Kesehatan Mental: Aspek Kesehatan yang Sering Terabaikan

Kesehatan Mental: Aspek Kesehatan yang Sering Terabaikan

Penulis: dr. Bagas Adhimurda Marsudi, M.Sc

  

Pada kesibukan kita sehari-hari kita sering kali lupa untuk berhenti sejenak untuk mengevaluasi kesehatan mental diri kita. Tidak seperti kesehatan fisik yang mungkin lebih konkrit, kesehatan mental ini lebih sulit untuk di intervensi dan seringkali terabaikan. Padahal kesehatan mental yang tidak terjaga memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap kesehatan, terutama terhadap penyakit jantung.

Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat berusia muda. Di Indonesia sendiri, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, menunjukkan bahwa sebanyak 6% populasi usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan cemas sedangkan data dari Riskesdas tahun 2018 menunjukkan sebanyak 6.1% penduduk Indonesia mengalami gangguan depresi.1,2 Sayangnya, karena kurangnya kesadaran akan kesehatan mental, dan karena stigma yang masih beredar di masyarakat, hanya sekitar 8% dari yang mengalami gangguan cemas atau depresi menjalani pengobatan.1,2

Lalu apa hubungan kesehatan mental dengan penyakit jantung? Hubungan antara keadaan mental dengan fisik sudah lama telah dibuktikan dimana terdapat hubungan erat antara kedua komponen tersebut yang saling mempengaruhi. Khususnya untuk penyakit jantung, terdapat riset baru yang dilakukan pada dewasa muda usia 18-34 tahun menunjukkan inidividu dengan depresi ataupun gangguan cemas memiliki tingkat kesehatan jantung yang lebih rendah.3 Hal ini dihubungkan dengan hormon stres yaitu kortisol, yang secara berkepanjangan/kronis meningkat dalam peredaran darah. Meningkatnya kadar kortisol darah memiliki efek negative terhadap berbagai organ salah satunya jantung. Selain dampak langsung dari kortisol, gangguan cemas dan depresi menyebabkan perubahan keseimbangan neurotransmitter otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, mood dan motivasi.4 Sebagai contoh, penderita depresi cenderung mengalami gangguan motivasi dan mood sehingga akan lebih rentan untuk menjalani gaya hidup sedenter dan lebih rentan untuk mengalami ketergantungan terhadap rokok, alkohol ataupun NAPZA. Dampak dari kedua faktor tersebut memiliki implikasi yang signifikan terhadap penyakit jantung dan dibuktikan pada penelitian meta-analysis yang dilakukan oleh Edmin et al., ditemukan bahwa gangguan cemas dapat meningkatkan kematian akibat penyakit jantung sebesar 41% dan meningkatkan risiko gagal jantung sebesar 35%.5

Dikarenakan seriusnya masalah ini, kita harus selalu waspada dengan kesehatan mental kita dan cara menjaganya. Pencegahan depresi atau gangguan cemas umumnya dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing – masing orang berbeda, ada yang dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi atau melakukan kegiatan rekreasi. Ada juga yang melakukan pendekatan diri dalam konteks spiritual keagamaan dana ada yang hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres yang dirasakan. Terlepas dari stigma masyarakat, keberanian diri untuk terbuka terhadap orang lain mengenai masalah kesehatan mental dan berobat merupakan langkah yang tepat. Di era sekarang, akses ke layanan konsultasi psikolog menjadi semakin mudah dengan banyaknya platform telemedicine. Selain itu, beberapa puskesmas telah menyediakan layanan konsultasi psikologi dengan biaya gratis maupun berbayar dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk gangguan cemas yang lebih berat, biasanya yang hingga menyebabkan gangguan simpatis yang berlebih (jantung berdebar, keringat dingin, sakit kepala, dsb) atau untuk depresi berat yang ditandai dengan pikiran untuk bunuh diri atau apati yang berat, maka sangat disarankan untuk berobat ke psikiater.6

 

 Referensi:

  1. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset kesehatan dasar riskesdas 2013
  2. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset kesehatan dasar riskesdas 2018
  3. Patterson SL, Marcus M, Goetz M, Gooding HC. Abstract P192: Depression And Anxiety Are Associated With Cardiovascular Health In Young Adults. Circulation. 2021 May 25;143(Suppl_1):AP192-.
  4. Tawakol A, Ishai A, Takx RA, Figueroa AL, Ali A, Kaiser Y, Truong QA, Solomon CJ, Calcagno C, Mani V, Tang CY. Relation between resting amygdalar activity and cardiovascular events: a longitudinal and cohort study. The Lancet. 2017 Feb 25;389(10071):834-45.
  5. Emdin CA, Odutayo A, Wong CX, Tran J, Hsiao AJ, Hunn BH. Meta-analysis of anxiety as a risk factor for cardiovascular disease. The American journal of cardiology. 2016 Aug 15;118(4):511-9.
  6. Ballenger JC. Anxiety and depression: optimizing treatments. Primary care companion to the Journal of clinical psychiatry. 2000 Jun;2(3):71.