Kenali Fibrilasi Atrium dan Bahayanya
Penulis : dr. Natalia Jaman
Fibrilasi atrium adalah salah satu gangguan irama jantung yang tersering di dunia. Prevalensi FA mencapai 37,574 kasus (0,51% dari total seluruh populasi di dunia), meningkat 33% selama 20 tahun terakhir. Diperkirakan angka kejadiannya akan terus meningkat hingga lebih dari 60% di tahun 2050. Kondisi atau penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat global oleh karena komplikasi atau akibat yang ditimbulkan berupa stroke emboli, gagal jantung, serta sindrom koroner akut.
Apa itu fibrilasi atrium? Fibrilasi atrium adalah gangguan irama jantung akibat kelainan aktivitas listrik di atrium jantung. Kelainan ini mengakibatkan irama jantung menjadi tidak teratur. Penyebab fibrilasi atrium berhubungan dengan berbagai faktor risiko, antara lain bertambahnya usia, obesitas, penyakit struktural jantung, hipertensi, gagal jantung, merokok, konsumsi alkohol, gangguan endokrin se-perti diabetes melitus dan hipertiroid, gangguan napas saat tidur,inflamasi seperti miokarditis dan perikarditis, serta faktor genetik. Semua kondisi yang menyebabkan inflamasi, stress, kerusakan, atau iskemia yang mempengaruhi anatomi jantung dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi atrium.
Fibrilasi atrium dapat bermanifestasi ringan dengan tanpa gejala, sampai dengan gejala berat. Gejala tersering yang dirasakan berupa palpitasi atau rasa berdebar, sesak napas, mudah lelah, pusing, dan toleransi terhadap aktivitas fisik yang rendah. Sinkop atau pingsan kadang dapat terjadi pada pasien FA, yang dapat disebabkan karena menurunnya perfusi ke otak akibat curah jantung yang menurun ketika denyut atau irama ventrikel yang terlalu cepat. Seseorang dengan tanpa gejala ataupun gejala ringan seringkali tidak mencari pertolongan medis sehingga saat berobat ke fasilitas kesehatan sudah dengan komplikasi berupa stroke atau gagal jantung.
Pemeriksaan utama yang dapat dilakukan untuk diagnosis FA adalah elektrokardiografi atau rekam jantung. Melalui rekam jantung dapat ditemukan gambaran irama jantung yang khas dari FA yang tidak teratur. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mencari penyebab atau faktor risiko terjadinya FA. Rontgen dada tidak menunjukkan gambaran khas pada pasien FA kecuali jika terdapat komorbid dengan gagal jantung dan penyakit paru menahun. Pemeriksaan ekokardiografi dibutuhkan untuk menilai fungsi jantung dan mencari gangguan struktural jantung yang mendasari terjadinya FA, serta berfungsi untuk mendeteksi komplikasi pembentukan bekuan darah (trombus) akibat FA.
Komplikasi tersering dari FA adalah terjadinya tromboemboli dan gagal jan-tung. Kematian pada FA dapat terjadi akibat stroke, gagal jantung maupun kematian jantung mendadak. Pengobatan pada FA pada dasarnya bertujuan untuk menjaga stabilitas hemodinamik dan mencegah komplikasi tromboemboli. Obat-obatan untuk kontrol irama dan laju jantung serta antikoagulan untuk mencegah terbentuknya trombus umumnya harus dikonsumsi jangka panjang oleh pasien FA dan membutuhkan evaluasi rutin. Pengobatan lain yang dibutuhkan tergantung pada penyebab terjadinya FA atau komorbid yang ada pada seseorang. Selain obat-obatan tindakan invasif berupa pembedahan mungkin dapat dilakukan jika diperlukan sesuai dengan indikasi.