Kenali lebih dalam Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penulis: dr. Daniel Christian Fernandez Hutabarat
Jantung merupakan sebuah organ yang sangat vital bagi tubuh kita. Jantung bertugas sebagai mesin pompa darah otomatis yang setiap detiknya mengalirkan darah ke seluruh tubuh manusia. Jantung akan terus memompa darah tanpa ada jeda sepersekian detik pun selama kita hidup. Penyakit-penyakit pada organ jantung dapat mengganggu fungsi dan kerjanya.Sekalipun jantung tetap bekerja memompa darah selama kita hidup, kerja dari organ ini tidak akan maksimal saat jantung mengalami kerusakan. Hal ini akan mengakibatkan seseorang harus mengurangi aktivitas fisik sehari-haridan kualitas hidup pun menjadi menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyakit pada jantung dapat terjadi di semua bagian, baik di rongga jantung, otot jantung, katup dan lapisan pembungkus jantung, serta pembuluh darah yang bertugas memberikan nutrisi kepada jantung yang kita kenal dengan pembuluh darah Koronaria atau Koroner. Salah satu penyebab tertinggi kematian mendadak di zaman sekarang adalah serangan jantung akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Apa itu Penyakit Jantung Koroner?
Penyakit Jantung Koroner adalah kondisi dimana terjadinya penyumbatan pada dinding pembuluh darah koroner. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, pembuluh darah koroner berfungsi sebagai pemasok darah, oksigen dan nutrisi ke organ jantung. Penyumbatan pada pembuluh darah koroner bisa disebabkan oleh timbunan kolesterol (atherosclerosis) yang membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat diperparah oleh terbentuknya gumpalan darah (thrombosis) pada plak. Penimbunan plak kolesterol (atherosclerosis) disertai dengan terbentuknya gumpalan darah (thrombosis) dapat menyebabkan pembuluh darah koroner mengalami penyumbatan total. Kondisi inilah yang mengakibatkan sindroma koroner akut atau yang kita kenal dengan Serangan Jantung.
Bagaimana dengan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia?
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit jantung atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Dari seluruh kematian akibat penyakit jantung, 7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK). Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit jantung terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Data dari Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi tertinggi untuk penyakit jantung di Indonesia adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), yakni sebesar 1,5%. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tahun 2015, pelayanan penyakit jantung menelan biaya 6,9 Triliun Rupiah atau sekitar 48,25% dari total seluruh pembiayaan penyakit katastropik. Jumlah pembiayaan untuk penyakit jantung mengalami peningkatan menjadi 7,4 Triliun Rupiah di tahun 2016 dan terakhir di tahun 2018 meningkat hingga mencapai angka 10,5 Triliun Rupiah.
Apa saja gejala yang timbul dari Penyakit Jantung Koroner?
Pada Penyakit Jantung Koroner, gejala utama yang sering timbul adalah nyeri dada. Nyeri biasanya dirasakan di dada sebelah kiri. Tetapi pada beberapa kasus PJK, nyeri juga bisa dirasakan di dada kanan, ulu hati dan punggung. Nyeri dada PJK sangat khas dan bisa dibedakan dengan nyeri dada bukan PJK. Nyeri dada PJK bersifat tumpul, muncul perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat. Pada umumnya, nyeri dada PJK terasa seperti tertekan atautertindih benda berat. Pasien dengan nyeri dada PJK tidak akan dapat menunjuk letak nyeri hanya dengan satu jari karena nyeri dada PJK tidak terlokalisasi pada satu titik. Durasi dari nyeri dada PJK hanya berkisar kurang dari 20 menit, berbeda dengan nyeri dada bukan PJK yang bisa bertahan terus-menerus sepanjang hari. Selain itu, gejala lain yang sering timbul adalah keringat dingin, sesak nafas, mual-muntah dan lemah badan.
Siapa saja orang yang berisiko mengalami Penyakit Jantung Koroner?
Penyakit Jantung Koroner umumnya menyerang seseorang di umur 30 tahun ke atas. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%). Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor resiko dari penyakit jantung. Selain itu, faktor resiko lainnya yang juga berpengaruh adalah kadar kolesterol tinggi, konsumsi garam natrium yang tinggi, hipertensi, diabetes mellitus atau yang sering kita sebut dengan penyakit kencing manis dan kebiasaan merokok.
Bagaimana penanganan yang tepat untuk Penyakit Jantung Koroner?
Penanganan terbaik pada pasien dengan PJK untuk saat ini adalah tindakan operasi berupa pemasangan ring jantung (STENT), operasi bypass jantung, dan transplantasi jantung. Pada metode pemasangan ring/cincin jantung, pembuluh darah pasien akan dimasukkan selang kateter hingga mencapai pembuluh darah yang tersumbat, kemudian balon kecil yang dikelilingi oleh ring/cincin pada selang kateter akan dikembangkan untuk membuka aliran darah di pembuluh darah koroner yang mengalami penyumbatan akibat plak. Pada operasi bypass jantung, dokter akan terlebih dahulu mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh pasien yang masih dalam kondisi baik. pembuluh darah yang telah diambil ini akan ditempel pada pembuluh darah besar dan disambungkan melewati pembuluh darah koroner yang tersumbat, sehingga akan membentuk aliran darah dengan jalur yang baru. Pada metode transplantasi jantung, jantung pasien PJK yang rusak diganti dengan jantung yang baru dari pendonor organ jantung yang telah diminta persetujuan donor organ dan/atau keluarga pendonor sebelum pendonor wafat.
Apa yang bisa anda lakukan untuk mencegah Penyakit Jantung Koroner?
Untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, mengatur pola makan yang seimbangdan olahraga teratur saja tidak cukup. Medical check-up yang rutin dan elektrokardiografi atau rekam jantung diperlukan untuk mengetahui kondisi jantung kita. Elektrokardiografi atau rekam jantung merupakan metode pemeriksaan awal jantung yang bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas dari jantung, mulai dari irama jantung, pembesaran jantung, hingga menentukan letak kerusakan otot jantung akbiat penyumbatan aliran pembuluh darah koroner. Di era sekarang ini, elektrokardiografi bahkan sudah bisa diakses hampir di seluruh puskesmas di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Jadi tunggu apa lagi? Silahkan periksa kondisi kesehatan jantung anda di puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.