“KELUARGA DALAM KETIDAKPASTIAN” Peran Perawat Di Ruang Isolasi Covid-19 RSJPDHK
Penulis: Ns. Osty Histry Kapahang, S.Kep, Ns. Indriyani Mukadas, S.Kp
Pandemi Covid-19 mampu merubah semua tatanan kehidupan. Perubahan terjadi sampai kepada struktur terkecil dalam kehidupan bermasyarakat yaitu keluarga. Peran keluarga dalam menjaga status kesehatan setiap anggota keluarga menjadi tantangan pada era adaptasi kebiasaan baru ini. Dimana ketika salah satu anggota keluarga terkonfirmasi positif Covid-19.
Tingginya angka infeksivitas dan kematian dari Covid-19 sangat berdampak pada psikososial, beban ekonomi dan kerugian finansial di seluruh dunia (Dubey, et al., 2020). Sejak merebak di Indonesia pada awal Maret, jumlah kasus sampai pada bulan September 2020 mencapai 287.008 kasus terkonfirmasi (Satgas Covid-19, 2020). Hal ini membuat pemerintah DKI Jakarta harus melaksanakan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan Kita (RSJPDHK) sebagai pusat rujukan nasional untuk penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), mengalami peningkatan kasus Covid-19 sampai dengan penugasan tim 9 pada September 2020. Pandemi yang berkepanjangan berdampak pada keadaan sosial ekonomi dan psikologis, dimana dengan cepat meningkatkan ketakutan dan kecemasan masyarakat akibat jauh dari keluarga (Li, et al., 2020), merasa kesepian dan isolasi sosial karena dirawat diruang isolasi khusus (Sood, S., 2020).
Bertahan dalam ruangan tertutup dan tidak dapat berinteraksi dengan keluarga membuat pasien merasa kesepian bahkan sampai menunjukkan masalah psikologis yang bisa berlanjut dan menjadi masalah kejiwaan yang nantinya akan lebih sulit ditangani (Khan, S., et al., 2020). Disinilah peran tenaga kesehatan yaitu perawat dan dokter yang bertugas di ruangan isolasi untuk dapat memberikan kemampuan terbaik dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan pasien.
Hasil swab PCR yang belum menunjukkan hasil negatif membuat pasien menjadi putus asa. Ada beberapa pasien yang sudah di swab PCR sebanyak 3x bahkan lebih, namun masih belum mendapatkan hasil yang di harapkan. Di pindahkan dari ruangan isolasi merupakan hal yang sangat dinantikan oleh para pasien, hal berdampak pada kesehatan mental pasien Covid-19 yaitu stres, kecemasan, depresi, dan frustasi (Serafani, G., et al., 2020).
Peran penting penyedia layanan kesehatan adalah menangani masalah emosional/psikologis pasien ditengah terjadinya pandemi. Memantau kebutuhan dan memberikan dukungan psikososial kepada pasien harus terintegrasi dalam perawatan (Pfefferbaum, B & North, C., 2020). Bentuk sederhana dalam memenuhi kebutuhan psikologis pasien dengan memberikan emotional support, namun bagi pasien di ruang isolasi Covid-19 dengan masalah psikologis dengan tanda-tanda depresi bukanlah hal yang mudah. Apalagi dengan berpakaian bak “asronot” membuat rasa percaya pasien terhadap petugas kesehatan menjadi berkurang.
Perawat sebagai profesi yang memiliki kontak erat dan paling lama dengan pasien harus mampu memberikan emotional support dan rasa aman serta kenyamanan. Peran perawat dalam memberikan penjelasan dan pemahaman serta memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan masalah jantung dan Covid-19 sebagai profesional pemberi asuhan dibuktikan. Adapun tindakan nyata yang ditempuh para perawat di ruang isolasi dalam memenuhi semua kebutuhan pasien layaknya orang terdekat.
Dengan mendengarkan keluh kesah pasien akan mampu memahami kebutuhan hingga memfasilitasi hubungan pasien dan keluarga (walau hanya lewat secarik kertas), menyiapkan speaker portable, TV sebagai media hiburan, menghibur dan selalu ada saat pasien membutuhkan serta selalu mengingatkan dan menganjurkan untuk berdoa/shalat sangat bermanfaat dalam mengurangi kecemasan didalam ruangan isolasi.
Memang sederhana namun sangat berbekas di hati para pasien yang dirawat. Senyuman dan ucapan terima kasih yang tulus ketika meninggalkan ruangan isolasi merupakan suatu rasa yang tak mampu digantikan dengan apapun. Menjadi “Keluarga Dalam Ketidakpastian” akan mampu memberikan dampak bagi siapa saja dan dimana saja berada, sekalipun dalam ruangan isolasi di tengah pandemi ini. Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku turut melindungi diri sendiri dan orang tersayang di sekitar kita.
Bravo Tim Covid 9!!
Referensi:
- Dubey, et al., (2020). Psychosocial Impact of COVID-19. Elsevier. Retrivied from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7255207/
- Khan, S., et al., (2020). Impact of Coronavirus outbreak on psychological Health. JoGH. Retrivied from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7180007/#:~:text=The%20overall%20impact%20of%20infection,S10%2CS13%2DS15).
- Li, et al., (2020). The Impact of COVID-19 Epidemic Declaration on Psychological Consequences: A Study on Active Weibo Users. International Journal of Environmental Research and Public Health. Retrivied from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32204411/
- Satgas Covid-19, (2020). Data Covid-19 di Indonesia. Retrivied from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
- Serafani, G., et al., (2020). The Psychological Impact of Covid-19 on the Mental Health in the General Population. Oxford, QJM: An International Journal of Medicine. Retrivied from: https://academic.oup.com/qjmed/article/113/8/531/5860841
- Sood, S., (2020). Psychological Effect of the Coronavirus Disease-2019 Pandemic. Medical Intern, Kasturba Medical College, MAHE. Retrivied from: https://www.researchgate.net/publication/340334814_Psychological_Effects_of_the_Coronavirus_Disease-2019_Pandemic
Pfefferbaum, B. & North, C., (2020). Mental Health and the Covid-19 Pandemic. The New England Journal of Medicine. Retrivied from: https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp2008017