Kaitan antara Covid 19 dan Penyakit Kardiovaskular

Kaitan antara Covid 19 dan Penyakit Kardiovaskular

 

Oleh : Rudi Haryanto, S. Kep.

Terlepas dari fakta bahwa COVID-19 dianggap sebagai penyakit yang menyerang paru-paru, banyak pasien Corona yang dilaporkan mengalami masalah kardiovaskular.  Selain itu, orang dengan riwayat penyakit kardiovaskular akan lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk. Apa saja kaitan antara COVID-19 dan penyakit kardiovaskular?

Meningkatnya angka kematian

Penyakit kardiovaskular merupakan komordid yang umum ditemukan pada pasien yang terinfeksi COVID-19. Komorbiditas kardiovaskular seperti hipertensi dan penyakit arteri koroner berhubungan dengan tingginya angka kematian pada pasien dengan penyakit coronavirus 2019.

Yang mengkhawatirkan, prevalensi komorbid kardiovaskular pada pasien COVID-19 lebih tinggi pada pasien sakit kritis (seperti mereka yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU)) dan pada mereka yang meninggal. Dalam studi kohort yang melibatkan 191 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 di Wuhan, 48% pasien memiliki komorbiditas (67% darimereka yang meninggal), 30% pasien menderita hipertensi (48% dari mereka yang meninggal), 19% dari pasien menderita diabetes (31% dari mereka yang meninggal) dan 8% pasien menderita penyakit jantung koroner (24% dari mereka yang meninggal). Lebih lanjut, dalam sebuah laporan yang melibatkan 1.099 pasien dengan COVID-19 dari daratan Cina, 24% pasien memiliki komorbiditas (39% pada pasien sakit kritis), 15% pasien menderita hipertensi (24% pada pasien sakit kritis), 7% pasien menderita penyakit diabetes (16% pada pasien sakit kritis) dan 3% pasien menderita penyakit jantung koroner (6% pada pasien sakit kritis).

Munculnya manifestasi kardiovaskular pada penderita COVID-19

Penyakit COVID-19 dapat menyebabkan manifestasi kardiovaskular seperti cedera miokard, miokarditis, aritmia, sindrom koroner akut dan trombo emboli.

Sampai saat ini, mekanisme yang mendasari cedera miokard terkait COVID-19 belum diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan bukti klinis yang tersedia, cedera miokard tampaknya sebagian besar disebabkan oleh reaksi peradangan sistemik yang berkelanjutan. SARS-CoV-2 juga dapat menginfeksi miokardium secara langsung, mengakibatkan miokarditis viral pada sebagian kecil pasien dengan COVID-19.

Sementara itu, mekanisme yang mendasari sindrom koroner akut yang disebabkan oleh COVID-19 diduga melibatkan rupturnya plak, spasme koroner atau mikrotrombin yang disebabkan oleh peradangan sistemik atau badai sitokin. Cedera endotel atau pembuluh darah yang langsung disebabkan oleh infeksi SARSCoV-2 juga dapat meningkatkan risiko pembentukan trombus dan sindrom coroner akut.

Aritmia dan serangan jantung mendadak adalah manifestasi umum dari COVID-19. Palpitasi jantung telah dilaporkan menjadi gejala utama COVID-19 pada pasien tanpa demam atau batuk. Namun, kontribusi pasti COVID-19 terhadap aritmia jantung masih belum pasti mengingat aritmia, seperti takikardi dan fibrilasi atrial/ ventrikel, dapat dipicu oleh cedera miokard atau penyebab sistemik lainnya seperti demam, infeksi, kekurangan kadar oksigen, dan kelainan elektrolit.

COVID-19 juga dikaitkan dengan kelainan koagulasi, yang dapat menyebabkan kejadian trombo emboli. Pasien dengan COVID-19 sering mengalami peningkatan kadar d-dimer, jumlah trombosit yang sedikit berkurang dan waktu protrombin yang sedikit lebih lama.

Trombo emboli vena, yang meliputi trombosis vena dalam dan emboli paru, adalah komplikasi umum pada pasien sakit kritis dengan COVID-19. Terdapat juga laporan adanya komplikasi trombosis pada arteri seperti akut limb ischemic dan stroke, setelah sebelumnya pasien didiagnosa COVID-19 lebih dulu.

Sumber : Nishiga, Masataka et al (2020)

Beberapa obat COVID-19 dapat menyebabkan gangguan irama jantung

Sampai saat ini, obat yang efektif untuk COVID-19 masih dalam tahap penelitian yang membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu, pasien dengan COVID-19 sering diobati dengan obat antivirus dan antibiotikyang telah diajukan. Obat-obatan tersebut diantaranya hydroxychloroquine dan azithromycin yang diketahui memiliki efek samping dapat menyebabkan gangguan irama jantung.

Beberapa obat jantung ditenggarai meningkatkan kerentanan dan tingkat keparahan penyakit COVID-19?

Obat-obatan kardiovaskular golongan penyekat ACE (captopril, dll) dan ARB (valsartan, dll) diduga memiliki berbagai efek yang mungkin mempengaruhi kerentanan atau tingkat keparahan penyakit COVID-19. Sampai saat ini masih diperlukan studi lebih lanjut untuk membuktikan hal tersebut.

 

Sumber :

Nishiga, Masataka et al. “COVID-19 and cardiovascular disease: from basic mechanisms to clinical perspectives.” Nature reviews. Cardiology vol. 17,9 (2020): 543-558. doi:10.1038/s41569-020-0413-9

Zhou, Fei, et al. “Clinical Course and Risk Factors for Mortality of Adult Inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: A Retrospective Cohort Study.” The Lancet, vol. 395, no. 10229, Elsevier, Mar. 2020, pp. 1054–62, doi:10.1016/S0140-6736(20)30566-3.

De Rosa, Salvatore et al. “Reduction of hospitalizations for myocardial infarction in Italy in the COVID-19 era.” European heart journal vol. 41,22 (2020): 2083-2088. doi:10.1093/eurheartj/ehaa409