Jantung Sehat Saat Berpuasa di Era Pandemi, Kenapa Tidak?

Jantung Sehat Saat Berpuasa di Era Pandemi, Kenapa Tidak?

 

Penulis: dr. Mira Fauziah, Sp.JP

 

Ramadan adalah momen yang dinanti umat muslim, karena merupakan salah satu bulan yang berlimpah berkah. Setiap ibadah yang dilakukan umat muslim di bulan ini bernilai pahala yang berlipat. Berpuasa adalah salah satu ibadah Ramadan yang diwajibkan. Namun, terdapat pengecualian bagi beberapa kelompok, misalnya mereka yang sedang sakit, safar, atau haid dan nifas. Keringanan diberikan bagi orang yang sakit dan tidak memungkinkan berpuasa, atau apabila berpuasa dapat memperburuk kondisi penyakit yang sedang dialami.

Apa yang terjadi pada tubuh kita saat berpuasa?

Umat muslim berpuasa sejak sebelum terbit fajar hingga matahari terbenam. Durasi berpuasa di berbagai belahan dunia dapat berbeda satu sama lain, dengan rentang antara 11-20 jam. Selama kita berpuasa, tubuh mengalami berbagai adaptasi yang melibatkan metabolisme tubuh, termasuk jantung.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa berpuasa dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, mengontrol diabetes, serta mengurangi berat badan.

Sumber energi utama bagi tubuh kita adalah glukosa (gula) yang berasal dari pemecahan karbohidrat. Pada saat kita berpuasa terjadi proses glukoneogenesis, yaitu perubahan bahan non karbohidrat berupa lemak atau protein menjadi glukosa. Pemecahan lemak dalam darah menjadi energi ini dapat menurunkan kadar kolesterol, peningkatan HDL (kolesterol baik), serta menurunkan berat badan, sehingga bermanfaat bagi kesehatan jantung. Sementara itu, berpuasa juga dapat menurunkan resistensi insulin, sehingga transportasi gula dari darah ke dalam sel menjadi lebih efisien dan menyebabkan kadar gula darah lebih terkontrol.

Berpuasa juga dapat membuat basal metabolic rate tubuh kita menjadi lebih efisien dan menggunakan energi yang lebih sedikit dibanding saat kita tidak berpuasa. Hal ini berpotensi menurunkan tekanan darah dan laju nadi. Di samping itu, sistem pencernaan juga memiliki waktu istirahat yang lebih lama sehingga radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh berkurang dan secara otomatis menurunkan tingkat stres oksidatif. Hal ini bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan serta penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Berpuasa juga terbukti bermanfaat mencegah kanker dan meningkatkan efektivitas kemoterapi pada pasien kanker.

 

Bagaimana dengan penderita penyakit jantung? Amankah berpuasa?

Seperti dikemukakan di atas, perubahan yang terjadi di alam tubuh saat berpuasa sangat berkaitan erat dengan penurunan faktor-faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Tekanan darah, diabetes, serta kadar kolesterol dapat menurun saat tubuh kita sudah beradaptasi dengan kondisi berpuasa. Selain itu, para perokok pun dituntut untuk tidak merokok selama jam berpuasa. Apabila jumlah rokok yang dihisap menjadi berkurang, tentu hal ini berkorelasi langsung dengan penurunan tingkat kejadian serangan jantung akibat penyakit jantung koroner. 

Pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan gagal jantung yang stabil, berpuasa tidak menimbulkan efek negatif maupun kondisi yang dapat memicu tercetusnya serangan akut. Akan tetapi, pada beberapa kasus dapat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit yang dapat mencetuskan aritmia atau gangguan irama jantung.

Sementara itu, berpuasa tidak dianjurkan bagi pasien yang sedang mengalami kondisi akut, antara lain:

-          Pasien yang mengalami nyeri dada berulang

-          Penderita gagal jantung yang mengalami sesak nafas memberat dan butuh dosis diuretik yang lebih besar

-          Pasien dengan keluhan berdebar cepat yang digolongkan dalam aritmia maligna

-          Pasien yang sedang atau baru saja mengalami serangan jantung dalam 6 minggu terakhir

-          Pasien yang menjalani operasi jantung dalam 6 minggu terakhir.

 

Menjaga kesehatan jantung saat berpuasa di era pandemi

Di era pandemi seperti ini, menjaga kesehatan seyogyanya menjadi prioritas bagi siapapun. Di samping melakukan upaya untuk meningkatkan imunitas, menjaga kesehatan jantung—yang merupakan pusat sirkulasi tubuh kita—tidak kalah penting. Berbagai upaya yang dilakukan saat tidak berpuasa juga tetap dapat dijalani selama berpuasa dengan batasan-batasan tertentu. Jangan lupa untuk mematuhi protokol kesehatan pada setiap aktivitas Anda. Gunakan masker secara tepat, menjaga jarak, dan rajin menjaga kebersihan tangan.

 Pastikan Anda mengkonsumsi makanan sehat saat sahur dan berbuka puasa. Hindari makanan yang banyak mengandung garam dan lemak jenuh tinggi seperti gorengan, daging berlemak, dan fast food. Perbanyak konsumsi sayur, buah, serta makanan kaya protein. Cukupi cairan dan siasatilah dengan membagi minum bertahap, misalnya 2 gelas saat makan sahur, 2 gelas saat berbuka, 2 gelas sesudah shalat tarawih, dan 2 gelas sebelum tidur. Bagi Anda yang dianjurkan untuk membatasi asupan cairan, jangan lupa berkonsultasi pada dokter Anda mengenai pengaturan cairan saat berpuasa ini. Begitupun dengan pasien yang mengkonsumsi obat diuretik seperti Furosemide.

Saat berbuka puasa, hindari makan berlebihan pada waktu singkat. Mulailah dengan makanan yang ringan dan beri waktu pencernaan Anda untuk bekerja dengan tempo yang ideal. Berbuka puasa sebaiknya dilakukan bersama keluarga di rumah untuk meminimalisir transmisi virus Covid-19; terlebih jika Anda makan di tempat umum.

Pasien jantung yang sudah rutin mengkonsumsi obat dapat melanjutkan terapi sesuai jadwal. Obat-obat yang diminum dua kali sehari dapat dikonsumsi satu kali saat sahur dan satu kali saat berbuka puasa. Khusus untuk obat dengan aturan pakai tiga kali sehari, konsultasikan dulu penggunaannya pada dokter Anda. 

Anda tetap dapat berolahraga dengan intensitas ringan seperti jalan santai, jogging, dan bersepeda. Pilihlah waktu dimana kadar air dalam tubuh masih cukup banyak seperti di pagi hari, atau menjelang berbuka agar kebutuhan cairan dapat segera terpenuhi saat azan maghrib tiba. Pilihan lain adalah di malam hari. Sebaiknya olahraga dilakukan secara mandiri, lagi-lagi untuk menghindari kerumunan dan mencegah penularan virus Covid-19.

Terakhir, jauhi rokok selama-lamanya dan jangan pernah berpikir untuk kembali. Kalau kata anak zaman sekarang: move on!