Kok Bisa Pemuda Sehat Itu Mati Mendadak Karena Henti Jantung
Penulis : Hidayatusoleh, SKM, S.Kep, Ners
Kita sering dikabarkan adanya orang-orang yang kita kenal dekat ataupun publik figur, usia muda, tubuh atletis, penampilan gagah, selalu komitmen menjaga kesehatan dengan berolahraga teratur, riwayat merokok disangkal, pemenuhan asupun gizi berkecukupan dan pokoknya semua kehidupan hari-harinya dijaga dengan selalu hidup sehat, namun tiba-tiba dikabarkan meninggal dunia secara mendadak disaat sedang istirahat ataupun tidur. Dugaan awal seringkali diprediksikan berkaitan dengan serangan jantung. Secara spesifik dari kasus yang sering terjadi akibat kematian mendadak seperti ini dapat lebih dipahami dengan investigasi mendalam akan mengarah kepada masalah gangguan irama jantung/Aritmia dimana jantung tidak mampu memompakan darahnya karena adanya gangguan pada iramanya.
Yang tidak habis pikir, menurut pandangan kita orang awam, kenapa ini bisa terjadi pada orang –orang muda dengan kondisi sehat sejahtera, sudah melakukan kontrol kesehatan dengan check-up rutin dan dinyatakan normal pada semua organ-organ tubuhnya. Tap kenapa dikabarkan meninggalnya secara mendadak . disinilah saya ingin menjelaskan sisi lain kematian yang berhubungan dengan kasus-kasus seperti ini.
Penulis tertarik untuk mengulasnya, karena masih banyak yang perlu disampaikan berkaitan dengan sisi lain dari kematian mendadak. Kematian mendadak tidak hanya disebabkan karena serangan jantung penyakit jantung koroner tetapi adanya henti jantung yang di sebabkan karena gangguan irama jantung. Statistik melaporkan 20 % terjadi pada jantung normal
Kelainan gangguan irama ini dikenal dikalangan medis sebagai Brugada Syndroma.
Apa itu brugada syndrome ..? Brugada syndrome (BrS) adalah suatu kelaianan irama jantung turunan yang disebabkan karena gangguan channelopathy. Brugada dapat dideteksi dengan pemeriksaan ECG (Electro Cardiogram) menunjukan gambaran ( ST elevasi seperti tapal kuda ) sampai dengan timbul irama Ventrikel takikardi (VT) dan Ventrikel Fibrilasi (VF) dengan denyut jantung tidak teraba . Kejadian ini mengakibatkan kematian secara mendadak sebagai Sudden Cardiac Death (SCD).
Brugada Syndrome (BrS) ini sering disebut sebagai “hantu malam” Nightmare , karena sering menyerang dimalam hari pada penderita yang sedang tertidur pulas paling sering terjadi pada golongan kaum energik usia muda kurang lebih 40 tahun dengan jenis kelamin laki-laki lebih dominan dari perempuan. Tidak menujukan riwayat adanya gejala-gejala kronis menahun yang menggagu akifitas kehidupan sehari-hari, kejadian ini timbul berkaitan setelah makan dengan porsi besar, sedang istirahat ataupun saat tidur.
Brugada Syndroma sudah di laporkan di tahun 1953, di temukan melalui pemeriksaan ECG menunjukan adanya gambaran aritmia jenis ini, namun secara resmi telah di publish dalam Journal of the American College of Cardiology (1992) dikenal secara meluas sejak 25 tahun yang lalu. Prevalensi angka kejadia diangka 5-20 per 10 000 jumlah penduduk, paling banyak terjadi pada ras Asia Tenggara.
Bagaimana cara menegakan diagnose untuk menemukan adanya kelainan BrS, salah satunya dengan pemeriksaan Provokasi Brugada atau Ajmalin Test. Dapat di lakukan pemeriksaan ini di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Instalasi Diagnostik Non Invasi (DNI) Kardiovaskular tepatnya di Unit Vaskular, Treadmil dan Aritmia. Pemeriksaan ini dilakukan dengan pemberian obat anti aritmia via infus ataupun dengan obat via oral Setelah itu pasien di monitoring tanda tanda vital dan perubahan ECG. waktu yang di butuhkan pemeriksaan ini kurang lebih 1- 2 jam termasuk masa recovery. Pemeriksaan ini akan di lakukan melalui anamneses bila di dapatkan adanya riwayat keluarga yang meninggal secara mendadak hal ini akan dikaitkan dengan adanya kelainan genetik, pernah mengalami pingsan /syncope , serangan secara tiba –tiba seperti henti napas saat tidur terbangun karena seperti tersedak (sleep apnoe) atau ada riwayat Paroximal ventrikel takikardi
Di nyatakan positif hasil pemeriksaan bila terbentuk adanya gambaran J-Point > 2 mm dengan Downward convex segmen ST , (Figure 1)
Treatmen: Dokter spesialis antung dan pembuluh darah akan memberikan obat-obat anti aritmia, pemasangan device ICD (Implant Cardiac Device) yang di pasang di bawah kulit area dada kiri atas. Ataupun dengan tindakan ablasi di area ventrikel jantung kanan yang dilakukan di ruang intervensi non Bedah Cath Lab.
Pemeriksaan dalam rangka menegakan diagnosa BrS yang akurat dapat memberikan pertolongan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di harapkan karena dengan treatment ini, alat yang dipasang seperti ICD akan membantu secara konsisten jantung tetap berdenyut dengan tetap disupport obat-obat antiaritmia.sedangkan untuk menghentikan timbulnya impuls listrik yang tidak semestinya dapat dihilangkan dengan ablasi.