Makanan Apa yang Bisa Meningkatkan Risiko Henti Jantung Mendadak?

Makanan Apa yang Bisa Meningkatkan Risiko Henti Jantung Mendadak?

 

Oleh : dr. Choiron Abdillah

 

Makan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Setiap negara atau daerah memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal menu makanan yang dikonsumsi. Di seluruh belahan dunia terdapat beberapa pola diet yang cukup terkenal yaitu diet mediterania, yang merupakan pola makan tradisional yang memiliki karakteristik kaya akan sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak zaitun, sereal serta konsumsi protein yang secukupnya. Pola makan ini banyak ditemukan di negara-negara mediterania sehingga dikenal sebagai diet mediterania. Sementara itu di sisi sebaliknya Southern diet, yaitu pola makan tinggi lemak, daging olahan beku, yang mayoritas dimasak dengan minyak goreng dengan minuman manis sebagai pelengkapnya. Pola makan ini tidak sehat dan banyak dikonsumsi oleh orang-orang di sisi selatan amerika sehingga terkenal dengan istilah Southern diet. Tahukah anda apabila pola Southern diet ini apabila dijalani secara rutin dapat meningkatkan risiko henti jantung?

 

Pada sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal asosiasi jantung amerika (AHA) menjelaskan bahwa pola makan yang tidak sehat secara regular dapat meningkatkan risiko terjadinya henti jantung mendadak sementara konsumsi diet mediterania dapat menurunkan risiko tersebut. Penulis utama studi ini, Prof. James M. Shikany, menjelaskan meskipun penelitian ini dilaksanakan dengan mengobservasi, hasilnya dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang dapat dimodifikasi dari henti jantung makanan adalah faktor diet, dan faktor ini dapat dikontrol dibandingkan dengan faktor fisik lain yang ada di jantung. Shikany yang juga merupakan Direktur penelitian di divisi Preventive Medicine di Universitas Alabama menyatakan bahwa dengan memperbaiki pola diet seseorang dengan cara meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, ikan dan sereal gandum seperti pola diet mediterania diikuti dengan mengurangi konsumsi daging termasuk daging olahan, makanan yang digoreng dan minuman yang manis dapat mengurangi risiko henti jantung mendadak.

 

Studi ini melakukan analisa terhadap 21 ribu responden dengan usia 45 tahun atau lebih yang mengikuti proyek penelitian besar yang disebut REGARDS. Studi REGARDS ini memasukkan data penelitian dari tahun 2003 sampai 2007 untuk dinilai secara perbedaan ras dan geografis pada penderita stroke. Studi ini merupakan penelitian terkini yang melakukan investigasi untuk menilai hubungan antara penyakit kardiovaskular dengan pola diet, khususnya menilai hubungan pola diet dengan kematian mendadak akibat henti jantung, yang biasanya dikarakteristikkan dengan hilangnya fungsi jantung secara mendadak dalam hitungan jam setelah gejala muncul.

 

Setelah melakukan analisa lanjutan untuk menimbang faktor risiko lainnya, studi ini menemukan orang yang menjalani pola diet yang tidak sehat yaitu Southern diet menunjukkan tren peningkatan risiko kematian mendadak akibat henti jantung sebesar 46% dibandingkan dengan pola diet yang lainnya. Sementara pola diet mediterania berasosiasi dengan 26% penurunan risiko dari henti jantung mendadak.

 

Prof Shikany berharap bahwa studi ini melengkapi pengetahuan yang sudah ada dan dapat membuat orang mengubah pola dietnya. Dia memberi masukan agar perubahan pola makan dilakukan secara perlahan daripada dilaksakan secara ekstrim seperti mengurangi konsumsi daging menjadi sekali per minggu. Dengan perubahan yang perlahan diharapkan lebih konsisten menjalani program perbaikan diet ini.

 

Dr. Stephen Juraschek memberikan pendapat bahwa terdapat dua metode yang lebih tepat untuk menangani pola diet ini dan tetap dapat dilaksanakan dalam waktu yang lama. Yang pertama adalah meningkatkan jumlah sajian buah-buahan dan sayur-sayuran yang dimakan setiap harinya, setelah itu mengurangi jumlah garam yang dikonsumsi dari makanan yang dimasak sendiri atau menghindari makanan yang penyajiannya menggunakan garam dalam jumlah banyak. Anggota komite nutrisi dari Asosiasi Jantung Amerika (AHA) ini juga menekankan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang membuat seseorang menjalani pola diet tertentu seperti suplai makanan yang tersedia, akses untuk mendapatkan makanan yang sehat dan budaya setempat. Akses untuk mendapatkan buah-buahan dan sayur-sayuran yang sehat tidak dimiliki semua orang khususnya pada komunitas urban dan komunitas dengan status sosioekonomi yang lebih rendah sehingga makanan yang cepat saji atau daging olahan merupakan makanan sehari-hari karena lebih murah dibandingkan dengan makanan sehat.