Kiat Menjaga Kesehatan Jantung di Masa Pandemi dengan Berolahraga

Kiat Menjaga Kesehatan Jantung di Masa Pandemi dengan Berolahraga

 

Penulis: dr. Arvin Pramudita

 

Kasus aktif COVID-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan akhir-akhir ini. Masyarakat tentu harus berhati-hati, tetap mengedapankan protokol kesehatan, dan senantiasa menjaga pola hidup sehat. Hal ini berlaku juga untuk mereka yang mengidap penyakit jantung.

Pasien penyakit jantung pada umumnya memiliki struktur, fungsi, atau kekuatan jantung yang harus benar-benar diperhatikan selama masa pandemi. Hal ini karena penyakit jantung adalah salah satu komorbid yang berisiko memperberat derajat keparahan bila terpapar COVID-19. Tanpa terinfeksi virus Corona pun, kemampuan fisik pasien penyakit jantung sudah menurun dengan gejala seperti mudah nyeri dada, mudah lelah, sesak napas, dan rasa tidak nyaman akibat jantung berdebar.

Salah satu komponen pola hidup sehat yang dapat diterapkan adalah olahraga. Ada kalanya pasien penyakit jantung merasa ragu untuk berolahraga karena takut lelah. Padahal, olahraga punya berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh dan jantung, diantaranya yaitu:

Olahraga membantu mengontrol berbagai kondisi penyerta pada pasien penyakit jantung, seperti menstabilkan tekanan darah, menstabilkan gula darah dalam tubuh, dan menjaga berat badan agar ideal.

Olahraga meningkatkan kemampuan otot, termasuk dalam mengambil oksigen dari darah yang bersirkulasi di dalam tubuh. Hal ini meningkatkan efisiensi kinerja jantung.

Olahraga mampu menekan hormon stress, sehingga menjaga agar tubuh dan jantung tetap rileks.

Olahraga membuat tubuh lebih mampu beradaptasi dengan aktivitas fisik sehingga daya tahan tubuh lebih baik.

Mengacu pada pedoman dari European Society of Cardiology, olahraga yang dianjurkan bagi pasien penyakit jantung pada umumnya adalah olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang. Olahraga dapat dilakukan dengan catatan kondisi penyakit jantung terkontrol dengan baik dan dibawah pengawasan dokter.

Bagi mereka yang menderita penyakit jantung koroner dan atau gagal jantung, olahraga utama yang direkomendasikan adalah olahraga aerobik (contohnya antara lain jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda, senam, dan yoga). Olahraga dapat dilakukan 3-5 hari/minggu dengan durasi 20 menit. Apabila olahraga aerobik sudah rutin dilakukan, pasien dapat menambahkan jenis olahraga resistance (contohnya antara lain push-up, sit-up, squat, angkat beban, latihan dengna dumbbell atau tali elastis) sesuai dengan persetujuan dokter.

Bagi mereka yang menderita penyakit katup jantung, olahraga akan bergantung dengan jenis gangguan katup yang dimiliki. Pada umumnya, selama gangguan katup yang dimiliki ringan, maka pasien dapat melakukan olahraga rutin dan teratur. Penilaian derajat gangguan katup dilakukan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah setelah melalui beberapa pemeriksaan tambahan, seperti ekokardiografi dan uji latih jantung.

Bagi mereka dengan gangguan irama jantung, kelompok penyakit ini cukup kompleks karena dapat melibatkan permasalahan di struktural, elektrikal, didapat, bawaan, atau campuran dari hal-hal tersebut. Oleh sebab itu, dokter spesialis jantung biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh sebelum dapat memberikan rekomendasi pasien berolahraga.

Hal yang sama juga dijumpai pada mereka dengan kelainan jantung bawaan. Kelompok penyakit ini memiliki variasi kelainan yang sangat luas dan berdampak pada konsekuensi pompa jantung dan sirkulasi yang beragam. Pasien sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis jantung untuk dapat menentukan rekomendasi olahraga yang tepat. Secara umum, olahraga yang teratur penting untuk menjaga kesehatan jantung mereka dengan kelainan jantung bawaan.

Di masa pandemi ini, kegiatan olahraga di atas perlu mendapat penyesuaian. Aktivitas fisik di luar rumah (outdoor) seperti jogging dan bersepeda dapat dilakukan sambil menjaga jarak, menghindari kerumuman, dan tetap menggunakan masker medis. Kegiatan berenang di tempat publik sebaiknya dihindari apabila berpotensi menciptakan kerumunan, mengingat sulitnya menerapkan penggunaan masker medis yang memadai. Aktivitas fisik lainnya seperti senam, yoga, dan beberapa jenis olahraga resistance dapat dilakukan dari dalam rumah (indoor), terlebih banyak kelas-kelas olahraga yang kini memanfaatkan teknologi online meeting seperti Zoom.

Contoh-contoh olahraga di atas dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing pasien. Olahraga dapat dimulai dari frekuensi kecil dan intensitas ditingkatkan secara perlahan. Hal terpenting adalah menjaga agar olahraga dapat menjadi bagian dari pola hidup yang teratur dari pasien. Selain itu, nutrisi dan asupan cairan juga harus tercukupi dengan baik. Terakhir, selama berolahraga hendaknya pasien tetap melakukan pengawasan dan pemantauan kondisi tubuh, seperti laju nadi, irama, dan pola pernapasan. Apabila pasien mengalami sesak napas yang berat, rasa berdebar yang tidak teratur, nyeri dada tertindih dan menjalar, atau tiba-tiba sulit berbicara atau lemah satu sisi tubuh; maka olahraga sebaiknya dihentikan dan segera berkonsultasi dengan dokter.

Pada akhirnya, pasien penyakit jantung tetap dapat melakukan olahraga dengan penyesuaian-penyesuaian yang ada, sekalipun di tengah masa pandemi ini. Manfaat yang diberikan dari berolahraga sangat penting untuk menjaga kondisi jantung dan tidak dapat digantikan dengan obat-obatan sepenuhnya. Jantung yang sehat dan prima adalah kunci hidup lebih bermakna. (AP)

 

Referensi:

Pelliccia A, et al. 2020 ESC Guidelines on sports cardiology and exercise in patients with cardiovascular disease: The Task Force on sports cardiology and exercise in patients with cardiovascular disease of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 2021; 42(1): 17-96.