Kenali Emboli Paru Lebih Dini: Penyakit yang Dapat Dcegah

Kenali Emboli Paru Lebih Dini: Penyakit yang Dapat Dcegah

Penulis: dr. Muhamad Fajri Adda’i

 

Emboli paru merupakan kondisi akut yang masih menjadi masalah serius di dunia saat ini dengan perkiraan angka kejadian 10 juta per tahun.1 Emboli paru akut (EPA) merupakan bagian dari suatu sindrom klinis tromboemboli vena yang melibatkan pembentukan trombus (gumpalan darah) pada pembuluh darah vena dan kemudian trombus tersebut dapat lepas ke organ lain melalui aliran darah. Pelepasan trombus dari vena tersebut dapat menyebabkan sumbatan aliran darah diberbagai organ yang menyebabkan kematian jaringan atau organ, salah satunya adalah arteri pulmonalis (pembuluh darah yang memperdah dengan paru sebagai target kerusakan organ. Gambaran klinis dari EPA ini berada dalam spektrum yang luas, mulai dari gejala ringan hingga ketidakstabilan hemodinamik bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak terdeteksi dengan tepat. Potensi masalah tersebut sangat besar karena tromboemboli vena menempati peringkat ketiga penyebab kematian terbesar yang berkaitan dengan kardiovaskular di dunia, bahkan menduduki peringkat pertama penyebab kematian yang dapat dicegah di rumah sakit.2

Gejala yang ditimbulkan emboli paru beragam tergantung dari seberapa luas kerusakan paru yang terlibat, ukuran dari trombus, dan kondisi dasar paru dan jantung saat penyakit ini menyerang. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah:

Sesak nafas yang muncul secara tiba-tiba dan semakin memberat saat beraktivitas.

Nyeri di dadaterasa tajam dan semakin tinggi intensitasnya saat bernafas dalam bahkan dapat menghentikan tarikan nafas karena nyeri.

Batuk yang mungkin mengeluarkan dahak yang mengandung darah.

Denyut jantung yang cepat baik teratur maupun tidak teratur.

Kepala terasa akan jatuh atau sempoyongan

Keringat berlebihan

Demam

Nyeri tungkai bawah dan/atau dapat disertai pembengkakkan tungkai bawah karena mungkin terdapat thrombosis vena dalam, lokasi awal terbentuknya trombus yang dapat lepas dan menyumbat paru tersebut.

Kulit yang pucat atau kebiuran karena kekurangan pasokan oksigen

Penyebab dari EPA memang yang paling sering adalah gumpalan darah namun dalam frekuensi yang lebih jarang dapat terjadi sumbatan akibat 1. lemak yang terlepas akibat operasi tulang-tulang panjang seperti tulang paha, 2. Potongan bagian tumor, 3. gelombang udara di dalam aliran darah.

Menurut pedoman European Society of Cardiology, faktor risiko terjadinya thromboemboli vena termasuk EPA di antaranya adalah:

Faktor risiko kuat:

Patah tulang tungkai bawah

Rawat inap akibat gagal jantung atau atrial fibrilasi/flutter dalam waktu 3 bulan terakhir

Operasi penggantian sendi lutut dan pinggang

Trauma besar

Serangan jantung dalam waktu 3 bulan terakhir

Riwayat thromboemboli vena sebelumnya

Perlukaan pada saraf tulang belakang

 

Faktor risiko sedang:

Penyakit autoimun

Tranfusi darah

Pemasangan kateter intravena baik di perifer maupun sentral

Kemoterapi

Gagal jantung dan gagal nafas

Mendapatkan terapi eritropoiesis (untuk stimulasi pembentukan darah)

Terapi pengganti hormone

Fertilisasi in vitro

Penggunaan pil KB

Masa setelah kehamilan (nifas)

Infeksi khususnya pada saluran pernafasan, perkemihan, dan HIV

Penyakit peradangan kronis

Kanker (terutama saat terjadi penyebaran)

Kelumpuhan akibat stroke

Riwayat penyakit trombofilia

Merokok

 

Faktor risiko rendah

Tirah baring > 3 hari

Diabetes melitus

Hipertensi

Tidak banyak bergerak akibat duduk terlalu lama (penerbangan lama)

Usia tua

Operasi laparoskopi

Obesitas

Kehamilan

Penyakit varises vena

Karena saat ini sedang terjadi pandemi COVID-19, infeksi SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan kecenderungan peningkatan penggumpalan darah sehingga dapat terjadi sumbatan diberbagai organ. Penyumbatan ini dapat terjadi saat fase akut infeksi dan setelah masa periode akut terlewati > 4 minggu. Oleh karena itu, pasien dengan riwayat COVID-19 harus tetap mengawasi gejala-gejala thrombosis apalagi bagi pasien yang memiliki faktor risiko sebelumnya yang telah disebutkan di atas.

Pencegahan

Pencegahan terjadinya pembentukan trombus di vena bagian dalam akan mencegah terjadinya EPA. Oleh karena itu pedoman di fasilitas kesehatan terkait pencegahan EPA diantranya:

Pemberikan obat anti koagulan(penggumpalan darah) oleh dokter berdasarkan penilaian faktor risiko, hasil pemeriksaan penunjang, atau sebelum operasi.

Pemakaian compressive stocking, yaitu stocking khusus yang dapat memberikan penekanan pada tungkai bawah untuk membantu aliran darah balik ke jantung pada pembuluh darah vena.

Elevasi tungkai bawah 10 s.d 15 cm di atas jantung selama tidur malam dapat efektif memperlancar aliran darah balik ke jantung pada kondisi tertentu.

Meningkatkan aktivitas fisik seperti berjalan atau berolahraga dapat memperlancar aliran balik darah ke jantung serta mengurangi stasis pembuluh darah.

Pneumatic compression dapat menjadi alternatif pencegahan berdasarkan rekomendasi dokter untuk memberikan penekanan pada tungkai bawah. Tekanan ini diberikan secara buatan oleh mesin khusus dengan pengaturan frekuensi dan besar tekanan tertentu.

Saat bepergian, untuk mencegah terjadinya penggumpalan akibat imobilitas yang terlalu lama, beberapa hal yang dapat dilakukan meliputi:

Menjaga hidrasi cairan tubuh yang cukup

Melakukan olahraga fisik singkat setiap 1-2 jam selama duduk di pesawat atau di mobil

Gerakan sendi lutut setiap 15 s.d. 30 menit.

Dapat menggunakkan stocking khusus untuk menjaga aliran darah.

 

Referensi:

Konstantinides SV,  Meyer G, Becattini C,Bueno H, Geersing G, et al. 2019 ESC Guidelines for the diagnosis andmanagement of acute pulmonaryembolismdeveloped in collaboration with the EuropeanRespiratory Society. Eur Heart J 2020;41:543-603