Kelelahan Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Kelelahan Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Penulis: dr Choiron Abdillah

 

Laki-laki identik dengan pekerja keras, yang di satu sisi merupakan kelebihan yang dimiliki kaum adam tersebut dibandingkan dengan kaum hawa. Di kebudayaan timur, laki-laki juga identik sebagai tulang punggung keluarga. Terkadang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan tuntutan gaya hidup yang tinggi di kota-kota besar, tidak sedikit para lelaki harus mengambil pekerjaan lain atau overtime sehingga merasa kelelahan fisik yang berlebih, merasa jenuh dan kurang termotivasi serta menjadi lebih mudah tersinggung yang berdampak pada kesehatan seseorang. Kondisi ini disebut sebagai vital exhaustion atau kelelahan vital. Tahukah anda bila kelelahan yang berlebihan ini pada laki-laki berpengaruh terhadap kesehatan jantungnya?

Laki-laki yang mengalami kelelahan vital memiliki kecenderungan untuk mengalami serangan jantung, berdasarkan penelitian terbaru yang dipresentasikan di acara ilmiah daring penyakit jantung dan pembuluh darah yang diselenggarakan perhimpunan ahli kardiologi eropa (ESC) tahun 2021. Risiko ini berhubungan dengan laki-laki dan status pernikahannya yaitu yang belum menikah atau yang sudah bercerai/ditinggal meninggal pasangannya. Dr Dimitriy Panov, salah satu penulis artikel ini menyatakan bahwa kelelahan vital adalah bagian dari respon terhadap berbagai masalah yang berada di kehidupan seseorang, terutama ketika dia tidak dapat beradaptasi dengan pajanan stress psikologis yang tinggi dan dalam durasi yang panjang.

Penelitian ini menilai adanya hubungan antara kelelahan vital dan risiko penyakit jantung coroner pada laki-laki yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Data yang diambil meliputi 657 subjek berusia 25-64 tahun di Novosibirsk Rusia yang dimulai sejak tahun 1994. Gejala dari penyakit ini diambil dari proses pengisian kuesioner lalu dibagi berdasarkan status kelelahan vitalnya yaitu tidak ada, sedang dan berat. Kemudian diamati selama kurang lebih 14 tahun untuk melihat apakah ada serangan jantung atau tidak.

Hasilnya didapatkan hubungan yang cukup signifikan dengan laki-laki yang mengalami kelelahan vital dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung 2-3 kali lipat dibandingkan dengan kelompok laki-laki yang tidak mengalami kelelahan vital. Menariknya, peningkatan risiko ini berhubungan juga dengan status pernikahan seseorang. Risiko akan meningkat 4x pada kelompok yang belum/tidak menikah, 5x pada kelompok laki-laki yang sudah bercerai dan 7x lipat pada laki-laki yang ditinggal meninggal pasangannya.

Peneliti dari Institusi Sitologi dan Genetika di Novosibirsk Rusia ini menggarisbawahi faktor pasangan pada kondisi ini. “Hidup sendiri mengindikasikan sistem support yang lemah yang sebagaimana sudah diketahui dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa hal ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.” Katanya yang merupakan salah satu dokter pada program registri penyakit jantung koroner di WHO.

Pada studi lain di tahun 2014, menemukan fakta bahwa kelelahan vital meningkatkan risiko penyakit jantung sebanyak 36%. Studi yang dilakukan oleh dr Richard Becker dari Universitas Cincinnati menyatakan bahwa kelelahan vital ini berbeda dengan perasaan lelah biasa. Kondisi ini memiliki dua komponen utama yaitu perasaan lelah dan stress yang berat. Keduanya dapat mempengaruhi jantung dengan mekanisme yang saling mempengaruhi. Kondisi ini dapat meningkatkan kadar hormone stress yang dikenal sebagai adrenalin di dalam tubuh. Hormon ini dapat mengganggu sistem imu tubuh dan menyebabkan terjadinya peradangan di tubuh. Penulis lainnya, dr. Randy Cohen dari RS Mount Sinai Roosevelt di kota New York berpendapat “Selain itu orang yang dalam fase kelelahan dan memiliki stress yang berat cenderung untuk memiliki gaya hidup yang tidak baik bagi kesehatan jantung seperti makan makanan yang tidak sehat (junk food) atau merokok.”

Upaya untuk dapat meningkatkan cara berpikir yang positif dan mengurangi stress di rumah dan di tempat kerja dapat mengurangi tingkat kelelahan yang terjadi. Keterlibatan dari komunitas di sekitar kita juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sistem support yang mungkin tidak didapatnya jika tidak menikah atau sudah tidak bersama pasangan. Upaya ini dapat membuat seseorang menjadi lebih tidak mudah stress. Langkah lain yang bisa diambil adalah lebih memperbanyak aktivitas fisik sesuai hobi/ yang menyenangkan di luar, memakan makanan yang sehat dan mencoba beberapa metode yang baik dalam mengurangi stress seperti beribadah dan lainnya.

Langkah konkrit yang bisa dilakukan bila mengalami kondisi ini adalah berupaya untuk membuat waktu istirahat (break) secara rutin walaupun dengan durasi waktu yang tidak lama. Dengan waktu 5-10 menit melakukan jalan santai di luar melihat pemandangan kota cukup untuk merilekskan diri dan dapat kembali produktif bekerja. Selain itu kita harus bisa membagi waktu dan pekerjaan kepada orang lain untuk membagi beban pekerjaan. Mendelegasikan pekerjaan bukanlah hal buruk bila dilakukan dengan proporsional dan sesuai dengan bidang pekerjaannya. Terakhir yang tidak kalah penting adalah menciptakan tidur yang efektif dan berkualitas. Mematikan lampu, menjauhkan gadget (jika tidak ada hal penting) dan melupakan sejenak beban pikiran mengenai pekerjaan akan memberikan tidur yang berkualitas dan membuat anda bangun di pagi hari dalam kondisi bugar dan siap untuk kembali produktif.

 

Sumber : https://www.escardio.org/The-ESC/Press-Office/Press-releases/Exhaustion-linked-with-increased-risk-of-heart-attack-in-men