Manajemen Perawatan Mandiri Pada Gagal Jantung

Manajemen Perawatan Mandiri  Pada Gagal Jantung

Penulis: Ns. Mariani Nisaa, S.Kep

 

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angkamortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembangtermasuk Indonesia. Gagal jantung adalah abnormalitas dari struktur jantung atau fungsi yang menyebabkan kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan darah/oksigen ke seluruh tubuh.

Gagal jantung berefek pada status fungsional yang dapat dilihat dariketerbatasan fungsional yang dialami. Selanjutnya penurunan status fungsional inidiperlukan kemampuan pasien dalam melakukan manajemen perawatan mandiri.

Manajemen perawatan mandiri didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yangbertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapatmemperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung. Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran penting dalam keberhasilan pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna untuk perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas, dan prognosis.

Manajemen perawatan mandiri telah terbukti menjadi pengaruh penting pada hasil medis danterpusat pada pasien dengan gagal jantung. Pasien gagal jantung yang mempunyai kepatuhan manajemen perawatan mandiri lebih efektif memiliki kualitas hidup yang lebih baik, tingkat kematian yang lebih rendah dan tingkat masuk rawat yang lebih rendah daripada pasien yang melaporkan manajemen perawatan mandiri yang buruk.

Kepatuhan pengobatan merupakan poin yang sangat penting dalam keberhasilanterapi gagal jantung dan mempunyai peran dalam keberhasilan pengobatan gagal jantung serta dapatmemberi dampak bermakna perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional,kualitas hidup, morbiditas dan prognosis.

Berikut adalah Manajemen Perawatan Mandiri pada gagal jantung :

Memahami gejala

Saat jantung mengalami kegagalan dalam memompakan darah dapat menyebabkan pembengkangan pada kaki atau perut, batuk, kelelahan dan sesak nafas saat aktivitas atau saat berbaring rata. Pasien harus segera melaporkan gejala tersebut.

Ketaatan pasien berobat

Ketaatan pasien untuk berobat yaitu pasien menepati perjanjian dengan dokter/perawat, tidak lupa minum obat  dapat mempengaruhi morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20-60% pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun non-farmakologi.

Pemantauan berat badan mandiri

Pasien harus memantau berat badan rutin setiap hari dan  memeriksa pembengkakan pada kaki jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertimbangan dokter. Timbang berat badan di pagi hari (sebelum sarapan) dengan menggunakan timbangan yang sama dan di catat.

 

Asupan cairan

Restriksi cairan 900 ml–1,2 liter/hari (sesuai berat badan) dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Catat asupan cairan harian dan ukur jumlah urine yang keluar padahari yang sama. Beritahu dokter jika jumlah urine sedikit atau tidak ada.

Pengurangan berat badan

Pengurangan berat badan pasien obesitas dengan gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Kehilangan berat badan tanpa rencana

Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantung berat. Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka mortalitas. Jika selama 6 bulan terakhir terjadi kehilangan berat badan >6 % dari berat badan stabil sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien harus dinilai dengan hati-hati. Terapi kaheksia jantung memerlukan dukungan gizi yang agresif, umumnya mencakup enteral feeding yang membantu asupan oral.

Latihan Fisik

Latihan di rekomendasikan pada semua pasien gagal jantung kronik stabil. memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit atau di rumah.Latihan fisikuntuk memperbaiki fungsi jantung dan otot, berolah raga secara rutin,dianjurkan berjalan santai selama 30 menit setiap hari, beristirahat di sela –sela aktifitas.

Aktvitas seksual

Penghambat fosfodiesterase tipe5mengurangi tekanan pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak boleh dikombinasikan dengan preparat nitrat. Berikan edukasi  yang berhubungan dengan aspek seksualitas pada pasien gagal jantung serta meningkatkan pengetahuan terkait aspek seksualitas.

 

 

 

Sumber :

Jaarsma, T., Cameron, J., Riegel, B., & Stromberg, A. (2017). Factors Related to Self-Care in Heart Failure Patients According to the Middle-Range Theory of Self-Care ofChronic Illness: a Literature Update. Current Heart Failure Reports, 14(2), 71–77.https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11897-017-0324-1

 

Siswanto, B. B., Hersunarti, N., Erwinarto, N., Nauli, S. E.,Lubis, A. C., Wiyawan, N., Dewi, P.P., Pratikto, R.S., Hasanah, D. Y,  (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan DokterSpesialis Kardiovaskular Indonesia, 2 . https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Pedoman_Tatalaksana_Gagal_Jantung_2020.pdf