Long Covid-19

Long Covid-19

Penulis: dr. Andre Prawira Putra, Sp.P

 

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia saat ini yang diiringi dengan perkembangan penyakit yang terus dikaji. Sejumlah laporan menyebutkan sebagian penyintas COVID-19 masih mengalami keluhan pascas embuh COVID-19 yang umum disebut sebagai long COVID-19. Beberapa literatur juga menyebutkan istilah long COVID ini sebagai long haulers, sindrom pernapasan pascaCOVID-19 atau post-COVID syndrome. Definisi sindrom pernapasan pascaCOVID-19 sendiri adalah pasien dengan gejala pernapasan / gangguan paru yang menetap >4 minggu sejak awitan gejala COVID-19.1

 Gejala yang umum terjadi antara lain batuk, sesak napas, mudah lelah, nyeri dada, nyeri/gatal tenggorokan, nyeri otot/sendi, aktivitas terbatas dan terkadang juga ditemukan kelainan hasil pemeriksaan radiologis atau nilai faal paru pada sebagian kasus.(1) Sebuah studi melaporkan 87,4% dari total 143 pasien COVID-19  mengalami gejala long COVID-19 dan 12,6% pasien tidak didapatkan gejala sisa pada pemantauan 30 hari pascadinyatakan sembuh.2  

Sejumlah studi lainnya melaporkan lama waktu terjadinya gejala long COVID bervariasi antara 1 sampai 9 bulan pascasembuh COVID 19. Usia lanjut (>60 tahun), riwayat komorbid dan riwayat perawatan dengan terapi oksigen sebelumnya adalah sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadi long COVID-19. Mekanisme terjadi long COVID-19 belum sepenuhya diketahui namun faktor respons antibodi yang lemah, reaksi peradangan dan infeksi berulang diduga menjadi faktor penyebab.3

 Long COVID-19 tidak hanya menimbulkan gangguan di sistem pernapasan namun juga menimbulkan masalah Kesehatan di sistem organ lainnya. Pada sistem saraf dilaporkan dapat terjadi keluhan sakit kepala, gangguan kognitif, kejang, stroke dan ensafalitis pascasembuh COVID-19. Gangguan cemas, depresi, sulit tidur dan terjadinya post-traumatic stress disorder dialami pada 30-40% penyintas COVID-19.

Gangguan darah seperti thrombosis dapat terjadi pada <5% kasus pasca infeksi akut COVID-19 namun pada kebanyakan kasus tidak berakibat fatal.4 Gangguan irama jantung, jantung berdebar dan sesak napas merupakan sebagian keluhan di sistem kardiovaskular yang dapat terjadi pada penyintas COVID-19. Pada organ paru dapat ditemukan jaringan parut akibat peradangan di paru yang disebut fibrosis paru. Kelainan ini dapat ditemukan di sebagian penyintas COVID-19 terutama pada kasus berat atau kritis yang berakibat keluhan respirasi yang masih terjadi.

Keadaan fibrosis paru ini merupakan salah satu penyebab terjadi sesak atau batuk berkepanjangan akibat penurunan kemampuan paru untuk mengembang sempurna   (gangguan restriksi) dan dapat menimbulkan gangguan difusi yaitu fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara paru dan pembuluh darah sekitarnya. Pada perkembangannya fibrosis paru ini akan menghilang sendirinya seiring waktu pada kebanyakan kasus. Penyintas COVID-19 yang masih mengalami keluhan seperti sesak napas, nyeri dada, kelemahan anggota gerak badan yang menetap atau bahkan memburuk >3 minggu dianjurkan segera untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

Pemeriksaan laboratorium darah, radiologi, elektrokardiogram, six-minute walk test, spirometri dan  diffusing capacity of the lung for carbon monoxide (DLCO) adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui derajat berat penyakit dan organ tubuh yang mungkin terpengaruh akibat long COVID. Tatalaksana long COVID sendiri dapat terbagi menjadi 2 bagian yaitu tatalaksana mandiri dan medis. Tatalaksana  mandiri yang dapat dilakukan di rumah antara lain diet makanan bergizi, tidur yang cukup, berhenti merokok, menghindari stress pikiran, meditasi, membatasi minuman beralkohol atau kafein, pemantauan saturasi oksigen perifer (SpO2) dengan alat oksimetri nadi berdenyut disertai latihan fisis secara bertahap.

Tatalaksana mandiri ini dapat ditunjang dengan medis jika diperlukan seperti terapi oksigen jangka panjang, latihan rehabilitasi paru, mengatasi infeksi sekunder yang mungkin terjadi dan konsumsi obat rutin sesuai komorbid pasien. Dengan pelaksanaan tatalaksana ini secara keseluruhan dan dukungan moril oleh keluarga terdekat diharapkan dapat mempercepat penyembuhan gejala long COVID yang dirasakan serta meningkatkan kualitas hidup penyintas COVID-19. 

 

Referensi:

Panduan praktik klinik PDPI 2021, Sindrom pernapasan pasca COVID-19

Carfi A, Bernabei R, Landi F et al. Persistent symptoms in patients after acute COVID-19. JAMA.2020;324(6):603-605

Kumar Raj, Behera D, Jindal SK, Menon B, Goel N, Spalgais S. Post-COVID-19 Respiratory Management: Expert panel report. Indian J Chest Dis Allied Scie 2020;62:179-91.

Nabaldian A, Sehgal K, Gupta A et al. Post-Acute COVID-19 syndrome. Nat med 2021 Apr;27(4):601-615.