Karbohidrat dan Risiko Penyakit Kardiovaskular

Karbohidrat dan Risiko Penyakit Kardiovaskular

Penulis: dr. Natalia Jaman

 

Seperti yang kita ketahui, penyakit kardiovaskular masih merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dengan perkiraan 18.6 juta kematian pada 2019.1 Data WHO menunjukkan lebih dari tiga perempat kematian akibat penyakit kardiovaskular ini terjadi di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah.2 Diet yang tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular.2 Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada, guidelines merekomendasikan diet rendah lemak (<30% dari total energi) dan pembatasan asupan asam lemak jenuh kurang dari 10% dari asupan energi, dan menggantinya dengan asam lemak tidak jenuh. Rekomendasi ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara Eropa dan Amerika Utara, di mana kelebihan asupan nutrisi yang menjadi perhatian, sehingga perlu dicermati lebih lanjut apakah hasil ini dapat diberlakukan juga pada negara-negara lain dengan masalah kurang gizi masih sering terjadi.3

Sebuah penelitian besar, The Prospective Urban Rural Epidemiology (PURE) study, dilakukan  oleh Dehghan, dkk tahun 2017, melibatkan 18 negara dari 5 benua. Penelitian observasional ini mengambil subjek yang berusia 35-70 tahun dari negara dengan pendapatan rendah (Bangladesh, India, Pakistan, dan Zimbabwe),  penghasilan menengah (Argentina, Brazil, Chile, China, Colombia, Iran, Malaysia, wilayah Palestina, Polandia, Afrika Selatan, dan Turki) dan penghasilan tinggi (Canada, Swedia, dan Uni Emirat Arab). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara asupan makanan sehari-hari, yang dikonversi menjadi nutrisi karbohidrat, lemak dan protein,  terhadap luaran utama berupa kematian dan kejadian kardiovaskular (penyakit kardiovaskular fatal, non-fatal myocardial infarction, stroke, dan gagal jantung). Luaran tambahan yang dinilai adalah semua infark miokard, stroke, mortalitas akibat penyakit kardiovaskular, dan kematian akibat non-kardiovaskular. Durasi pengamatan rata-rata dilakukan selama 7,4 tahun.3

Hasil penelitian ini menunjukkan asupan karbohidrat lebih tinggi didapatkan di China, Asia Selatan, dan Afrika dibandingkan di negara lain. Pada negara Asia maupun Non-Asia didapatkan, asupan karbohidrat yang lebih tinggi berhubungan dengan risiko kematian total dan kematian akibat penyakit non-cardiovaskular yang lebih tinggi, setelah dilakukan penyesuaian dengan variabel berganda. Peningkatan risiko masing-masing sebesar 1,28 kali dan 1,36 kali dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi karbohidrat paling sedikit. Sebaliknya asupan lemak berhubungan dengan risiko kematian total dan mortalitas akibat non-kardiovaskular yang lebih rendah. Sedangkan asupan karbohidrat didapatkan tidak berhubungan secara signifikan dengan penyakit kardiovaskular, stroke, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.3

Hasil penelitian ini tidak mendukung rekomendasi diet sebelumnya yang membatasi asupan lemak di bawah 30% dari energi dan asupan lemak jenuh 10% dari energi. Sebaliknya individu dengan asupan karbohidrat yang tinggi bisa memperoleh manfaat melalui pengurangan asupan karbohidrat dan peningkatan konsumsi lemak. Bertahun-tahun, pedoman nutrisi berpusat pada pengurangan asupan lemak total dan asupan lemak jenuh, berdasar pada dugaan bahwa penggantian asam lemak jenuh dengan karbohidrat dan asam lemak tidak jenuh akan menurunkan LDL dan pada akhirnya menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular.  Hal ini terutama didasarkan pada data dari studi yang melaporkan angka kematian kardiovaskular yang tinggi yaitu pada populasi Eropa dan Amerika Utara di mana asupan lemak total dan jenuh tinggi. Sedangkan pada Studi PURE ini, sebagian besar subjek berasal dari negara berpendapatan rendah dan menengah dengan konsumsi atau asupan karbohidrat yang sangat tinggi (sekurang-kurangnya 60% dari energi), terutama yang berasal dari nasi putih dan roti putih yang telah diketahui meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular.4 Oleh karena itu merekomendasikan pengurangan asupan karbohidrat mungkin dapat diterapkan pada kondisi khusus tadi, jika makanan pengganti dari lemak dan protein tersedia dan terjangkau.3

 

Referensi:

American Heart Association. 2021 Heart Disease and Stroke Statistics Update Fact Sheet At-a-Glance.

WHO. Cardiovascular diseases (CVDs). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds). Diunduh pada 4 April 2021.

Dehghan M, Mente A, Zhang X, Swaminathan S, Li W, Mohan V, et al. Associations of fats and carbohydrate intake with cardiovascular disease and mortality in 18 countries from five continents (PURE): a prospective cohort study. Lancet. 2017;390:2050–2062.

Fan J, Song, Y, Wang Y, Hui R, Zhang W. Dietary Glycemic index, glycemic load, and risk of coronary heart disease, stroke, and stroke mortality: A Systematic Review with Meta-Analysis. PLoS One. 2012;7:e52182.