kecil tokoferol, dan sebagian besar senyawa fenolik dengan sifat antioksidan yang kuat, sementara minyak zaitun yang sudah mengalami proses penyulingan kehilangan sebagian besar sifat antioksidannya selama penyulingan. Konsumsi kacang-kacangan telah terbukti menurunkan risiko penyakit jantung koroner (PJK). Selain memiliki asam lemak baik, kacang kaya akan sumber nutrisi dan senyawa bioaktif lain yang mungkin mempengaruhi risiko PJK, seperti fiber, pitosterol, asam folat, dan antioksidan.4,5
Aterosklerosis merupakan penyebab utama penyakit iskemik jantung, melalui suatu proses yang relevan dengan komponen inflamasi. Fase awal aterosklerosis melibatkan penarikan sel-sel inflamasi dari sirkulasi yang kemudian melekat ke endotelium dan akhirnya bermigrasi ke ruang subendotel. Proses kompleks yang dimediasi oleh stimulus inflamasi ini melibatkan produksi sitokin dan regulasi molekul adhesi pada sel endotel dan leukosit. Inflamasi yang terus menerus dapat menyebabkan plak ateromatous, tidak stabil, dan pecah sehingga menyebabkan runtutan kejadian iskemik pada penyakit penderita iskemik derajat lanjut. Modifikasi diet dipercaya dapat mencegah proses inflamasi pada patogenesis aterosklerosis. Hasil penelitian cross-sectional dan uji coba pada populasi Mediterania menunjukkan diet Mediterania memiliki efek antiinflamasi. Dalam uji PREDIMED (Prevencion Con Dieta Mediterranea) dilakukan analisis efek dari tiga intervensi terhadap adhesi molekul dan sitokin terkait aterosklerosis. Penelititan terbaru menunjukkan diet Mediterania dapat menurunkan status inflamasi dan/atau meningkatkan fungsi endotel. Penurunan sirkulasi molekul adhesi mendukung efek antiinflamasi diet Mediterania.5
Dalam sebuah uji coba terkontrol yang meneliti efek diet tradisional Mediterania terhadap oksidasi lipoprotein menunjukkan hasil yang positif, dimana terjadi penurunan oksidasi yang signifikan. Oksidasi lemak dan apoprotein dalam Low Density Lipoprotein (LDL) memicu perubahan bentuk lipoprotein, dimana memudahkan LDL untuk memasuki sistem monosit-makrofag pada dinding arteri dan menyebabkan proses aterosklerosis. Penelitian ini menunjukkan penurunan oksidasi LDL merupakan salah satu mekanisme protektif dalam perkembangan penyakit jantung koroner. Komponen dasar diet Mediterania antara lain minyak zaitun, anggur merah, buah- buahan, sayur-sayuran dan ikan merupakan makanan yang kaya vitamin, antioksidan, polifenol, phytochemicals, dan asam lemak omega-3. Hasil studi epidemiologi dan uji coba klinis menunjukkan bahwa subjek yang mengikuti diet Mediterania memiliki kapasitas antioksidan total yang lebih tinggi. Diet Mediterania tidak hanya berperan dalam reduksi penghancuran endotelial tetapi juga berperan dalam meningkatkan aktivitas degenerasi endotel.6
1. Bach-Faig A, Berry EM, Lairon D, Reguant J, Trichopoulou A, Dernini S, et al. Mediterranean diet pyramid today. Science and cultural updates. Public Health Nutrition. 2011; 14:2274-84.
2. Whalen KA, McCullough M, Flanders WD, Hartman TJ, Judd S, Bostick RM. Paleolithic and mediterranean diet pattern scores and risk of incident, sporadic colorectal adenomas. American Journal of Epidemiology [internet]. 2014 [diakses tanggal 12 November 2021]; 180(11):1088-97. Tersedia dari: http://www.medscape.com/
3. Estruch R, Ros E, Salas-Salvadó J, Covas MI, Corella D, Arós F, et al. Primary prevention of cardiovascular disease with a mediterranean diet. The New England Journal of Medicine [internet]. 2013 [diakses tanggal 12 November 2021]; 368(1):1279-90. Tersedia dari: http://www.nejm.org/
4. Sofi F, Cesari F, Abbate R, Gensini GF, Casini A. Adherence to mediterranean diet and health status: meta-analysis. BMJ. 2008; 337(1):a1344.
5. Estruch R. Anti-inflammatory effects of the Mediterranean diet: the experience of the PREDIMED study. The Proceedings of the Nutrition Society. 2010; 69(3): 333-40.
6. Aro F. Effect of a Traditional mediterranean diet on lipoprotein oxidation. Arch Intern Med. 2007; 167(1):1195-204.